Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ingatan yang rentan

Sebelum ini, aku cuma mau ngucapin,
'Thanks for support Dapha Story'
udah sejauh ini, udah 30 chap ini🙄
padahal ekspetasi gak panjang, gini😭✊
pokoknya makasii bangettt, tanpa kalian aku gak bakal sampe sini^^

maapin juga
kalau ntr gak nyambung
sama ilmiah kedokteran,

saran dan kritik, i hope it💙✊

maap juga, klo kesannya terlalu terburu-buru, karena ini udah menuju ending😭
ada beberapa kendala juga, hihi

So, thank for support 'Dapha Stories'💙

****

Three Years Ago

Setelah kecelakaan yang menewaskan almarhum kedua orang tua kandung Daph, tak lain Alesya dan Hari.

Gadis kecil itu menyalahkan diri sendiri.

"Ini semua salah Daph! Kalau Daph gak minta boneka Teedy, gak mungkin Mama sama Papa ninggalin Daph."

Ia merasa terpuruk dengan apa yang barusaja menimpanya.

Di usia dua belas tahun, Daph disuguhkan dengan tragedi kecelakaan kedua orangtuanya di hadapan matanya sendiri.

Kejadian tragedi itu berulang kali terputar di otaknya secara otomatis seperti kaset rusak yang terus menampakkan kejadian ulang secara terus menerus tampak nyata. Meski memejamkan mata mimpi buruk terus menghantuinya.

Mati rasa. Terkadang tak bisa membedakan emosi bahagia diakuinya olehnya. Dengan tatapannya pucat menunjukkan seolah mayat hidup yang hanya bisa menghirup udara tanpa melakukan apapun. Mulutnya keluh untuk mengatakan apa yang terjadi meski sekedar berkata separah dua kata.

Ketakutan itulah yang selalu menghantuinya. Berulang kali ingin mencoba melupakan namun ketakutan itu selalu datang menghantuinya hingga berniat membatasi interaksi dengan orang sekitarnya. Berpola berfikir 'Semua orang hanya ingin mengerti, bukan memahami'. Hal itu membuat Daph merasa lebih baik jika mengurung dirinya sendiri.

Nata berlahan mengerti keadaan gadis itu. Gadis itu merasa trauma dengan kecelakaan apa yang terjadi dengan kedua orang tua kandungnya. Meski setiap usaha Nata tak membuahkan hasil, hingga ia berniat membawakan Daph kecil ke orang yang lebih profesional dalam bidangnya. Tak lain psikiater.

Saat Nata dan Bagas telah berstatus menjadi orang tua Daph, atau hanya bisa disebut dengan orang tua angkat, Nata dan Bagas menerimanya dengan lapang hati. Merawat dan menyayanginya seolah telah menjadi anak kandung.

Di sana, mereka telah mendapat hak asuh Daph resmi. Tak hanya disitu, Nata dan Bagas segera membawakannya ke negeri kuncir angin selagi meninggalkan Indonesia, sementara waktu.

Di Belanda, negara kincir angin itu, Daph dibantu perawatan terapi intensif oleh dokter dalam bidangnya, dikarenakan teknologi luar sudah berkembang cepat daripada di Indonesia. Setelah beberapa perkembangan positif itu terlihat jelas.

Hingga suatu hari, saat menunggu antrian pasien, seseorang dari balik punggungnya mengajaknya mengobrol.

"Hallo, heb je lang gewacht?" (halo, apa kamu menunggu lama?)

Gadis lawan bicaranya itu menepuk bahunya. Terlihat seusianya, hampir sama dengannya. Ia mengenakan jaket tebal dengan rok pendek tak lupa mengenakan kaos panjang. Kebetulan disini sedang memasuki musim dingin.

Refleks Daph bergerak mundur. Ia tak menyukai sentuhan. Jika kalian sudah mengerti, gadis itu mempunyai ketakutan terhadap kuman. Segala macam sentuhan orang asing, ia selalu berpikir 'berapa banyak kuman yang terdeteksi olehnya.'

Sampai saat ini, Daph selalu membawa cairan anti kuman, meski ketakutannya sekarang tak separah saat itu.

"Zou je Engels kunnen spreken?" (Bisakah kamu berbicara bahasa inggris)?

Itulah perkataannya yang selalu, ia ucapkan ketika bertemu orang asing. Daph tak seberapa mengerti bahasa luar. "Hem, ... of Indonesisch?"

Lawan bicaranya tertawa lepas, seolah obrolan mereka terasa menyenangkan. "Kun je Indonesisch gebruiken? Ik kom uit Indonesië, weet je?" (Bisakah kamu menggunakan bahasa indonesia Saya dari Indonesia, Anda tahu?)

"Oh, course! I'm Indonesia people!" Daph tertawa lebar. Ini pertama kalinya, ia merasa ingin tertawa setelah kejadian itu. Meski tidak semua berangsur baik. Rasanya menyenangkan ketika lawan bicaranya mempunyai hal yang sama ketika dibicarakan.

"Gue Alexa! Yaudah, Indo'an aja, lebih asyik, 'Kan?"

Disini pertama kalinya, Daph bertemu dengan Alexa, gadis berambut coklat yang terlihat ceria meski dahulunya juga mempunyai piskis --sama seperti dirinya.

Bedanya, gadis itu cepat sembuh, sedangkan Daph merasa penyakitnya semakin hari semakin bertambah.

Hal itu pula tak menutup kemungkinan, jika Daph masih bertindak menyakiti dirinya sendiri dengan luka sanyatan.

Daph berangangapan luka itu dapat mengurangi rasa sakitnya, mengurangi ketakutannya. Sebagai bentuk mengungkapkan perasaan.

Pakaian berlengan panjang setidaknya menutup bagaian lukanya. Meski lukanya mengering, gadis itu lebih menyukai luka baru yang ditimbulkannya dengan senyatan.

Seperti saat ini, Daph mengenakan pakaian lengan panjang sengaja menutup lukanya tak lupa mengenakan topi kupluk berajut bertengger dengan pantulan motif bola di atas rambut peraknya.

Teman satu-satunya yang ia punya ialah Alexa. Disetiap praktek pengobatan terapi, mereka selalu bertemu. Kebetulan juga, berada di pskiater yang sama.

Entah kapan, Alexa menegur Daph dikarenakan dia masih self injury. Perkatannya selalu masuk di telinga kanan dan keluar di telinga kiri. Entah berapa kalinya juga, temannya itu mengetahui lukanya. Entah, sejak kapan.

"Self-injury? Bukan tanganmu yang merasa sakit jika terkena goresan, tetapi hatimu selalu mengatakan bahwa sakit yang dideritanya tidak lebih dari itu."

Temannya baru itu lebih mengerti, dikarenakan keduanya berada di lingkungan yang sama, dan luka yang sama, bedahnya sebab dan akibat mereka berbeda.

Jika Daph diakibatkan dengan masalah keluarga dan faktor kecelakaan itu membuatnya lebih tertekan. Jika Alexa, faktor bullying membuatnya tertekan. Jika dilihat lagi, Alexa seolah tidak memiliki masalah beban, terlihat dari tampangnya terlihat ceria, tak seperti dirinya masih terlihat pucat. Rasanya menginjakan kaki saja, Daph tak mampu.

"Stop self-injury, Daph? I can feel it."

"I promise. I won't do it again."

Saat itu, Daph telah berjanji tidak akan memainkan cutting, atau menyakiti dirinya sendiri. Meski terkadang berlahan atensi itu tiba-tiba bermunculan ketika berada di fase yang berat.

Siapakah sangka, pertemuan itu terakhir kalinya.

Alexa kembali ke Indonesia, setelah terapi di Belanda ini membuahkan hasil 98% positif, sedangkan Daph seharusnya masih menjalankan terapi di sini. Tetapi gadis itu bersih.keras, merasa tak mengubah apapun.

Daph merajuk Nata untuk kembali ke Indonesia, lagipula juga di Belanda, tak mempunyai teman lagi. Dalam artian, tidak ada yang cocok.

Sayangnya, keadaan pemulihan Daph tidak berhenti sejenak di situ.

***

Kedatangan Nata diikuti oleh pengawal yang sedari berdecak pinggang disekitarnya mengenakan kacamata hitam. Meski tiada silau matahari, yang ada pepohonan rindang membuat suasana mendingin. Jauh berbanding dengan perkotaan.

Tak banyak yang harus diperhatikan. Rumah bambu dengan ruangan cat yang mulai berkelupas. Hanya ada sofa seperti ruang tamu pada umumnya ditambah dengan bintang tekek sengaja di depan pintu masuk agar terlihat lebih berkesan.

"I remind you, Elsa. Jangan pernah megungkit masa lalunya!"

Bukan sambutan, perempuan itu tak segan-segan melontarkan perkataan kasar kepada Elsa.

"Itu murni ketidaksengajaan."

Di waktu bersamaan, Prev diijinkan menemui Daph terlebih dahulu, disisi waktu, Nata dan Elsa berbincang-bincang.

Gadis itu menekuk wajahnya pucat. Beberapa menit yang lalu sempat tidak sadarkan diri karena tersandung bebantuan semak. Luka di lutut kakinya masih Prev obati namun kepalanya masih berdenyut sakit, Daph tak bisa menyembunyikan ekspresinya. Tak jarang pula, ingatannya menjadi pening, selalu disangkutpautkan dengan kejadian di masa lalu.

"Cece. Ingatan Daph sakit banget." Padahal hari, ia tak memaksakan ingatan sama sekali.
"Ce ... lebih sakit!" teriakan Daph membuat psikiater muda itu mendekat ke arahnya. Gadis itu berulang kali teriak dengan memegang denyutan kepala.

Dikarenakan insiden masa lalu, membuat proses penyembuhannya sedikit terhambat.

***

bedain flshbck
sama masa kini ya wkwk
dilaen chapter juga ada flshbck,
cuma gak aku buat italic hihi

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro