Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 39 - Something's Hidden

"Junpei!"

Seruan itu secara tak langsung mengejutkan si pemilik nama yang dipanggil. Junpei pun menoleh ke arah (Y/n) yang rupanya tengah berlari mendekati dirinya.

"Ah, (Y/n)-san."

Dengan napas yang berusaha untuk dinetralkan, (Y/n) menatap pada Junpei dari atas sampai bawah. Memastikan bahwa lelaki itu masih memiliki tubuh yang utuh. Menghela napaslah seusainya.

"Ke mana saja kau selama ini, (Y/n)-san?" tanya Junpei setelah (Y/n) bernapas dengan teratur.

"Maaf, aku harus mengerjakan urusan lain yang tidak bisa kuhindari," jawabnya tanpa berpikir panjang.

Lelaki itu terdiam sejenak. Lalu, mengangguk-angguk paham. Diberikan olehnya sekotak makanan yang diisi oleh takoyaki yang ditaburi katsuobushi di atasnya. Tampak memanjakan mata dan seolah-olah menarik diri (Y/n) untuk segera memakannya.

"Untukmu. Ambillah," ujar Junpei dikarenakan (Y/n) yang hanya diam saja.

Perlahan namun pasti, akhirnya (Y/n) menerimanya meskipun benaknya kini dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan. Setelah menerima kotak berisi takoyaki itu, (Y/n) kembali menatap ke arah Junpei.

Rupanya lelaki itu hanya diam di sana. Dengan senyuman tersungging di bibirnya. Manik (e/c) itu hanya membiarkan dirinya tenggelam di dalam danau hijau tua yang tampak menyorot teduh. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh Junpei saat ini. Namun, ada satu hal yang bisa (Y/n) simpulkan sekarang.

Diam yang Junpei lakukan dan di saat lelaki itu berbalik tanpa mengatakan apapun, di sanalah (Y/n) tahu bahwa lelaki itu tengah menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

***

"Kau baru saja kembali?"

Pertanyaan itu dilontarkan oleh (Y/n) kala ia menoleh dan mendapati Clove sudah duduk di atas tempat tidur (Y/n). Lelaki itu berdiri, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie-nya, kemudian berjalan mendekati pintu balkon. Menatap ke luar dengan posisi membelakangi (Y/n).

"Ya, aku baru saja kembali," jawabnya akhirnya.

"Memangnya kau pergi ke mana saja selama ini?" tanya (Y/n) lagi. Seolah-olah dirinya sudah menunggu jawaban Clove sejak tadi agar bisa bertanya lebih lanjut.

Rupanya Clove berbalik dan menatap (Y/n). Memberikan tatapan yang serius dan jarang diperlihatkan pada orang lain. "Mencari tahu suatu hal," ujarnya.

"Hal apa?"

"Tentang mimpi burukmu itu."

"Oh."

Keheningan kembali hadir. (Y/n) hanya memainkan pensil mekanik di tangannya. Menekannya berkali-kali hingga isi pensil itu keluar beberapa milimeter kemudian mendorongnya kembali masuk ke dalam. Itulah yang ia lakukan dengan pikirannya yang terus saja berjalan.

Seketika terbesit sebuah pemikiran di dalam kepalanya. (Y/n) teringat bahwa dirinya belum mengatakan terima kasih atas takoyaki yang ia makan kemarin siang. Ketika ia menemui Junpei setelah baru saja keluar dari rumah sakit. Well, memang bisa saja (Y/n) mengatakannya melalui LINE. Namun, kebodohan dirinya yang lupa menanyakan hal tersebut pada Junpei. Maka dari itu, ia harus mengatakannya langsung padanya.

"Kurasa aku akan mengunjungi Junpei sekarang."

Ujaran tiba-tiba dari (Y/n) itu menarik atensi Clove ke arahnya. Langit malam yang sebelumnya menjadi pusat perhatian kini berubah menjadi gadis yang duduk di hadapannya itu.

"Baiklah, aku ikut."

***

Sebuah bangunan rumah terpampang di depan wajah (Y/n). Gadis itu berdiri menjulang di hadapannya. Dengan tatapan yang tertuju ke arah jendela kamar yang tertutup rapat oleh tirai. Tidak ada cahaya yang tampak samar dari baliknya. Menandakan bahwa mungkin si pemilik kamar sudah terlelap.

Mengabaikan akan hal itu, (Y/n) pun mendekati pintu. Ia menekan bel yang berada di sana. Tidak ada sahutan atau suara apapun. Semuanya terasa terlalu sunyi saat ini.

Diliriknya ke sisi kanan, di mana Clove berdiri di sana. Namun, Clove hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Tampak tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana.

"Mungkin Junpei sedang tidak berada di dalam rumahnya sekarang," gumam (Y/n), mengutarakan isi pikirannya sendiri.

Namun, suara jeritan yang disusul oleh sesuatu yang pecah ke atas lantai membuat (Y/n) urung untuk berbalik dan pergi dari sana. Ia yang merasa sudah terlalu ikut campur pun memutuskan untuk membuka paksa pintu di depannya itu. Clove mendobraknya sehingga mereka bisa masuk ke dalam sana dengan mudah.

Suasana yang gelap menyambut (Y/n). Langkah kakinya membawa diri gadis itu ke tempat di mana terdengar jeritan yang baru saja muncul kembali. Entah ada di mana, namun (Y/n) terus mencari.

Hingga tibalah dirinya ruang makan. Di mana ada seorang wanita bersurai pendek di sana. Wanita itu tidak sendiri. Melihat sosok roh terkutuk di belakangnya (Y/n) sontak bergegas melancarkan serangannya.

"Senjata Kutukan: Yellow Sunset!"

Sebuah jarum yang bercahaya muncul di tangan (Y/n). Bersamaan dengan lahirnya cahaya yang sangat terang hingga menyilaukan mata. Cahaya itu kini berubah bentuk menjadi ribuan jarum. Menusukkan diri mereka ke dalam tubuh si roh terkutuk itu. Hingga membuat darah bercipratan ke sekitarnya.

"Apakah Anda baik-baik saja, Oba-san?" tanya (Y/n) setelah berhasil menyingkirkan roh terkutuk tadi. Ia menoleh dan mendapati wajah syok dari wanita bersurai sebahu itu.

"Y-Ya. Kurasa aku baik-baik saja," jawabnya kemudian. Tampak masih terguncang atas apa yang ia lihat di depan matanya tadi.

Lampu pun dinyalakan. Seketika keadaan rumah yang kacau-balau terpampang di depan wajah mereka. Darah yang berceceran di mana-mana serta perabotan makan yang belum dibersihkan. Juga jari kelingking Sukuna yang tidak disegel terletak begitu saja di atas meja makan.

"Mengapa kau bisa berada di sini?"

Seolah baru menyadari keberadaan (Y/n) yang mendadak muncul di sana, sontak gadis itu pun menoleh ke arah Yoshino Nagi, ibu dari Yoshino Junpei. Gadis itu terdiam sejenak. Mengembalikan tatapannya kembali ke arah meja makan di mana terletak jari kelingking Sukuna yang tak tersegel.

"Hanya kebetulan lewat," jawab (Y/n) singkat. Tak ingin menjelaskan lebih lanjut.

Namun, Nagi percaya akan ucapan gadis itu. Meskipun di dalam benaknya ia masih mempertanyakan kebenarannya.

"Oba-san, apakah Junpei berada di sini?"

Teringat dengan tujuan awalnya datang ke rumah itu, (Y/n) pun menanyakannya pada Nagi. Namun, bukannya menjawab pertanyaan (Y/n), Nagi justru tersenyum. Tampak puas dengan hasil pikirannya sendiri.

"Astaga, ini adalah pertama kalinya Junpei memiliki seorang teman perempuan. Apakah sebenarnya kau datang ke sini untuk mencari anakku?"

Benar dugaan Nagi. Kedatangan (Y/n) ke sini bukan hanya sekedar kebetulan melalui rumahnya. Melainkan untuk menemui Junpei, anaknya sendiri.

Terbongkar sudah tujuan (Y/n). Akhirnya, gadis itu pun hanya mengangguk. Bertanya-tanya di dalam benaknya sendiri ke mana Junpei saat ini. Bahkan ketika ibunya sendiri tengah diserang oleh roh terkutuk.

Jawaban yang ditunggu oleh (Y/n) rupanya bukanlah merupakan jawaban yang ia harapkan. Nyatanya gadis itu sontak kembali berpikir. Menyatakan pemikiran lain di dalam kepalanya meskipun ia tak tahu yang mana yang merupakan kebenaran.

"Sayang sekali. Namun, Junpei belum pulang ke rumahnya sejak kemarin siang."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro