Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02. An Invitation

How about I pick you up at 9?
Meet me outside
Baby, its a vibe

──────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰──────

Hal pertama yang Hongjoong lihat ketika memasuki studionya adalah raut wajah Eden Kim yang menyambutnya sambil menyeringai. Dalam artian, mesum.

"Bagaimana kencanmu?" Eden menepuk tempat kosong di sofa yang tengah ia duduki, "Ceritakan semuanya padaku."

"It's not a date, you idiot."

"Hey, I'm older than you!"

Hongjoong terkekeh kemudian mendudukkan dirinya di sebelah Eden, "Kau ingin mendengar apa?"

"Apapun."

"Aku menjemputnya di kampus lalu kami makan siang bersama, hanya itu."

Dahi Eden berkerut, "Kau mengencani mahasiswa?"

"Seonghwa adalah seorang asisten dosen."

"Teman kencanmu laki-laki?"

Hongjoong mematung sedetik kemudian berdeham singkat, "Bukankah aku sudah memberitahumu?"

"Kau tidak memberitahuku apapun."

"Maaf." Gumam Hongjoong.

Walau setengah kesal, namun Eden tetap tersenyum sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong hoodienya. "Sebelas hari lagi, datang ya."

Butuh beberapa detik sampai Hongjoong mengerti maksud dari benda yang kini berada di pangkuannya. "YOU ARE GETTING MARRIED?"

"Calm down, dude."

Hongjoong menggenggam undangan tersebut dengan erat lalu memeluk Eden dari samping, "Congratulations, Hyung."

"Wow, now you call me hyung," Dengan setengah tertawa, Eden membalas pelukan Hongjoong yang sudah ia anggap seperti adik kecilnya sendiri, "Thank you, Hongjoong."

"Aku masih tidak menyangka kau akan menikah." Hongjoong melepas pelukannya, memandangi undangan pernikahan yang tampak elegan dengan pita kecil sebagai pembungkusnya, "Kau tidak pernah bercerita apapun padaku!"

"Hehe, maaf." Eden beranjak dari duduknya, ia hendak keluar dari studio Hongjoong tetapi berbalik kemudian berkata. "Hongjoong."

"Ya?"

"Jangan lupa ajak Seonghwa ke pernikahanku besok, aku ingin melihat seperti apa pria yang mampu meluluhkan hati adik kecilku."

Dan Hongjoong dibuat malu setelahnya.

────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰────

Terdapat sebotol jus jeruk kemasan di atas meja Seonghwa, ia melirik kesana kemari dan tak menemukan siapa pengirimnya, Seonghwa hendak membuangnya di kotak sampah sampai sebuah suara yang begitu ia kenal berkata..

"Aku membelinya dari vending machine," Juyeon datang sambil menunjukkan senyumnya yang hangat dan manis, "Untukmu."

"Benarkah?"

Juyeon mengangguk, "Aku pikir, kau membutuhkan sesuatu yang segar di tengah cuaca panas ini."

Seonghwa tidak suka jus jeruk.

"Terima kasih, aku akan menikmatinya."

Dan Seonghwa tidak pernah menyukai Juyeon.

────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰────

Hongjoong ragu antara menelepon Seonghwa atau berkunjung ke apartemennya malam hari ini. Dan pilihan Hongjoong jatuh pada opsi kedua. Ia pernah mengantar pulang Seonghwa, satu kali, sehabis dari acara pernikahan Yunho dan Mingi. Seonghwa bercerita, ia memang tak lagi tinggal bersama orang tuanya, Seonghwa memilih untuk menyewa apartemen kecil di dekat kampusnya agar dapat berangkat kerja dengan berjalan kaki. Dan Hongjoong menyukai keputusan Seonghwa karena ia dapat mengunjungi lelaki itu kapanpun ia mau. Hentikan, Hongjoong terdengar seperti seorang kekasih saat ini.

Mengetuk pintu berwarna putih tulang dihadapannya, kedua kaki Hongjoong bergerak tidak nyaman dan tubuhnya sedikit berkeringat. Ia tidak tahu mengapa dirinya sangat gugup sekarang.

"Hongjoong?"

"Hai, Seonghwa."

Park Seonghwa tampak lelah, tentu saja. Ia bekerja sampai sore hari, pakaiannya masih sama saat seperti di restoran siang tadi, dan Hongjoong berani bertaruh bahwa Seonghwa belum mandi.

"Apakah aku mengganggumu?"

Seonghwa menggeleng, "Tidak kok, kau mau masuk dulu?"

"Aku hanya sebentar." Kedua tangan Hongjoong terbuka dihadapan Seonghwa dengan undangan pernikahan Eden di atas telapaknya. "Kau tahu Eden bukan?"

"Sesama produser yang bekerja denganmu?"

Hongjoong menganggukkan kepalanya, "Benar, ia akan menikah sebentar lagi dan ia mengundangku."

Park Seonghwa sudah tahu kelanjutan dari ucapan Hongjoong.

"Aku ingin kau datang bersamaku ke pernikahan Eden, apakah kau keberatan?"

Ya.

"Tidak," Seonghwa tersenyum lalu meraih kartu undangan tersebut, "Tidak sama sekali."

Kalau Hongjoong bisa melompat, ia akan lompat saat ini juga. Tetapi hal itu akan terlihat memalukan jadi ia menahannya.

"Terima kasih, Seonghwa."

"Kembali kasih, apakah ada dresscode atau semacamnya?"

"Tidak, tidak ada. Pakai saja apapun yang kau mau."

Oke, itu tadi terdengar aneh. Hongjoong sedikit menyesali perkataannya.

"Baiklah, aku akan datang bersamamu."

"Tentu... ya tentu saja."

"Oh iya, Hongjoong."

"Ya?"

Tatapan sayu terpancar dari raut wajah Seonghwa yang lelah, "Kau tidak harus datang menemuiku hanya untuk memberitahu hal ini, cukup dengan panggilan telepon saja."

"Kau keberatan dengan kedatanganku?"

"Tidak," Mengusap wajahnya singkat, Seonghwa kembali berucap, "Aku tidak ingin kau merepotkan dirimu sendiri."

Hongjoong terdiam selama beberapa detik, memproses perkataan Seonghwa.

"Aku senang kau datang namun kau bisa menyimpan energimu untuk bekerja alih-alih berada di sini--"

"Aku memang ingin bertemu denganmu." Potong Hongjoong cepat.

Sial, apa yang baru saja ia katakan?

"Aku tahu, kita baru saja menghabiskan waktu bersama saat makan siang tadi, namun aku... aku ingin bertemu denganmu lagi, Seonghwa."

Ketahuilah bahwa Seonghwa sangat terkejut sekarang.

"Kenapa?"

"Tidak ada alasan, aku hanya..." Hongjoong menatap pria dihadapannya ini dengan sendu, "Maaf jika aku menyita waktumu untuk beristirahat, kau pasti lelah sekali sekarang."

Hening.

"Bukan masalah untukku, terima kasih sudah berbicara dengan jujur." Balas Seonghwa setelah beberapa detik. Memang benar ia sangat lelah dan ingin segera tidur sekarang, namun Seonghwa harus menghormati kehadiran Hongjoong saat ini.

Lelaki bermarga Kim itu tersenyum, "Kalau begitu, aku pulang dahulu."

"Hati-hati di jalan."

"Tentu," Hongjoong sempat ragu saat ia melangkah maju dan melingkarkan kedua lengannya di tubuh pria bermarga Park itu, memeluknya dengan kurun waktu singkat, "Selamat malam, Seonghwa."

"Selamat malam juga, Hongjoong."

Satu hal yang Hongjoong sadari, bahwa Seonghwa tidak memeluk balik dirinya.

─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────


A/N :

Aku cuma mau kasih tahu kalo buku ini bakal ada beberapa konflik (read : banyak) seperti di buku Playing With Fire. Tapi konflik ringan kok serius ☺☺☺☺🧢 hehehe

Terima kasih sudah mau baca ❣

-yeosha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro