Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 43 - Endless Conclusion

Pertarungan itu masih belum berakhir. Pergerakan mereka sulit untuk diikuti oleh mata. Mungkin pertarungan ini bisa dikatakan curang. Dikarenakan Mahito yang seorang diri melawan lebih dari dua orang. Namun, siapa pula yang akan mengkhawatirkan lelaki yang bisa mengubah bentuk tubuhnya itu?

(Y/n) tidak tahu sudah berapa lama pertarungan itu berlangsung. Yang ia ketahui adalah rasa nyeri pada tangan kanannya itu. Corak hitam di sana kini telah menyebar. Bentuknya yang seperti akar tampak menyeramkan.

Dirinya pun memutuskan untuk menutup mata tentang rasa sakit di tangannya itu. Yang gadis itu pikirkan hanyalah bagaimana cara mengakhiri pertarungan ini lebih cepat. Hanya itu. Karena di detik selanjutnya, mungkin saja dirinya itu sudah tak mampu bertahan.

"Ryoiki Tenkai: Jihei Endonka!"

Mahito tiba-tiba mengeluarkan jurus pamungkasnya. Yang berhasil menjebak Nanami di dalam sana. Sementara (Y/n), Yuuji, dan Junpei berhasil menghindar dari tangan-tangan itu.

"Sial," umpat Yuuji.

***

Suara sepatu sneakers-nya yang beradu ke atas permukaan lantai terdengar kala dirinya menuruni setiap anak tangga. Pemiliknya berlari dengan cepat ketika sudah hampir mencapai sebuah pintu yang cukup besar. Pintu itu terbuat dari kayu yang cukup kokoh sehingga bisa menopangnya.

Dibukalah pintu tersebut. Kedua tungkai kakinya melangkah masuk ke dalam sana. Netra emerald-nya sontak tertuju ke satu-satunya orang di dalam ruangan itu. Lelaki tersebut memunggunginya hingga ia tak bisa melihat dirinya di belakang.

"Asano."

Tidak ada sirat terkejut kala Asano mendengar namanya dipanggil. Sebelumnya ia sudah mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Alhasil, dirinya sudah mengetahui bahwa saat ini ia tak seorang diri di ruangan itu.

"Jarang sekali kau tidak mengejutkanku dengan kemunculan dirimu yang tiba-tiba itu," komentar Asano tanpa ada niat untuk menyinggung perasaan Clove.

Dengusan dikeluarkan oleh Clove. "Itu tidak penting. Mengapa kau memanggilku ke sini?" tanyanya setelah ia berdiri di sebelah Asano. Netranya ikut fokus ke arah tumpukan kertas di hadapan mereka. Tangannya mengambil salah satu lembar kertas itu.

"Biar kutebak, apa kau menemukan petunjuk baru?" Clove tidak menunggu Asano menjawab pertanyaan. Lelaki itu justru melontarkan pertanyaan lagi.

Namun gelengan kepala Asano membuat Clove menaikkan sebelah alisnya. Sebelumnya ia menduga bahwa Asano memanggil dirinya ke sini untuk membicarakan tentang petunjuk baru yang mungkin saja telah ia temukan. Sebagai titik terang dalam masalah ini. Tetapi, rupanya Clove salah. Lantas apa yang membuat Asano memanggilnya?

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu," ujar Asano pelan. Ia tak menatap ke arah Clove, sedang Clove menatap dirinya lekat. "Tentang (Y/n)," lanjutnya.

"(Y/n)? Ada apa dengannya?" Clove kembali melontarkan pertanyaan. Menurut kacamatanya, tidak ada hal yang salah dan perlu dibicarakan tentang (Y/n). Well, mungkin ada. Ya, tentang gadis itu yang mengusir dirinya padahal sudah sangat jelas jika ia membutuhkan keberadaan Clove di sana.

Tunggu. Apakah Asano ingin mengatakan ada suatu hal yang buruk terjadi pada (Y/n) tanpa sepengetahuannya?

"Menurutku, ada suatu hal yang belum (Y/n) ceritakan padamu, Clove."

Pernyataan yang Asano katakan seketika memberikan kelegaan pada Clove. Tanpa sadar, lelaki itu menghela napas lega yang mengundang berbagai pertanyaan di dalam benak Asano. Berbeda dengan Clove yang merasa lega, Asano justru masih berpikir keras. Memikirkan apakah pemikirannya selama ini lebih baik ia katakan atau tidak.

"Kurasa (Y/n) mengalami mimpi buruk lagi, untuk yang kedua kalinya," ujar Asano membuat Clove menoleh dan menatapnya.

"Mengapa kau berpikir demikian?" Heran, ia pun melontarkan sebuah pertanyaan.

Dengan tatapan seriusnya, Asano mulai menjelaskan, "Pada dasarnya, otak manusia itu lebih didominasi oleh hal-hal yang negatif daripada hal-hal yang positif. Hal itu dapat terjadi dikarenakan bias negatif. Jika demikian, maka kemungkinan besar mimpi buruk yang bersifat negatif itu akan kembali terjadi. Memang, ini merupakan spekulasi dan hipotesaku belaka. Namun, kurasa hal ini perlu dianalisa lebih lanjut."

Diam dan berpikir adalah dua hal yang Clove lakukan. Lelaki itu bukanlah seorang manusia. Jadi, ia tak tahu-menahu tentang cara kerja otak manusia yang seperti ini atau itu. Yang ia tahu hanyalah cara mengatakan sarkasme dan menjadi seorang roh penjaga yang bertanggung jawab terhadap setiap tuannya.

"Apakah kau pernah melihat bagaimana perasaan (Y/n) belakangan ini, Clove?" tanya Asano lagi. Perasaan yang (Y/n) rasakan bisa menjadi petunjuk yang cukup kuat. Meskipun gadis itu tidak pernah menunjukkan perasaannya secara langsung, namun hatinya tak akan pernah berbohong.

Clove menggeleng pelan, seketika menimbulkan kekecewaan pada diri Asano. "Tidak, aku sudah tidak pernah melakukannya. (Y/n) tak menyukai perihal aku yang melihat bagaimana perasaannya tanpa sepengetahuannya. Bisa dikatakan ia membencinya. Yah, menurutku hal itu pun termasuk tindakan yang menyimpang," tuturnya.

"Tanpa sepengetahuannya? Apakah selama ini kau selalu mengatakan apa yang (Y/n) rasakan melalui penglihatanmu?" Asano menodong Clove dengan banyak pertanyaan. Namun seketika Clove pun tersadar akan perkataan Asano. Seketika ia terdiam, merenung.

Seusai kediaman yang tak terlalu lama itu, Clove pun kembali menatap Asano. Rupanya lelaki itu pun tengah menatap dirinya. Seakan-akan menunggu tanggapan apa yang akan Clove berikan. Namun, lelaki bersurai pirang itu pada akhirnya tak mengatakan apapun. Ia hanya mengangguk samar ke arah Asano.

Karena Clove sudah tahu apa yang harus ia lakukan.

***

Retakan itu perlahan membesar. Yang sebelumnya hanya berupa garis sembarang, kini seketika menghancurkan permukaannya dengan mudah. Membuat dua orang yang berada di dalam sana seketika membulatkan mata mereka. Terlebih sang penciptanya.

Memang, Mahito tak mengatakan apapun. Tetapi, perubahan air mukanya sudah cukup menjelaskan apa yang ia rasakan. Sesaat setelah Yuuji masuk ke dalam sana, kini keadaan berubah menjadi memihak mereka.

Dari luar, (Y/n) menatap ke arah bola yang sebenarnya merupakan entitas dari Ryoiki Tenkai milik Mahito. Gadis itu tak tahu apa yang terjadi di dalam sana. Selebihnya, ia hanya berharap jika mereka baik-baik saja. Memang wajah (Y/n) selalu tampak datar, namun percayalah perasaannya yang sejujurnya tak sedatar wajahnya itu.

Kala bola itu lenyap secara tiba-tiba, sontak (Y/n) kembali memasang kuda-kudanya. Berjaga-jaga apabila serangan tak terduga muncul di hadapannya. Tetapi apa yang ia lihat di depan sana sungguh tidak pernah sekalipun terpikirkan di dalam kepalanya.

Darah yang berceceran di depan matanya itu menjadi objek pandangnya sejak tadi. Di sebelah (Y/n), Junpei pun menatap ke arah yang sama. Netra hijau tuanya membelalak kaget. Reaksi yang mereka berikan benar-benar serupa.

Cairan kental berwarna merah itu memancar dari tubuhnya. Yang berarti lukanya tersebut berhasil mengenai pembuluh darah arterinya. Karena jika kedalaman luka itu hanya sampai pembuluh darah vena, darah yang keluar seharusnya mengalir perlahan. Namun, kali ini tidak.

Hingga setelah kesadaran yang sebelumnya sempat lenyap kini kembali kepada dirinya, barulah (Y/n) menyerukan nama si lelaki yang tampak akan tumbang itu.

"Yuuji!"

***

Kaget yh? Karena tiba-tiba update ( ‾́ ◡ ‾́ )

Kok semakin lama ceritanya semakin gantung—

Bukan salahku, oke? Karena aku sendiri sudah hampir lupa tentang alur cerita book ini ༎ຶ‿༎ຶ

Eniwey, terima kasih sudah menyempatkan waktu kalian di sela-sela libur sekolah untuk mampir ke cerita yang menggantung ini. Apapun jejak yang kalian tinggalkan, aku sangat menghargainya ♡( ◡‿◡ )

Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya yang entah kapan akan di-publish, ehe—

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro