Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

splite

Arga mengendari motornya hingga memasuki parkiran sekolah, namun sekilas memperhatikan area sekolah terbilang sepi, karena terlalu pagi.

Kedatangannya selalu lebih pagi dari anak kutu buku sekalipun, meski tak selalu dibenarkan, karena Arga berada di area sekolah selalu diperkenankan melebihi bel masuk. Siswa terlambat, bukan.

Arga berbalik badan, memilih ke warung belakang sekolah. Basecamp ternyaman apabila membolos pelajaran.

Rupanya telah menjadi rutinitas. 

Lelaki itu sudah berada di warung Mpok Atiek di area belakang sekolah. Bagi Arga, di sini lebih menyejukkan daripada di lingkungan sekolah.

"Mpok. Arsen jarang kemari?" tanya Danish, teman satu angkatan dengan mereka itu kini menduduki meja yang sama.

"Masih sering. Sama Alexa, toh." jawab Mpok Atiek, si pedagang membuatkan pesanan. "Sama pacarnya, Den. Cantik." lanjut Mbok Atiek mengacungkan jempol.

Meski Mpok Atiek terbilang tua, alias lanjut usia namun perempuan berambut putih bercempol itu selera humornya jaman now.

"Kan ... Gue duga. Bucin amit, tuh bocah."

Awalnya Danish sedikit tak percaya jika Mpok Atiek mengetahui Alexa namun kini lelaki itu mengangguk paham.

Arga menepuk bahu Danish terkekeh kecil. "Wajar. Namanya juga udah punya pacar. Setidaknya dia gak egois apa-apa mendahulukan pacar."

"Gak gitu. Maksud gue, dia lebih sering kesini daripada bareng kita." 

Warung Mpok Atiek itu sering dikunjungi oleh murid Lenald high maupun Atalic high. Keduanya berada dalam satu yayasan sama.

Didekat warung pun ada danau, sekedar untuk memejamkan rasa penat. Banyak juga yang menganggap warung Mpok Atiek ini sebagai basecamp mereka, dan pemilik warung, tak lain Mpok Atiek sebagai orang tua kedua mereka.

"Udah ah. Ada fasenya. Ntar kalian juga ngalamin." ujar Jarot memihak tengah. 

Meski kedudukannya sebagai ketua kelas juga tak menutup kemungkinan, lelaki itu lebih sering menghabiskan waktunya membolos. Lebih dari semua, pekerjaannya terkadang digantikan oleh wakil ketua kelas. 

"Ohya. Gimana lo sama Daph, Ga."

Arga mengalihkan arah ke arah Danish. "Gitu-gitu aja."

Danish tertawa akan percintaan teman-temannya. Meski keduanya diikat dengan perasaan, tetapi tetap saja, perjalanan panjang yang dilalui berbagai cerita.

Bukannya Danish tak menyukai teman-temannya yang memiliki pasangan lalu meninggalkan pertemanan, ia hanya mengambil dari sisi berbeda.

Begitu juga dengan Arsen, meski Danish dan Arsen masih berteman, Danish juga merasa waktu lelaki itu mulai berkurang dengan teman-temannya.

"Perjuangin kalau pantes diperjuangkan."

Disisi lain, gadis berambut perak yang tidak sengaja mereka bicarakan itu memasuki ruangan kelas.

Daph tidak sengaja menoleh ke kanan dan kiri, membuat Rapunzel, tak jauh darinya kini menegur. "Cari apa?"

"Gue tebak lo cari seseorang."  Karena tak mendapatkan jawaban, Rapunzel kembali menebak.

Rupanya gadis itu kembali menghiraukan ucapan Rapunzel menutup matanya sejenak hingga bel berbunyi.

***

08.45 AM.

Arga baru saja memasuki ruangan kelas setelah menjalankan hukuman.

Langkah menghentikan langkahnya ketika salah satu gadis menarik perhatiannya itu tertidur menenggelamkan wajahnya.

Menutup sebagian wajahnya dengan rambut peraknya dan juga memeluk boneka pemberiannya semalam.

Bagi Arga, semalam ialah hari menyenangkan bersama gadis itu meski melalui cerita panjang.

Melihat Daph tertidur dengan boneka itu saja membuat Arga tak bisa menahan senyumannya.

"Daph nungguin lo. Maybe. Sampek ketiduran gitu." bisik Resya mengingat gadis yang sebelumnya tertidur menanyakan Arga.

06.45 PM

Resya baru saja memasuki kelas, ia berhasil memasuki area sekolah dengan melompat gerbang samping.

Padahal, bel berbunyi dari lima belas menit yang lalu. Sedangkan di gerbang sekolah telah di tutup rapat, apalagi guru killer mulai berjaga.

Langkahnya terhenti ketika di depan ruangan kelas melihat keberadaan Daph yang kini menghampirinya. "Lo tau Arga dimana?" ujar Daph bertanya tak berbasa-basi.

Sedangkan Resya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia juga tidak bersama Arga sampai saat ini.

"Terlambat?"

"Bisa jadi. Lo tau sendiri kan? Langganan telat. Datangnya pagi, kalau masuk kelas, ngaret."

Arga tertawa mendengarkan cerita Resya. Lelaki itu kini beralih mengelus rambut gadis berambut perak itu berlahan. 

Hingga Daph merasa ada seseorang mengelus tatanan rambutnya. Gadis itu berlahan membuka mata, sedikit menguap karena tidurnya terganggu.

"Gue ganggu? Maaf ..."

"Sejak kapan lo disini?" Daph menggelengkan kepala sejenak memperlihatkan tas ransel masih berada di pundak lelaki itu. "Telat?"

Gadis itu lagi lagi sedikit menguap lalu kembali menata riasan rambutnya dengan sisir. Tak lupa memperlihatkan wajahnya yang terlihat kusut seperti wajah bantal karena bangun tidur. 

"Gue antar ke toilet. Habis gini bel jam ketiga!" ajak Arga memperlihatkan hitungan jam.

Hampir lupa, berarti dua jam ia tak berada di kelas, dan absensi kehadiran selalu kosong di pembelajaran tersebut.

"Gue ke toilet cewek."

"Kan gue tunggu di luar." Arga memancingkan mata. Rupanya nyawa Daph belum lengkap.

Kini gadis itu mengangguk kecil karena jawaban logis dari Arga. 

"Lo beneran nyari gue?" goda Arga memastikan. Bisa-bisa membuat kepalanya membesar.

"Apaan sih, pede amit."

Karena keberadaan Alexa tidak sengaja berada di depan toilet, Daph segera menghampirinya selagi menghindari dari pembicaraannya dengan Arga.

Meski lelaki di dekat Alexa --tak lain Arsen mengerutkan kening karena kehadiran Daph di tengah mereka membuat terkejut.

Daph langsung mengambil tengah di mana pasangan itu berjalan berdekatan. Dengan sengaja ia mendekat Alexa dan menjauhkan Arsen di antara mereka.

"Lo kenapa sih!" Arsen mendengus kesal. Tingkah Daph kali seketika membuatnya kesal.

Jika orang di depannya ini ialah lelaki, Arsen tak segan-segan mengajaknya baku hantam, karena mendekati kekasihnya secara terang-terangan apalagi menjauhkannya.

"Dia teman gue!"

"Dia pacar gue!"

"Dia teman kita." Arga berada diantara Daph dan Arsen menutup mulut kedua temannya itu lalu mengarah ke Arsen, "Pacar lo juga, kan."

"Kalian berisik!" Teriak Alexa menghentikan perdebatan keduanya tak lupa menjitak Arsen dan Daph bergantian. "Jangan rebutan gue!" 

"Arkgh! Ampun, Kak!"

Jerit salah satu siswi berpakaian acak-acakan tak jauh dari mereka berempat. Rupanya ia berlarian menghindari seseorang.

Tidak sengaja karena siswi itu menabrak Arsen membuat lelaki itu menatapnya tajam. "Jalan pakek mata!"

Keempat remaja itu sejenak menoleh ke arah sumber dimana salah satu murid lagi dan lagi mendapatkan pembullyan. 

Alexa yang memperhatikan kejadian itu kini mengeram kesal. Kejadian dimana gadis itu juga pernah mengalami ketika memasuki Lenald high berstatus menjadi murid baru dikarenakan penampilan fake nerd-nya saat itu.

"Berhenti, Lo! Jangan ngaduh!"

Alexa memperhatikan siswi ber-make up tebal bernama Rossa itu menarik lengan Shinta --murid nerd dengan kasar.

"Spesies cabe keturunan kayak Rossa itu harus lo punahin, Breee." celatuk Arga kepada Arsen.

Rupanya Shinta menghindari Rossa, perempuan bermake up tebal dengan seragam ketat itu apalagi keberadaan Arsen yang tidak sengaja ia tabrak membuat Rossa ingin berjaga-jaga dan juga Alexa tak jauh dari Arsen menatapnya tak kalah tajam.

"Mau apa, lo? Lupa sama gue?" Tantang Alexa berdecak pinggang.

"Lo bisa ngeluarin teman gue, tapi kali ini lo gak bisa ngeluarin gue sembarangan." 

Seharusnya Rossa beruntung masih dalam diberi kesempatan terakhir. Alexa hanya tertawa renyah mendengar tuntunan itu.

Sedangkan Daph sekedar memperlihatkan pun ikut mengepalkan tangan.

Arga pun menahannya agar tidak ikut terlibat. "Berhenti ikutan hal apa yang engga lo perbuat."

Apalagi memperlihatkan Rossa mendorong tubuh Alexa temannya itu lalu menantang Arsen yang kini mencoba menengahi pertengkaran itu. 

Detik itu juga, Daph bersih keras mengibas genggaman Arga dari tangannya. Tak segan-segan menatap Rossa dengan tatapan memerah lalu mencengkram leher gadis itu tampa belas kasihan.

Aksinya kini menjadi mem-bruntal.

Dari sorot mata gadis itu, banyak yang mengira sekedar melampiaskan emosi, dan paling parah, menganggap Daph kerasukan.

Dengan cepat, Arsen dan Arga membuyarkan keramaian lalu  mencoba menenangkan gadis itu.

Daph bersingkuh keras melawan Arsen dan Arga yang saat ini menahannya.

Sedangkan Rossa dirasa hampir kehabisan nafas dikarenakan cengkraman kuat Daph di lehernya. 

"Ini sebagai hukuman atas apa yang kau perbuat."

Alexa segera paham dengan tindakan Daph kali ini dengan memberanikan diri, ia mendekati Daph berlahan.

"Daph. Gue mohon lo bangun."

"Lo ... Dalphin, kan?"

Daph sedikit mengendurkan cengkraman tangannya, reflek Rossa sedikit terbatuk-batuk.

"Kau mengenalku? Tapi aku tak bisa menghentikan gerakan ku! Lihat! Dia kesakitan, dan aku menyukainya!"

Daph kembali mencengkramnya kuat-kuat. Ini ialah tindakan Dalphin dibawah alam sadar Daph. "Kau tau, Daph lagi ketakutan karena jalang ini mengingatkannya kembali."

"Jalang kayak kau, tak pantas hidup." ujarnya kembali mengarah ke Rossa.

Tak memperdulikan ketika Alexa memohon berulang kali.

"Daph tolong keluar. Disini sudah membaik. Pliss!" 

"Daph. Tolong!"

"Gue butuh bantuan lo!"

Daph yang kini berada di alam bawah sadar mendengarkan teriakan dari seseorang yang ia yakini itu ialah suara milik Alexa. "Dalphin! Apa yang lo lakuin!" 

Disaat bersamaan, berwujud Daph itu melepaskan cengkraman dari leher Rossa sebelum berkata kepada Alexa, "Terimakasih kau telah mengenalku. Mulai saat ini, kau adalah temanku juga."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro