Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7 - Hansel and Gretel

Author's POV

Meskipun hari masih pagi, tetapi banyak orang yang sudah beraktivitas seperti biasanya. Mentari bahkan belum menampakkan dirinya. Bulan masih bersinar dengan terang di tengah gelapnya angkasa.

(Y/n) tampak sedang meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Ia memutar lengannya beberapa kali hingga dirinya puas. Lalu, gadis itu mulai berlari kecil di sekitar rumahnya. Tidak jauh dari sana.

"Kau suka lari pagi?"

Pertanyaan itu berasal dari Clove. Lelaki itu berdiri menjulang di sebelah (Y/n). Namun, ia tidak berlari. Justru ia mengapung di udara sebagaimana layaknya seorang roh.

"Ya. Sudah menjadi kebiasaan," jawab (Y/n) masih sambil berlari.

Clove diam sejenak. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu di dalam kepalanya. Melihat (Y/n) yang tiba-tiba ingin berlari pagi hari ini, seketika ia teringat dengan Lilliana. Gadis yang menjadi tuannya sebelum (Y/n). Memang saat ini (Y/n) meminjam tubuh Lilliana. Namun, yang mengisinya tetap berbeda.

"Clove, ada apa?" (Y/n) sudah berhenti berlari. Kini tatapannya tertuju pada Clove.

Gelengan kepala adalah respon yang diberikan oleh Clove. "Iie. Bukan apa-apa."

(Y/n) pun hanya mengangguk. Membiarkan Clove diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri tanpa bertanya lebih lanjut.

***

"Mengapa kau yang membuat sarapan?"

Seusai berlari pagi, (Y/n) tiba-tiba saja berlalu ke dapur. Clove yang merasa heran pun mengikutinya. Namun, ternyata gadis itu tengah membuat sarapan. Lelaki itu sudah berada di samping (Y/n). Ia melirik isi teflon yang tengah (Y/n) gunakan. Di atasnya terdapat dua buah telur yang tampak belum matang.

"Ya. Karena masakanmu tidak enak, Clove."

Clove mendengus. "Lain kali lebih banyaklah berbohong, (Y/n)," ujarnya sarkas.

(Y/n) hanya acuh. Ia sibuk memindahkan dua buah telur yang sudah matang ke atas piring. Kemudian, piring tersebut dibawanya ke atas meja. Ia menaruh masing-masing telur ke atas selembar roti. Salah satunya ia sodorkan pada Clove. Lelaki itu pun langsung melemparkan tatapan heran.

"Makanlah. Aku membuatnya untukmu," ujar (Y/n) ketika ia disuguhi tatapan heran lelaki itu.

"Aku tidak butuh makan, (Y/n)," sanggah Clove.

"Karena kau adalah seorang roh penjaga? Roh penjaga sekalipun membutuhkan tenaga untuk menjaga tuannya. Bukankah begitu?" (Y/n) berkata sebelum menggigit roti bagiannya.

Pada akhirnya, Clove sudah memasukkan roti itu ke dalam mulutnya tanpa ia sadari. Telur yang setengah matang itu sudah pecah di dalam mulutnya. Kentalnya dari kuning telur telah memenuhi rongga mulut.

"Enak?" (Y/n) menunggu jawaban dari Clove.

Tanpa segan, Clove pun mengangguk. Toh memang rasanya enak. Hingga pada akhirnya, piringnya telah bersih. Bahkan sarapan yang (Y/n) buat telah tandas lebih dulu daripada milik gadis itu sendiri.

"Apakah sarapan buatanku sangat enak sampai kau menghabiskannya?" goda (Y/n) sambil bertopang dagu di atas meja. Tatapan jahilnya tertuju pada Clove.

"T-Tidak. Hanya saja, terlalu sayang jika dibuang," tukas Clove tanpa memandang (Y/n) yang terkekeh.

"Lain kali, kau harus lebih jujur ya, Clove."

(Y/n) pun mengambil piring yang mereka pakai dan berlalu ke dapur. Meninggalkan Clove seorang diri.

***

Senjata Kutukan yang baru saja (Y/n) panggil kini ia amati secara saksama. Entah mengapa, ia merasa jika senjata itu tampak lebih ringan daripada sebelum-sebelumnya. Bisa saja ini hanyalah perasaannya semata. Namun, (Y/n) tidak yakin jika ini hanya perasaannya saja.

"Clove."

Yang dipanggil menoleh. Menatap lurus pada yang memanggil.

"Ada apa?"

(Y/n) menunjukkan Senjata Kutukannya. "Senjata ini terasa lebih ringan di tanganku. Apakah ada penyebabnya atau memang baru kusadari sekarang?" tanyanya meminta penjelasan.

"Senjata yang kau pakai memang seperti itu. Hanya saja kau baru menyadari saat ini. Yah, mungkin karena kau sudah sering berlatih belakangan ini," jelas Clove sambil membalikkan halaman buku yang ia baca.

Penasaran dengan apa yang Clove baca, (Y/n) pun mendekati lelaki itu yang duduk di tempat biasa. Di atas pagar pembatas balkon kamar (Y/n).

"Buku apa yang kau baca?" (Y/n) bertanya sambil berusaha melihat judul yang tertera pada sampul buku. Namun, ternyata sulit untuk dilihat karena Clove tidak ingin memperlihatkannya.

"Buku dongeng," jawabnya singkat.

"Dongeng? Kau masih suka cerita dongeng?" (Y/n) menatapnya geli.

"Ya. Memangnya mengapa?" Clove pun menutup bukunya dan menatap lurus pada (Y/n). Kini judul buku itu terlihat dengan jelas.

"Oh, Hansel and Gretel ya," gumam (Y/n) baru tahu apa yang tengah Clove baca sejak tadi.

Lelaki itu sontak menyembunyikan buku tersebut. Ia memalingkan wajahnya ke samping. Menghindari tatapan geli dari (Y/n).

"Tidak apa-apa, Clove. Seorang lelaki yang menyukai dongeng termasuk kakkoi* juga," ujar (Y/n) sambil tersenyum. Senyumnya tidak mengejek, namun terlihat menenangkan. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis itu saat ini hingga membuatnya tersenyum seperti itu. (*Keren)

Clove tiba-tiba bersuara. "Buku ini adalah pemberian dari Lilliana-sama. Beliau memberikannya padaku pada saat beberapa bulan setelah aku menjadi roh penjaganya. Awalnya aku menolak untuk membacanya. Ditambah buku ini hanya diisi oleh cerita-cerita yang tidak masuk akal."

"Tetapi, kau tetap membacanya kan?" tebak (Y/n).

Lelaki bersurai pirang itu mengangguk. Ia menatap buku yang berada di genggamannya. Jari telunjuknya mengusap judul buku itu dengan perlahan. Buku dongeng berjudul Hansel and Gretel itu telah menjadi salah satu kenangan yang diberikan oleh Lilliana. Tidak mungkin Clove menyimpannya hingga terselimuti oleh debu atau bahkan membuangnya. Dengan keberadaan buku itu, ia bisa mengingat Lilliana yang sudah hampir ia lupakan.

"Clove."

Sontak lamunan Clove buyar. Ia langsung menoleh dan menatap Lilliana-ah, bukan, lebih tepatnya (Y/n). Ia akui, ia memang sering lupa jika saat ini jiwa yang berada di dalam tubuh itu adalah (Y/n), bukan tuannya yang dulu.

"Selain Lilliana, apakah ada tuan lain yang membekas di dalam hatimu?"

Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontarkan. (Y/n) bahkan belum sempat menghentikan mulutnya sendiri. Seharusnya ia sudah tahu jika hanya Lilliana sajalah satu-satunya tuan yang membekas di dalam hati Clove. Lelaki itu juga sudah pernah mengatakannya. Lantas, mengapa (Y/n) bertanya? Rasanya ia ingin menghilang saat ini.

Namun, tidak seperti perkiraan (Y/n), Clove justru mengangguk. Wajar saja, sudah seratus tahun ia menjadi roh penjaga. Itu artinya sudah ada puluhan generasi keluarga Tyazel yang telah menjadi tuannya. Tidak mungkin hanya Lilliana saja yang ia anggap sebagai tuan yang paling lelaki itu ingat.

"Ada. Namun, aku tidak mengingatnya," jawabnya singkat.

"Mengapa kau bisa lupa?"

"Setelah tuan yang baru muncul, aku akan lupa dengan tuan yang sebelumnya kulayani. Hanya kilasan ingatan yang tak jelas yang kuingat. Bahkan wajah mereka tidak bisa kuingat dengan jelas. Memang seperti itu kontrak yang telah ditulis." Clove tiba-tiba menoleh dan menatap pada (Y/n). Ia mengernyit heran. "Kau belum membaca buku itu hingga selesai ya?"

(Y/n) meringis. Ia bahkan sudah lupa dengan keberadaan buku yang pertama kali ia temukan itu dan berakhir memanggil Clove ke sini. Terima kasih kepada Clove yang telah mengingatkannya kembali.

"Aku lupa. Nanti saja kubaca," sahut gadis itu enteng.

"Jangan sampai lupa. Aku tidak ingin punya seorang tuan yang tidak tahu menahu tentang kontrak buatan keluarganya sendiri," balasnya tajam.

(Y/n) hanya mendengus. Ya, lagi pula tanpa disuruh oleh Clove ia memang akan membaca buku itu. Namun, tidak sekarang.

Gadis itu juga yakin, waktu yang ia miliki di dunia ini masih sangat panjang dan lama. Entah bagaimana ke depannya, namun (Y/n) tidak akan melakukan hal yang melenceng dari tujuan awalnya.

***

Yo minna!

Sprtny chap ini akan mnjd chap terakhir utk bbrp hr ke dpn. Alasannya? Krn aku lg sakit, minna :(

Baru sj aku plg dr dokter. Sakitny gk parah sih, tp lumayan bikin pusing☺💔

Hr ini pun aku cm up tabungan draft sj. Aku blm ngetik apa2 seminggu ini. Utk smntr, aku gk bs bls komen kalian :(

Krn skrg kepalaku udh pusing bgt, jd cm segini aja yg mau kuksh tau. Maaf ya klo singkat bgt🥺

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro