Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07. Make Me Your King

There you are at my door
Drunk and asking me for a kiss
When yesterday you said that you hate my guts
Now you're back in love?

──────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰──────


⚠️ : smut, yang masih SD jangan baca.

Ada yang aneh dengan Seonghwa dan Hongjoong.

Pikiran itu hinggap di kepala Wooyoung sejak tadi, netranya sibuk memperhatikan kedua lelaki yang kini duduk saling berjauhan dan enggan menatap satu sama lain. Seingat Wooyoung, terakhir kali ia melihat Seonghwa dan Hongjoong ketika berdansa di pesta pernikahan Mingi dan Yunho. Tak ada yang salah dari mereka, malah terlihat sangat pas dan serasi, berbanding terbalik dengan situasi saat ini.

San mengundang teman-teman terdekatnya untuk menghadiri pesta di kediamannya. Pesta yang dimaksud adalah bermain playstation ditemani soju dan cemilan. Yunho dan Mingi datang membawa sekotak ayam goreng yang langsung diklaim oleh Yeosang. Jongho sendiri datang sambil menggandeng tangan si lelaki Kang dengan erat. Mereka semua terkejut ketika Wooyoung melangkah keluar dari kamar San, ia bahkan mengenakan hoodie hijau lumut dan celana basket milik sang tuan rumah. Yang lain tidak bertanya, tapi mereka berasumsi bahwa Wooyoung dan San sudah tinggal bersama.

Sementara mereka sudah berkumpul di depan televisi, Hongjoong datang disusul Seonghwa sepuluh menit kemudian. Aura canggung menguar di udara, keduanya tidak mengatakan apapun dan memilih untuk menjaga jarak sejauh mungkin. Yang lain mungkin tidak peduli, tetapi Wooyoung peduli. Ia memperhatikan Seonghwa yang melamun sambil memilin ujung kaosnya, serta tatapan tajam Hongjoong pada layar televisi, seakan-akan matanya dapat mengeluarkan laser dan membelah layar TV tersebut.

"Hyung." Wooyoung menyenggol lengan Seonghwa pelan. "Hyung belum makan apapun."

Lelaki itu menoleh dan tersenyum. "Ayam gorengnya sudah diklaim Yeosang."

Pandangan Wooyoung beralih pada Yeosang yang tengah memeluk box ayam goreng itu erat-erat, dasar tamu kurang ajar.

"Bagaimana dengan ramyeon? Hyung mau?"

Seonghwa tampak berpikir sejenak kemudian mengangguk. Wooyoung langsung menarik tangan lelaki yang lebih tua ke dapur untuk memasak ramyeon bersama.

"Hyung."

"Hmm?"

"Kau baik-baik saja?" Wooyoung bertanya dengan sungguh-sungguh. Ia sudah lama tidak bertemu Seonghwa dan tak bisa dipungkiri bahwa Wooyoung khawatir dengan raut wajah murung tersebut.

"Aku baik, Wooyoung. Kau tak perlu khawatir." Jawab Seonghwa sambil memasukkan bumbu ke dalam panci.

"Aku selalu ada disini jika Hyung membutuhkanku." Wooyoung ikut-ikutan mengaduk bumbu dalam panci yang berisi air tersebut. "Aku akan siap mendengarkan."

Seonghwa tidak menjawab tetapi jemarinya mengusak rambut Wooyoung dengan sayang dan mereka memasak ramyeon bersama setelahnya.

─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────

Malam ini berjalan sangat lambat bagi Hongjoong. Ia menahan diri untuk tidak minum soju karena harus menyetir pulang nanti. Hongjoong melirik Yunho yang sudah tertidur dengan paha Mingi sebagai bantalnya. Dalam hati, Hongjoong berdecak iri melihat pasangan yang sudah menikah itu. San dan Jongho masih sibuk pada game sepak bola dihadapan mereka, sementara Yeosang menggerutu karena ayam gorengnya sudah habis.

Lebih baik aku pulang, batin Hongjoong. Ia bangkit dari duduknya dan berpamitan pada San yang hanya dibalas anggukan oleh pria itu. Ketika hendak mencapai pintu depan, sebuah suara menghentikannya.

"Hyung mau pulang?" Rupanya Wooyoung, juga terdapat Seonghwa disisinya.

"Ya."

"Seonghwa Hyung juga mau pulang, Hyung mau mengantarnya kan?"

Hongjoong menatap Seonghwa yang kini tengah menundukkan kepalanya, ia menghela napas sejenak kemudian mengangguk. "Oke."

"Thanks, Hongjoong Hyung! Hati-hati dijalan." Pelukan singkat Wooyoung berikan pada Seonghwa sebagai tanda perpisahan, lalu mendorong tubuh pria itu untuk mendekat ke arah Hongjoong.

Keduanya melangkah dari apartemen San dengan canggung, bahkan di dalam mobil pun hanya diisi dengan bisingnya saluran radio yang rusak namun Hongjoong tak ingin repot-repot menggantinya. Buktinya Seonghwa juga tidak protes.

Perjalanan pulang yang mencekam dan horor itu berakhir dengan terparkirnya mobil Hongjoong di depan apartemen Seonghwa, walaupun terasa lama dan canggung sekali, tapi akhirnya Hongjoong bisa menghembuskan napas lega.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang." Ucap Seonghwa.

"Bukan masalah." Hongjoong masih punya hati nurani untuk menjawab perkataan temannya itu, padahal tadi ia berniat untuk mengangguk saja.

Seonghwa melepas seatbeltnya lalu melangkah keluar dari mobil Hongjoong dan menutup pintunya. Tetapi bayangan lelaki itu belum bergerak dari tempat ia berdiri, Hongjoong sendiri masih enggan untuk menancap gas dan meninggalkan tempat itu. Sampai akhirnya, pintu mobil tersebut kembali terbuka dan kepala Seonghwa melongok ke dalam. Untuk pertama kalinya pada malam ini, Seonghwa menatap Hongjoong dengan mata bundarnya yang indah.

"Kau mau mampir?"

─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────

Apartemen Seonghwa masih sama seperti terakhir kali Hongjoong berkunjung. Rapi, bersih, dan teratur. Tipikal Seonghwa sekali. Hongjoong tahu ia tidak seharusnya menerima ajakan Seonghwa untuk mampir kemari karena Seonghwa sudah punya pacar yang Hongjoong lihat tempo hari. Meski Seonghwa tidak menceritakannya, tetapi Hongjoong telah mengambil kesimpulan. Mana mungkin pria itu menciumnya jika mereka hanya sekedar teman?

"Aku tidak punya soju tapi aku punya bir kaleng." Lalu ekspresi Seonghwa berubah dalam sekejap. "Oh, aku baru ingat kau harus menyetir--"

"Aku akan meninumnya." Jawab Hongjoong, tangannya dengan cepat meraih satu kaleng bir tersebut dan membukanya. "Cheers?"

Seonghwa melakukan hal yang sama. "Cheers."

Suara bir kaleng yang berdenting memenuhi seisi dapur, membuat keduanya cepat-cepat menenggak minuman tersebut. Hongjoong puas sekali, akhirnya malam ini ia bisa minum alkohol.

Tidak ada pembicaraan yang tercipta, baik Seonghwa maupun Hongjoong sibuk dengan pikirannya masing-masing sambil menyandarkan tubuh pada kitchen counter.

"Bagaimana kabarmu?" Seonghwa inisiatif bertanya untuk membunuh keheningan yang melanda.

"Aku baik, Hwa."

Hwa. Sudah lama sekali Seonghwa tidak dipanggil seperti itu. Dan memang hanya Hongjoong yang memanggilnya dengan nickname tersebut. Gelenyar aneh merasuki tubuh Seonghwa, ia menatap lekat wajah Hongjoong yang entah mengapa terlihat sepuluh kali lebih tampan malam ini. Dan Seonghwa baru menyadari bahwa lelaki itu berjarak sangat dekat dengannya sekarang.

Seonghwa setengah mati ingin menyentuhnya.

Seakan mengerti jalan pikiran liar Seonghwa, Hongjoong mencondongkan tubuhnya untuk menjangkau pria penyuka stroberi itu. "Hai." Bisik Hongjoong.

"Hai." Jantung Seonghwa berdebar-debar ketika menjawabnya.

Jemari Hongjoong merengkuh pinggang Seonghwa. "Aku ingin menyentuhmu sejak tadi, tapi pasti akan menarik perhatian jika aku melakukannya di rumah San."

Seonghwa memejamkan mata, menikmati hembusan napas Hongjoong yang menerpa lehernya. Bibir lelaki Kim itu bergerak turun untuk melumat leher Seonghwa, pasti akan berbekas kemerahan besok. Hongjoong kira, Seonghwa akan memberontak tapi nyatanya pria itu mendesah.

"Siapa namanya?" Tanya Hongjoong.

Seonghwa langsung mengerti. "Lee Juyeon."

"Apakah Juyeon pernah membuatmu mendesah seperti ini, Seonghwa?"

Lelaki Park itu menggeleng. "Hanya kau yang bisa."

Hongjoong melangkah mundur lalu menatap Seonghwa dengan senyum miring dan Seonghwa tak bisa lagi menahan hasrat yang membuncah dalam dirinya, jadi ia menarik lengan Hongjoong dan membawanya ke dalam kamar tidur.

─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────

Seonghwa duduk di sisi ranjang dengan Hongjoong yang berdiri menjulang dihadapannya. Jemari Seonghwa dengan tidak sabar membuka paksa tali pinggang serta celana jeans yang masih membalut tubuh Hongjoong.

"Be patient, Hwa."

Seonghwa menggeleng. "I want to taste you."

"How bad?"

"So bad."

Hongjoong menyeringai, ia membiarkan Seonghwa meloloskan dalamannya dan langsung berhadapan dengan penis Hongjoong yang sudah menegang. Terdapat ekspresi ragu pada wajah Seonghwa dan ia beradu tatap dengan Hongjoong, pria Kim itu mengusap bibir Seonghwa dengan ibu jarinya.

"You can take it."

Dan Seonghwa mengulumnya, ia mencengkram kedua sisi pinggang Hongjoong untuk memperdalam akitivitas mereka. Jari jemari Hongjoong meremat rambut Seonghwa, menyalurkan rasa nikmat tiada tara atas servis yang ia terima.

"Angghh...just like that."

Seonghwa mendongak untuk menatap wajah seksi Hongjoong yang tengah mendesah, kedua pipi Seonghwa terasa panas ketika Hongjoong turut memaju mundurkan pinggulnya sehingga kejantanannya ditelan penuh oleh sang submisif.

Hingga kemudian Seonghwa merasakan kejantanan Hongjoong berkedut dan pria itu hampir menariknya keluar tetapi Seonghwa menahannya, membuat cairan Hongjoong tumpah di dalam mulut Seonghwa. Hongjoong mengerjap ketika Seonghwa menelan cairannya disertai gerakan sensual oleh lidah panjangnya. Pria ini benar-benar luar biasa.

Sambil mengatur napas, Hongjoong melepas kemejanya dan membantu Seonghwa menanggalkan pakaian yang tersisa. Lelaki itu malu dan Hongjoong memberi kecupan singkat dipipi agar ia percaya diri. "Relax, Hwa." Gumam Hongjoong.

Seonghwa menatap sang dominan yang sedang menindihnya. "Katakan sekali lagi."

"Hmm? Relax?"

"Another one."

"Hwa." Hongjoong menatapnya bingung. "Hwa?"

Seonghwa mengangguk. "Aku suka ketika kau memanggilku begitu."

Hongjoong tersenyum, ia mengecup hidung Seonghwa untuk mengalihkan perhatian pria itu dari aktivitas jarinya di bawah sana. Tapi Seonghwa tetap berjengit ketika dua jari Hongjoong mengisi lubangnya, rasanya sedikit perih dan aneh.

"H-Hongjoong... ahhhh."

"Ssshh, relax." Lelaki itu menatap Seonghwa dengan khawatir. "Kau punya kondom?"

Seonghwa menggeleng.

"Baiklah, percaya padaku semua akan baik-baik saja. Oke?"

Dan Seonghwa mengangguk patuh. Ia kembali mendesis ketika Hongjoong menambahkan satu jari lagi. Itu semua Hongjoong lakukan agar Seonghwa lebih rileks dan tidak terlalu sakit nantinya. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Seonghwa, tapi ia memeluk leher Hongjoong erat-erat karena ia percaya pada pria itu.

"I want to hear you scream my name." Bisik Hongjoong seduktif, jemarinya sudah selesai melakukan tugas di bawah sana. "I want to feel you tighten around my cock."

Seonghwa bisa orgasme hanya dengan mendengar dirty talk dari Hongjoong. Ia dapat merasakan ujung penis sang dominan telah memasuki lubangnya, Seonghwa lagi-lagi mendesis. Kejantanan Hongjoong tidak bisa menahan lebih lama lagi, memang baru setengah yang masuk tapi rasanya luar biasa. Hongjoong seperti menemukan rumah. Tempat dimana seharusnya ia berada. Ia meraup bibir Seonghwa sementara pinggulnya mulai bergerak dengan perlahan.

"Hongjoong... please." Kedua mata Seonghwa terpejam dengan erat. "Faster."

Hongjoong kira Seonghwa meminta untuk berhenti, ternyata sebaliknya. Menuruti permintaan sang submisif, Hongjoong mempercepat gerakan pinggulnya, menimbulkan bunyi yang memenuhi kamar antara kecipak basah dan kulit saling beradu.

Bibir Seonghwa terbuka untuk mendesah, jemari lentiknya yang panjang mencengkram anak rambut pada leher Hongjoong. Seonghwa tak pernah merasakan hal sehebat ini sebelumnya, dan ia bersyukur karena dapat merasakannya bersama Hongjoong.

"Oh God.." Kedua tangan Seonghwa berpindah untuk mencengkram bicep Hongjoong sementara pria itu meninggalkan beberapa kecupan pada dada Seonghwa.

"God is not gonna help you, Hwa." Bisik Hongjoong seduktif. "I'm the only God you'll praise."

Hongjoong benar-benar pintar berbicara sehingga Seonghwa benar-benar tunduk padanya. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa mereka berdua menginginkan ini, terutama Seonghwa. Ia tak mau berbohong dan terus lari dari Hongjoong, karena Seonghwa tahu Hongjoong adalah candu.

"Look at me, Hwa." Titah Hongjoong. "Look at me while I fuck you so hard."

Pandangan keduanya bertemu, ada binar rindu pada netra Hongjoong yang tengah menggagahi Seonghwa sekarang. Wajah tampan, rambutnya yang basah, bibir mendesah, Seonghwa menyukainya. Seonghwa menyukai Hongjoong.

Sementara mereka saling beradu tatap dan napas, Hongjoong bisa merasakan lubang Seonghwa berkedut dan menjepitnya semakin kuat, bersiap untuk mendapat orgasmenya.

"Fill me." Seonghwa berucap sungguh-sungguh. "Please, Hongjoong."

Sang dominan menurut, ia sedikit menunduk untuk kembali mencumbu Seonghwa, menyapu lembut bibir pria itu dan Seonghwa mendapatkan orgasmenya, disusul Hongjoong yang mengisi penuh lubang Seonghwa beberapa saat kemudian. Keduanya mengatur napas, terutama Seonghwa yang terlihat jauh lebih berantakan sekarang. Ia masih berada di langit ketujuh ketika Hongjoong mencium dahinya dengan hati-hati, seakan-akan Seonghwa adalah manusia yang sangat rapuh.

Juyeon pernah melakukan hal yang sama tempo hari, mencium dahinya, dan Seonghwa tidak dapat merasakan apapun. Tetapi malam ini ketika Hongjoong melakukan hal yang sama, Seonghwa dapat menyimpulkan satu hal, ini semua terasa benar.

Lalu mereka terlibat ciuman paling menggairahkan yang pernah ada, sesekali keduanya tersenyum disela-sela cumbuan itu dan pikiran Seonghwa hanya dipenuhi oleh seorang Kim Hongjoong.

─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────

A/N :

Chapter ini adalah satu chapter favoritku di buku ini 😩

Ayo tim JoongHwa mana suaranya 😙

-yeosha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro