Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 12



[Aku percaya pada cinta, tapi entah untukmu. Setidaknya aku sadar pemikiran kita sangat berbeda untuk hal ini. Namun bodohnya, aku tetap terjerat dalam pemikiran gilamu.]

~ Kim Sohyun ~



***

Jungkook gelisah. Sejak tadi ia masih belum menemui keberadaan wanita yang hampir setiap malam berkunjung ke apartemennya.



Ini aneh. Pasal sejak awal Jungkook sadar bahwa semua ini permainan, tapi sekarang ia sering  merindukan dan ingin terus melihat wanita Kim itu. Benar-benar perasaan pelik. Bahkan rasa ini tidak pernah ia alami selama bersama Kim Jennie, sang tunangan.




Kendati demikian, Jungkook masih kesal kalau mengingat sulitnya menaklukan hati Sohyun. Berbagai cara dilakukannya, tapi tidak satu pun berhasil membuatnya terharu. Padahal Jungkook yakin kalau wanita itu mulai menyukainya.  Buktinya, tidak seperti di awal-awal, Sohyun tidak lagi meronta tiap kali pria Jeon itu menciumnya.



"Ah, mungkinkah dia sedang jual mahal padaku? Ingin aku terus mendekati dan membujuknya?" monolog Jungkook.



Ia lantas berdesis. Sadar sekali itu bukan sifatnya.



Atensinya beralih seketika pintu ruangannya terbuka. Sempat senyumnya mengembang mengira wanita itulah yang datang, tapi ternyata tebakkannya salah.



Kim jennie. Tunangannya yang cantik itulah yang tiba.


"Mau apa kau datang?" tanya Jungkook tajam seiring senyumnya luntur.



Jennie bergeming. Selalu memasang wajah datar. Tidak tertarik atau tertarik, sulit menebak yang dipikirkannya. Namun, yang jelas ia sudah terbisa menghadapi Jungkook.  Pertanyaan sinis seperti ini tidak lagi menyakitinya.



"Ibu dan ayahku ingin bertemu denganmu. Mereka bertanya kenapa kau membatalkan pernikahan hingga tahun depan," sahut Jennie sambil memposisikan diri duduk di hadapan Jungkook.



"Kau memberitahu mereka kalau aku yang membatalkannya?"




Tanpa merasa bersalah, Jennie mengangguk.



"Baiklah. Aku akan menjumpai mereka. Kapan?"



"Makan siang hari ini," sahut Jennie pendek.

***

"Nona Kim?"



Mata si wanita yang dipanggil namanya membulat kian lebar ketika tanpa sengaja bertemu kedua kalinya dengan pria yang memiliki mata lebih kecil darinya.



"Tuan Kang!" seru Sohyun riang.



Sama seperti Sohyun, pria itu pun tersenyum. Rasanya menyenangkan bisa bertemu si wanita  ceria itu lagi. Padahal pertemuan kali ini pun tidak lebih dari suatu kebetulan, tapi lucunya mereka sering dipertemukan dengan dengan cara-cara tidak biasa. Contohnya seperti saat ini, keduanya bertemu di salah satu restoran elit. Namun, ada yang berbeda. Wanita Kim itu tampak cantik dengan gaun berpotongan di atas lutut dan memperlihatkan lekuk tubuhnya.


"Kau sendirian?" tanya Kang Daniel yang baru saja selesai bertemu dengan salah satu klien.



"Ah, iya." Wajah Soyun merona. "Sebenarnya aku baru saja mendatangi pernikahan mantan rekan kerjaku. Tadinya aku akan bertemu dengan temanku yang lain di sini, tapi aku baru mendapat kabar kalau dia datang sangat terlambat karena terjebak macet. Jadi aku baru saja membatalkan pertemuan kami," terang Sohyun polos.



"Kalau begitu bagaimana kalau aku yang menggantikannya?"




Sohyun mendelik.  Tak berapa lama tangannya  m bergerak menolak ajakan Daniel. Menurutnya sangat tidak pantas dirinya duduk dengan Daniel. Lagi pula, mereka baru bertemu beberapa kali, tidak lantas membuat keduanya jadi dekat.




"Aku juga belum makan siang. Dan sebenarnya ...  aku benci makan sendirian," bisik Daniel membuat Sohyun tertawa.


Sohyun akhirnya mengangguk meski ia tahu ucapan Daniel tidak lebih dari sebuah alasan belaka. Namun, sudahlah. Makan sekali tidak mungkin berakibat buruk.




Selang beberapa menit, pasangan lainnya yang  tampak serasi baru saja tiba. Mereka perlu terlihat akrab mengingat kedua orang tua Jennie sudah menunggu. Mau tidak mau Jungkook terpaksa membiarkan Jennie merangkul lengannya.




Namun, wajahnya yang dipaksakan tersenyum tak lama tertekuk masam sesaat menyadari adanya pasangan lain yang sedang tertawa di salah satu meja yang tidak jauh dari mereka. Jennie mengikuti arah iris Jungkook dan mendapati Kang Daniel sedang duduk bersama dengan seorang wanita yang tidak begitu diingatnya.




"Kang Daniel?" Suara Jennie yang menggema membuat Sohyun dan Daniel ikut menatap ke arah  pasangan yang masih berangkulan itu.




Spontan senyum di wajah Sohyun perlahan menghilang. Berbeda dengan Daniel yang memang sangat membenci Jeon Jungkook, ia mendengkus sinis.



"Senang berjumpa dengan kalian," cibir Daniel yang diabaikan oleh Jungkook yang justru menatap tajam pada Sohyun.



Daniel menyadari ada yang berbeda dengan tatapan Jungkook. Perhatian pria Jeon itu hanya tertuju pada wanita yang duduk di depannya itu.



"Kami ada janji dengan kedua orang tuaku. Kalau begitu kami permisi." Jennie menarik tangan Jungkook yang tak bisa beralasan.



Begitu juga dengan perasaan hati Sohyun yang berkecamuk. Tiba-tiba saja ia merasa bahwa makan siang ini adalah ide buruk.



"Kau tidak apa-apa?" Daniel mengernyit melihat wajah Sohyun memucat setelah bertemu Jungkook.



Sohyun berbohong. "Aku hanya sedikit lelah," sangkalnya.




Sayang, alasan itu tidak serta merta membuat Daniel percaya. Sebaliknya, ia kini curiga pada wanita Kim ini dengan Jungkook. Jangan bilang kalau mereka berdua lebih dari sekadar atasan dan bawahan?


***


Sohyun dan Jungkook lebih banyak diam tatkala mereka kembali bertemu di apartement Jungkook. Tidak seperti biasa, pria Jeon itu lebih banyak menegak wine merah. Bahkan tidak sungkan langsung menegak cairan merah itu langsung dari botol tinggi itu.





Perasaan suasana hati Jungkook yang buruk membuat Sohyun sedikit takut untuk menghentikan. Apalagi untuk mendekati.




"Berhentilah."





Akan tetapi, pada akhirya Sohyun memberanikan diri menarik botol minuman itu dari tangan Jungkook. Namun, tidak dengan tubuhnya yang terduduk di pangkuan Jungkook kala pria itu menarik kasar pergelangan tangannya.




Bau alkohol tercium jelas saat Jungkook mendengkus di dekat Sohyun. Pria itu mendekati wajahnya dan ingin mencium Sohyun, tapi kali ini Sohyun menolak. Telapak tangannya terlanjur  menghalangi wajah Jungkook yang mendesaknya.




Jungkook tiba-tiba berdiri dan tubuhnya sedikit oleng. Pria itu jelas mulai mabuk, tapi mata nyalangnya tidak berhenti menatap Sohyun.



"Bukankah kau kekasihku? Jadi jangan menolak saat aku ingin menciummu."




Lagi-lagi begitu.  Jungkook terdengar merendahkan Sohyun. Tak ubahnya menjadikan ia layaknya  wanita murahan atau wanita simpanan. Padahal pria itu bisa mencium tunangannya dengan bebas, tapi kenapa malah hatinya yang merasa sakit saat kini diperlakukan tidak lebih dari seorang pengganti?



"Kau mabuk! Lebih baik aku pulang!" Sohyun meraih tas kecilnya dan bergegas menuju pintu keluar sebelum Jungkook menahan kepergiannya.




"Jangan pergi!" Seiring mata nyalang berangsur sendu. "Aku membutuhkanmu," sambung Jungkook yang dianggap Sohyun mulai meracau.




"Kau hanya membutuhkan tunanganmu, bukan aku!" timpal Sohyun yang berhasil menggeser tubuh Jungkook dengan mudah.




"Aku mencintaimu!"




Kalimat pendek itu membuat langkah Sohyun terhenti. Keduanya saling berdiri dengan posisi saling membelakangi.



"Aku mencintaimu Kim Sohyun," ulang Jungkook. Ia berjalan mendekat dan lekas memeluk tubuh Sohyun yang masih berdiri membelakanginya. "Aku membutuhkanmu karena mencintaimu."




Sohyun seharusnya mempercayai kata-kata itu. Apalagi pria Jeon itu jelas-jelas sudah mabuk. Bodoh baginya bila mempercayai ucapannya. Kendati demikian, hatinya berkata berbeda. Ia mulai merasakan sesuatu pada Jungkook.



Sohyun jadi orang pertama yang memagut bibir Jungkook hingga perlahan ciuman itu berubah menjadi gairah. Jungkook dan Sohyun terus bergerak tanpa melepaskan tautan bibir keduanya sampai keduanya memasuki kamar Jungkook.



Saling membuka pakaian masing-masing, keduanya lantas merebahkan diri di tempat tidur empuk dengan pakaian minim. Jungkook menatap lamat-lamat bentuk tubuh Sohyun dan itu berhasil membuat gairahnya melonjak.





Sama dengan Sohyun yang dibutakan oleh perasaannya sendiri. Wanita Kim itu siap melepaskan kesuciannya demi pria yang hanya membutuhkan dirinya selama satu tahun.




Bodoh, bukan?

***


Rasa hangat itu melekat ketika pelukan dari tangan kekar itu masih melingkar di pinggang rampingnya. Dengan posisi saling berhadapan, Jungkook mulai mencumbu wajah Sohyun dengan ciuman singkat. Kening, mata, hidung, pipi, dan bibirnya, tidak ada satupun yang terlewati.




Sohyun menyadarkan dirinya di dada bidang Jungkook lalu memeluknya erat. Semuanya sudah terjadi. Ia sudah memberikan dirinya pada pria yang suatu hari akan membuatnya menangis. Hanya satu tahun, bukankah itu perjanjiannya?




"Aku mencinta—"




Telunjuknya menempel di bibir Jungkook, sekaligus memutuskan perkataan Jungkook yang belum tuntas.




"Jangan katakan lagi. Jangan pernah lagi mengatakannya. Berhenti memberikanku harapan dengan mengatakan hal semudah itu."




Jungkook tercenung meski Sohyun tersenyum padanya.




Sambungnya, "Satu tahun akan jadi waktu yang singkat, Jeon Jungkook. Dan sebelum perpisahan itu tiba, aku akan menjadi kekasihmu."



Jungkook terdiam. Perasaannya bagai tercabik-cabik, walau semua ini adalah idenya. Ialah yang mengatakan demikian. Ya, satu tahun yang ia kira layak sebelum akhirnya mendedikasikan dirinya mengikuti kemauan keluarganya. Pada lahirnya, Jungkook tetaplah akan menikahi Kim Jennie. Bukan Sohyun.




Pelik. Tapi itu kehidupan yang harus dijalaninya.




Sohyun, wanita itu tidak lebih dari pelepasan rasa penasarannya akan hidup yang sempurna dan membosankan. Jungkook hanya bisa memeluk erat wanita yang suatu hari nanti akan amat sangat sulit untuk dilepaskannya. Ditambah kini ia sudah menyadari perasaannya sendiri. Bolehkah ia lebih egois? Bahwa ia tidak akan melepaskan Sohyun.




"Mari kita jalani satu tahun ini dengan indah," tutup Sohyun yang menitikkan air matanya tanpa diketahui Jungkook.


Kisah cintanya yang menyedihkan akan dimulai hari ini.

***

(to be continued)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro