Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 05




[Hidup tak selamanya bercerita mengenai masa lalu. Masih ada hal lain yang tetap harus dijalani di depan sana.]






Entah sejak kapan pria Jeon itu mulai menunggu kedatangan wanita yang belum ia dapatkan namanya itu. Aneh. Kesabarannya setiap hari kian menipis sekadar menunggu wanita itu untuk terus mengunjunginya ke rumah sakit. Meski kadang ia sadar bahwa tidak ada alasan kenapa wanita itu perlu menjenguk. Toh, keduanya juga tidak memiliki hubungan apa pun.



Semenjak hari terakhir keduanya bertemu, Jungkook belajar mengenakan kursi rodanya dengan gigih. Ia ingin membuat kesempatan-kesempatan agar bisa bertemu dengan wanita berkesan unik di hatinya. Hasilnya, tidak sia-sia. Setidaknya sekarang ia bisa menggunakan kursi rodanya dengan lancar. Ia bisa saja membuat momen-momen yang terlihat seperti sebuah ketidaksengajaan. Bagaimanapun, egonya masih tinggi untuk mengakui ia rindu. Atau bilang bahwa dirinya penasaran dengan wanita itu.



"Baa ...!"



Jungkook tersontak. Selama ia melamun ternyata wanita itu lebih dulu memberi kejutan padanya dengan cara diam-diam mengagetkan dari belakang badannya.



"Yak!" makinya—Jungkook— lantang.



Yang dimaki tidak peduli. Sebaliknya, ia tertawa renyah ketika bisa meliat air muka aneh Jungkook. Ditambah pria itu menggerutu kesal. Menjadi hiburan tersendiri untuknya.



"Kau baru datang?" tanya Jungkook masih dalam kondisi yang kesal.



"Wah, apa itu jenis pertanyaan? Kenapa? Jangan bilang sekarang kau mulai menungguku datang, Tuan Tampan Bermulut Tajam?"



Pertanyaan Sohyun sukses menembus pertahan Jungkook yang belum sempurna. Wajah pria itu bersemu. Memalukan sekali, pikir Jungkokk. Kendati demikian, ia tetap ingin terlihat angkuh. Sudah gila kalau ia langsung mengiyakan tembakan wanita itu. Hallo ... harga dirinya mau ditaruh ke mana?



"Mana mungkin aku menunggu perempuan berisik sepertimu! Tadi aku hanya keluar sebentar. Sekarang aku ingin kembali ke kamar dan tidur. Aku juga tidak sudi ketenanganku diganggu tamu tak diundang sepertimu," sangkalnya terus.



Merotasikan matanya, Sohyun terlihat jengah. Jelas sekali pria itu suka sekali berbohong. Dan konyolnya, sepertinya pria itu juga tidak sadar kalau ia tidak begitu lihai melakukannya.



"Baiklah. Kalau begitu sebaiknya aku pergi. Aku tidak akan mengganggumu. Bye!"



Mulut Jungkook membulat sesaat wanita yang memguncir rambutnya itu beranjak beberapa langkah di depannya. Ia tidak sangka kalau wanita itu benar-benar menanggapi ucapannya.




Tiba-tiba wanita itu kembali berhenti. Detik berikutnya memutar balik badannya dan tergelak. Tepatnya menertawakan Jungkook yang tampak merengut. Sangat menggemaskan.



"Hyun-ah!"



Baik Jungkook dan Sohyun, keduanya lantas menoleh ke arah sekumpulan pria tampan yang berjalan mendekati wanita Kim itu.



"Oppa!" Tangan Sohyun melambai.



Dalam sekejap melupakan Jungkook yang mengernyitkan dahinya. Sial! Wanita itu terlihat menyambut para pria itu dengan hangat.



Tatapan tidak senang terpatri jelas di wajah pria Jeon tersebut. Terutama pada seorang pria yang berlesung pipi—Nam Woo Hyun—dan mendekap wanita itu dengan mudahnya. Ia tidak suka. Pemandangan itu menghancurkan suasana hati Jungkook. Amat kacau. Meninggalkan secuil rasa risih melihat wanita itu dekat dengan pria lain tanpa merasa canggung. Ditambah mengumbar senyumnya. Jungkook merasa jengah.




"Bukankah dia pria yang waktu itu kita selamatkan?" tukas Taehwan, pria tinggi yang langsung mengenali wajah Jungkook.




Jungkook memutar sontak memutar kursi rodanya. Dengan hati dongkol, ia pergi meninggalkan gerombolan bodoh itu.



Sohyun mengerjap lemah. Ia menatap kepergian Jungkook dengan aneh. Akan tetapi, tidak ada alasannya untuk menahan kepergian pria sombong itu.



"Cih, sikapnya masih saja buruk!!" timpal Sungjae yang masih belum menghilangkan kesan jeleknya pada Jungkook.



"Sudahlah. Lupakan pria itu. Sekarang, ayo kita melakukan pemotretan di sini," ajak Young nim yang lekas disetujui yang lainnya.


••• [DANDELION] •••


"Sial!" Jungkook menendangkan kakinya ke nakas yang masih bisa dijangkau. Entah sudah berapa lama ia menggerutu. Umpatan-umpatan kecil pun tak kunjung membuat mood-nya jadi lebih baik. Sebaliknya, semakin buruk!



"Dasar wanita itu! Bagaimana bisa dia berdekatan dengan pria sebanyak itu di depan umum? Apa dia tidak tahu malu?" Memainkan tangannya, Jungkook masih meracau dengan pola pikirnya yang ikut kusut. Bahkan sesekali mengacak rambut hitamnya. Nyatanya, tidak berefek apa pun. Emosinya masih labil memikirkan wanita yang berada di kerumunan kaum Adam yang tidak dikenali Jungkook.



"Apa yang sedang kaulakukan?"



Jungkook sedikit melonjak dari kursinya. Matanya melebar ketika mendapati Jennie, tunangannya, suda berada di kamarnya. Wanita mungil yang berparas bak boneka itu selalu menatapnya dengan tatapan hambar. Meski terlihat cantik, tetap saja terkesan membosankan.




"Harusnya aku yang bertanya padamu!" balas Jungkook, lalu memalingkan wajahnya.




Tentu saja. Jennie sudah tahu sikap Jungkook akan begini. Sesering apa dia berkunjung, Jungkook tidak akan peduli. Tidak pula menghitungnya. Malah menganggap kedatangannya merepotkan. Sia-sia saja berharap Jungkook akan merasa senang dengan kedatangannya. Meski asa itu pernah terselip dalam hati kecilnya.



"Kalau begitu aku pulang." Jennie menaruh keranjang buah yang tadi dititipkan ibunya.



Jungkook melirik Jennie yang tampak siap pergi. Pelan, ia mendengkus. Sebenarnya merasa bersalah. Padahal suasana hatinya yang buruk bukan karena Jennie. Namun, wanita itu kena imbasnya. Setidaknya Jungkook tidak benar-benar berhati dingin semenjak dirawat di rumah sakit.



"Tunggu!" Jungkook menyela kepergian wanita berambut hitam itu.



Jennie berbalik lagi. Jujur saja, ia sedikit terkejut. Ini kali pertama Jungkook bersikap lunak.



"Kau mau berjalan-jalan denganku?"


••• [DANDELION] •••


"Hahaha ...."



Tawa riang itu terlalu renyah didengar Jungkook yang saat ini tengah ditemani Jennie. Dibantu sang tunangan yang mendorong kursi rodanya, keduanya melewati koridor ruang perawatan anak-anak. Di sana tampak riuh.



Ikut jadi penonton, Jungkook dan Jennie melihat kumpulan pada pria dan seorang wanita yang terus mengalungi kameranya. Tidak hanya anak-anak yang terlihat senang, tapi para perawat di sana ikut tertawa bersama mereka. Kilasan flash kamera sesekali menghiasi ruangan bernuansa putih itu lebih semarak.



Namun, dari sekian banyak orang yang ada di sana, pandangan Jungkook tidak bisa lepas dari ati sosok. Wanita yang tertawa dan berbaur dengan riang.
Air mukanya yang tergambar senang, ataupun senyum lebar yang diumbarnya secara tidak sadar membuat Jungkook merasa iri. Ya, iri dengan para pria yang bisa berdiri dekat dengan wanita istimewa itu.



"Noona ...." Seorang anak laki-laki yang mendorong tiang infusnya, menarik baju bawah Sohyun. Ia lekas menurunkan badannya, kemudian menatap anak kecil yang tersenyum simpul padanya.



"Noona, nanti kalau infus ini sudah dilepaskan, bolehkah aku difoto lagi denganmu?" bilang anak tadi dengan begitu polos.



Sohyun tersenyum hangat, lalumengusap pundak kecil yang berdiri di depannya. "Tentu saja. Noona akan menunggu hari baik itu tiba," balasnya sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.



"Ah, kalau begitu izinkan Hyung yang mengambil gambarmu!"



Sungjae menyela dan langsung merangkul pundak Sohyun. Keduanya memberi semangat pada si laki laki kecil yang menyeringai puas.




Akan tetapi, tidak dengan Jungkook. Pemandangan di depannya malah membuat kesal.



"Sebenarnya, kenapa kita ke sini? Apa yang ingin kau lihat?" Ucapan Jennie menyentak Jungkook yang baru sadar ternyata dirinya tidak sendirian.



"Aku ingin kembali ke kamarku."



Lagi-lagi pria itu mengubah suasana hatinya dengan sesuka hati. Perangai inilah yang membuat banyak orang di sekitar pria Jeon itu sulit memahami keinginannya.

••• [DANDELION] •••

Tok Tok ....


Sohyun menyembuhkan kepalnya ke salah satu kamar pasien. Namun, saat itu melihat lampu kamar dimatikan. Padahal masih terbilang sore. Agak aneh sebenarnya.



"Kau benar-benar tidur, Tuan Tampan Bermulut Tajam?" tanyanya dengan suara yang tak terlalu besar.



Tak ada jawaban dari sosok yang berbaring dengan punggung yang membelakangi arah pintu. Sohyun pikir, mungkin ini bukan yang tepat untuk berkunjung. Suara pintu berderit, wanita Kim itu berniat menutup pintu.



"Tunggu!"



Gerakan tangan Sohyun berhenti tepat pada saat ia hampir menutup pintu tersebut. Mendengar suara itu terbangun, Sohyun lantas kembali mendorong pintu. Pada saat yang sama pria yang masih kesulitan bergerak karena pinggangnya terluka itu tampak mencoba untuk duduk.



"Biar kubantu." Sohyun berlari kecil. Tanpa diminta, ia lekas membantu pria Jeon itu. Menopang bahu pria itu hingga wajahnya terlalu dekat dengan Jungkook.



Jungkook bergerak canggung. Jarak mereka terlalu dekat. Ia bahkan bisa menatap lekat wajah putih mulus itu dengan jelas. Bau wangi yang menguar dari lehernya turut meninggalkan sensasi tersendiri untuknya.



Dia sungguh mempesona. Berbeda dengan Jennie yang selalu tampil anggun, wanita ini mempesona dengan caranya sendiri. Sikap terus terang dan perhatiannya yang tulus menjadi kelebihannya.



"Bagaimana? Sudah lebih enakan?"



Pertanyaan mendadak itu spontan membuat Jungkook melengos. Ia takut wajahnya yang merona tertangkap basah.



Mengira Jungkook kembali pada tingkah menyebalkannya, Sohyun pun berpamitan. "Kalau begitu—"



"Besok, apa kau akan datang?!" potongnya cepat.



Sohyun tidak menduga perkataan seperti ini akan terlontar. Niatnya tadi ingin berpamitan, tapi sepertinya pria itu berharap bukan mendengar kata selamat tinggal. Melainkan ingin mendengar harapan kalau keduanya akan berjumpa lagi.



"Aku hanya ingin tahu kapan kau akan memberikan foto yang kau janjikan waktu itu," sambung Jungkook yang telah menemukan alasan agar bisa kembali bertemu.



Sohyun terkikik geli. "Baiklah. Besok aku akan memberikannya padamu. Dengan begitu hutangku pun ikut lunas," goda Sohyun sambil bersiap-siap pergi.



Raut muka Jungkook berubah menjadi rungut. Kalau janji itu terpenuhi, bukankah itu sama saja menjadi pertemuan terakhir mereka?

***

(To be continued)

Susah yang lahir pake ganteng maksimal, jaimnya ikutan maksimal 😭😅😅

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro