Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

take care of yourself

"Saya ... hampir tidak pernah melihat Dapha dengan teman-temannya kemari ..." Priv menjeda kalimatnya beralih mengusir kecanggungan. " ... Kecuali, Alexa."

Alexa berasa namanya dipanggil hingga membuatnya berbangga diri. "Oh ya, dong, Ce."

Cece, panggilan untuk Priv, agar orang disekitarnya serasa lebih akrab.

"Ce? Cece? Cecak?"

"You can call me, Cece."

Pertanyaan konyol Arga tentu mendapat sorot dari Alexa. Lelaki itu tak mempunyai sopan satun, rupanya. Ck. "Cecak, gundul mu!"

"Santuy, Mbaknya."

Goresan luka di wajah Arga membuat Alexa menatapnya menyelidik. Buru-buru Arga mengalihkan arah.

"Lo luka? Kenapa?"

"Gapapa," balas Arga singkat.

"Arsen?" Alexa sudah menduga ini ulah Arsen.

Arga memilih mengalihkan topik itu, ini juga kesalahannya. Tak bisa menahan amarah di hadapan cewek. Apalagi Alexa, tak lain ialah kekasihnya.

"Ce, pemulihannya bagaimana? Bisakah sembuh?"

"Hm. Kamu udah tau?" Priv tersenyum singkat. "Sembuh? Bisa juga di bilang 'Iya'. Setidaknya Dapha mengingat masa lalunya dan menerima kenyataan."

***

"Mama ... Dapha mulai inget ...".

Daph kembali membuka matanya berlahan memperlihatkan Nata yang mengelus tatanan rambutnya.

Daph tersenyum dengan mata berbinar. "Dapha ingat siapa Mama kandung Daph ..."

Perkataan itu seolah terasa dejavu bagi Nata.

Setelah kecelakaan melibatkan Alesya dan Hari, hidup Daph seolah berada di ambang hidup dan mati. Ia sedikit trauma dengan apa yang terjadi dengan kedua orangtuanya.

Saat dimana, ia mulai mengingat. Gadis itu memberontak. Ia ingin kembali bersama orang tua kandungnya meski di alam berbeda.

"Dapha ingat siapa Mama kandung Daph ..."

"Dapha pengen nyusul Mama Alesya dan Papa Hari."

Daph mengambil kunci mobil didekatnya tak memperdulikan teriakan Nata yang sedari berusaha mencegahnya.

23:15

Meski menjelang tengah malam. Gadis itu menyetirnya ke sembarang arah. Kembali ke titik dimana ia menyaksikan sendiri kecelakaan yang dialami orangtuanya.

Dapha berhasil mengulangi kejadian yang sama. Bedanya, ia masih selamat atas insiden itu.

Tuhan berbaik hati masih memberikan kesempatan hidup. Meski dengan keadaan berbeda.

"Tapi kenapa Dapha, ga bisa inget kenangan mereka!" Daph memegang kepalanya erat-erat.

Frustasi.

Kenapa hanya disajikan, sekilas kepingan acak?

"Hsttt. Ga oleh mekso, Sayang ..."

"Maafin Mama Nata."

Daph menggelengkan kepala tersenyum. Baginya, ini bukan salah Nata. "Daph cuma bisa bilang terimakasih."

Nata pun tersenyum. Suatu hari, ia akan menceritakannya sendiri tampa bantuan ingatan Daph yang mulai membaik.

"Kamu pengen ketemu teman-teman kamu?" Daph mengangguk antusias. "Dandan dulu, Cantik."

Nata menyisir rambut perak Daph berlahan memberikannya bando kecil. Gadis itu membasuh muka sebelum menemui temannya. --Tak lain Alexa dan Arga. Ditambah dengan olesan bedak sedikit, agar tak terlihat kusam.

Miken berada di depan pintu pun menyambutnya majikannya. Apalagi melihat kondisi Daph lebih baik daripada beberapa jam yang lalu.

"Aah. Udah baikan, Ciee..."

"Daph kan selalu baik." Gadis itu tersenyum. Bergurau dengan Minke.

Dari sana, Arga yang memperlihatkan interaksi keduanya itu pun sedikit menahan rasa panas.

"Kenapa sih, lo lihat Minke, kayak ngajak bendera perang, gitu." cibir Alexa menggubris pandangan Arga.

"Dia saingan gue."

Arga memberikan petunjuk agar ia melihatnya. Di sana, Daph bergurau dengan Minke, ditambah Nata tak jauh dari keduanya.

"Noh. Minke dapet lampu ijo dari Tante Nata," goda Alexa berniat membuat hati Arga memanas.

Drrt ...

Ponsel milik Alexa berada di saku itu pun berbunyi. Ia segera menggeser tombol hijau setelah mengetahui siapa penelpon.

"Kamu di mana?"

"Di rumah Dapha."

"Bareng Arga?"

Alexa habis tak percaya, Arsen mengetahuinya sebelum berkata, "I-iya...", ujarnya hati-hati.

"Ya sudah. Aku nyusul. Kamu disana aja. Sekalian mau silaturahmi sama Daph, juga," ujar Arsen diseberang telepon. Lalu mematikan sambungan telepon sepihak.

Melihat Daph ke arahnya, keduanya pun menyambut kedatangan gadis itu.

"Hai ... makasih, nyempetin waktu buat kemari." Daph langsung beralih menempati posisi di dekat Alexa.

Priv dan Nata rupanya membahas masalah serius. Kedua orang itu masih berada dalam satu tempat namun beda arah.

"Dapha sudah mengingat kecelakaan waktu itu?" tanya Nata serius.

"It's course?"

"Bukankah mulai membaik, Ce?"

"Itu proses pengembalian ingatan. jika sudah mengingat, saya akan membantu menerima kenyataan dan mengiklaskannya.

"Bisa juga, jadi keadaan memburuk, karena ia mencoba menyatukan kepingan. Di sisi lain, kondisi ingatannya juga mulai membaik."

Setidaknya mereka bernafas lega. Ada perkembangan kognitif.

"OMG, Dapha... Lo masih self injury!"

Teriakan itu membuat mereka sontak beralih ke arah sumber suara.

Alexa tidak sengaja memperhatikan lengan tangan Daph dengan luka senyatan.

"So, sorry." Daph segera menyembunyikan luka itu kembali tertunduk.

Daph sudah berjanji kepada Alexa, agar tidak menyakiti dirinya sendiri. Setidaknya Alexa bisa menjadi tempat dimana Daph ingin mencurahkan beban.

"Dapha. Ce, obati ya..." Daph mengangguk sedangkan Priv segera mengambil P3K. "Kasihan kulit kamu terkelupas. Kalau tinggal otot, doang, mau?" 

Arga yang memperlihatkan itu menatapnya miris. Terkadang ia menyalahkan dirinya sendiri, dan Daph masih bisa-bisanya tersenyum.

"Take care of yourself better, Fairy." 

Meski hanya sebuah perkataan singkat, membuat gadis itu tersenyum penuh arti.

Padahal Arga hanya mengingatkan agar menjaga tubuhnya lebih baik. Kenapa bagi Daph terkesan berbeda?

"Ciee, anak Mama pipi tomat."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro