
08. You're Not An Option
Sunrise in Hollywood,
we ain't slept for days.
Perfect disaster,
me and you.
──────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰──────
Satu hal yang paling Seonghwa sukai dari kamar tidurnya adalah tirai jendela yang berwarna hitam. Tidak lazim memang tapi Seonghwa benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatnya di dalam toko. Tirai hitam tersebut dapat menghalau cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar dengan sangat baik, membuat Seonghwa dapat tertidur lebih lama dan lebih nyenyak.
Seperti sekarang ini, bedanya, tubuh Seonghwa tengah direngkuh dari belakang oleh sepasang lengan kokoh yang sangat ia kenal.
Hari sudah siang ketika Seonghwa membuka mata dan langsung menatap tirai hitam yang masih tertutup, membuat pencahayaan di kamar tidurnya sangat minim. Seonghwa hendak bangkit dari ranjang tetapi terhenti ketika mendengar gumaman dari Hongjoong yang masih terlelap. Seonghwa terkekeh pelan lalu berbalik untuk menatap pria itu lebih jelas.
"Hwa.." Sepertinya Hongjoong mengigau.
"Hai, Joong."
"Hai, Hwa." Hongjoong masih belum membuka mata, membuat Seonghwa gemas sambil mengusap rambutnya secara perlahan.
Seonghwa tidak menyangka bahwa Hongjoong akan berada di sisinya ketika ia bangun. Sempat terlintas di benaknya bahwa Hongjoong akan pergi selepas sesi panas keduanya, tetapi ternyata Hongjoong merengkuhnya semalaman. Hal tersebut membuat hati Seonghwa menghangat dalam sekejap.
"You're still naked." Gumam Hongjoong sambil mengusap punggung Seonghwa, lelaki itu belum sepenuhnya bangun alias masih setengah sadar.
"I was too tired last night." Jemari Seonghwa mulai mengelus leher Hongjoong. Tentu saja Seonghwa lelah, dua ronde ditambah dengan sesi make out yang membuat bibirnya memerah habis-habisan akibat ulah Hongjoong yang terlalu bersemangat menggunakan giginya.
Pria bermarga Kim itu mulai membuka matanya dengan malas, tetapi tangannya sudah bergerilya pada paha telanjang Seonghwa. "Another round?"
Seonghwa tidak bisa menolak permintaan yang diucapkan dengan suara berat serta seksi itu, maka Seonghwa menyuruh Hongjoong untuk menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, sementara ia sendiri mulai mendudukkan dirinya pada pangkuan sang dominan.
"I'll take the control."
─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────
Pizza lebih nikmat disantap di malam hari, begitu pikir Hongjoong. Ia kurang suka jika mengonsumsi makanan barat untuk menu makan siang, tapi Hongjoong tak bisa berbohong bahwa sekarang ia membutuhkan pizza. Butuh, bukan ingin. Karena perutnya belum diisi makanan sejak tadi malam, terlalu sibuk bercinta dengan Seonghwa sebanyak dua ronde belum lagi satu ronde tambahan yang membuat Hongjoong tak bisa protes karena Seonghwa terlihat sangat seksi ketika ia berada di atas.
Mereka memesan dua kotak pizza pada pukul dua siang, sebenarnya sudah terbilang terlambat untuk makan siang tapi keduanya tidak ambil pusing. Seonghwa kepalang lelah dan Hongjoong tidak tega untuk bercinta lagi jadi ia memanjakan Seonghwa di bathub dengan banyak busa sabun beraroma aprikot dan pijatan pada bahunya. Lalu keduanya duduk bersila di depan TV sambil menyantap pizza.
"Joong."
"Hmm?"
Seonghwa menepuk-nepuk perutnya dengan telapak tangan. "Kenyang."
Hongjoong melirik kotak pizza milik Seonghwa yang sudah kosong, porsi makan pria ini hebat juga, tak heran staminanya kuat sekali ketika bercinta. Mengenyahkan pikiran mesumnya, Hongjoong membereskan beberapa potong pizza miliknya yang masih tersisa untuk disimpan dikulkas sementara Seonghwa menyamankan posisi duduknya di atas karpet.
Lelaki Kim itu melirik ke arah Seonghwa. Pria manis itu tampak lucu sekali. Pandangan Hongjoong kembali mengarah pada kulkas dihadapannya dan ia mematung. Bir kaleng, pizza, kamar tidur, ranjang, bathub, karpet di ruang TV. Hongjoong berada di rumah Seonghwa. Mereka berbagi ciuman, berbagi kehangatan, berbagi tawa dan saling merengkuh. Mereka bukan siapa-siapa, tapi kenapa ini semua terasa benar?
"Joong, kenapa lama sekali di sana?" Suara Seonghwa menyadarkan Hongjoong dari lamunannya.
Joong. Seonghwa bahkan punya nama panggilan untuknya.
Hongjoong tertawa sinis, menyadari bahwa ia melakukan hal yang sama pada Seonghwa. Joong dan Hwa, Joonghwa. Atau Juhwa? Juyeon dan Hwa? Hongjoong tidak tahu seperti apa wujud kekasih Seonghwa itu, tapi ia mendadak geram ketika nama pria itu melintas di pikirannya.
"Kita tidak bisa melakukan ini." Ucap Hongjoong, ia menutup pintu kulkas dengan sedikit keras.
Dahi Seonghwa berkerut. "Apa maksudmu?"
"Seonghwa, kita bercinta sementara kau punya seorang kekasih."
"Maksudmu Juyeon?"
Hongjoong mengangguk.
"Ia bukan kekasihku, kami tidak berpacaran, Joong."
Pria bermarga Kim itu mengusap wajahnya dengan frustasi. "Jujurlah padaku, Hwa."
"Aku mengatakan yang sesungguhnya!" Dengan segera, Seonghwa bangkit dari duduknya. "Aku dan Juyeon, kami bukanlah apa-apa."
"Aku melihat dia mencium dahimu tempo hari!" Nada suara Hongjoong meninggi dalam sekejap. "Aku berkunjung kemari karena ingin meminta maaf padamu perihal adu mulut kita di restoran Italia waktu itu, tetapi kau bersamanya dan ia mencium dahimu."
Seonghwa tidak tahu bahwa Hongjoong ada disana.
"Kau tidak memberontak, kau tidak marah, kau tidak meninggikan nada bicara seperti yang kau lakukan padaku. Kau hanya diam ketika ia menciummu."
"Joong, aku--"
"Mungkin kalian tidak berpacaran tapi seperti yang kau katakan di restoran, kau memilihnya."
Andai Seonghwa tidak mengatakan itu.
"Kau memilihnya lebih dahulu."
Andai Seonghwa tidak berbohong sejak awal.
"Kau memilih Juyeon ketimbang aku."
Tidak. Itu tidak benar. Seonghwa hendak mengatakan bahwa Hongjoong akan selalu jadi yang pertama untuknya tetapi lidah Seonghwa mendadak kelu. Ia hanya diam ketika Hongjoong membereskan barang-barangnya dan hendak melangkah pergi.
Hongjoong sendiri sudah terlalu marah untuk mencerna situasi saat ini, tetapi langkahnya terhenti ketika Seonghwa memanggil namanya dengan lirih.
"Joong."
Suaranya bergetar, Hongjoong tahu Seonghwa menangis.
"Kau bukanlah sebuah opsi karena kau adalah yang pertama untukku."
Terdengar langkah kaki Seonghwa yang berjalan mendekatinya.
"Ketika kau mengulurkan tangan untuk mengajakku berdansa di pesta pernikahan Mingi dan Yunho, aku sudah memilihmu."
Jarak keduanya sangat dekat sekarang.
"Sejak awal, aku sudah memilihmu, Kim Hongjoong."
Di dalam hati, terletak sebuah pikiran. Bagaimanapun, beberapa orang berpikir dengan kepala dan yang lain berpikir dengan hati. Tetapi Hongjoong memilih pikiran, karena hati sudah terlalu banyak melukai dirinya. Tanpa mengucapkan sepatah kata dan tanpa menatap wajah Seonghwa, Hongjoong melangkah pergi dari apartemen itu.
─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────
A/N :
Another ribut-ribut karena aku suka keributan 🤩
GBL, gemes banget loh 🥺🥺🥺😫😫😫🤍🤍🤍
Btw bentar lagi buku ini tamat loh 😚
-yeosha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro