Chapter 25 - Unwelled
Author's POV
Pagi ini pun masih sama. (Y/n) masih disibukkan dengan latihannya bersama Clove. Awalnya (Y/n) tak terlalu berniat untuk berlatih hari ini. Ditambah ia merasa dirinya sedang tidak sehat. Atau setidaknya itulah yang ia rasakan. Entahlah.
"Ohayou, (Y/n)~"
(Y/n) hampir saja jatuh terjengkang kala mendengar suara seseorang yang menyapanya tiba-tiba. Gadis itu menatap tajam siapa saja yang hampir membuat dirinya terjatuh itu. Yang ternyata merupakan sensei-nya sendiri, Gojo Satoru.
"Jangan mengejutkanku, Sensei," ujar (Y/n) ketus. Rasa terkejut masih berada di dalam dirinya.
"Gomen, gomen," sahut Gojosambil melemparkan senyumnya yang seperti biasa.
"Untuk apa Sensei datang ke sini?" tanya (Y/n) to the point, tanpa basa-basi terlebih dahulu.
Sebelum Gojo tiba, Clove sudah pergi lebih dahulu. Dengan tujuan agar lelaki bersurai putih itu tidak mengetahui apa-apa tentang Clove. Lagi pula, (Y/n) juga tak ingin memberitahu sensei-nya yang absurd itu.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
"Mengapa aku harus ikut?" tukas (Y/n) seraya menatap Gojo yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Aku tidak menerima penolakan lho~"
***
(Y/n) berdecak kesal karena sejak tadi ia hanya menunggu Gojo yang pergi entah ke mana. Padahal lelaki itu sebelumnya yang secara langsung meminta (Y/n) untuk ikut dengannya. Dan, gadis itu sendiri tidak dapat menolak sehingga ia pun terpaksa ikut dengan lelaki itu.
Namun kini, orang yang mengajaknya justru menghilang entah ke mana setelah mereka tiba di tempat tujuan. Sejak tadi, (Y/n) hanya menunggu dan terus menunggu. Karena gadis itu lelah menunggu, akhirnya ia memutuskan untuk pergi saja. Toh ia yakin apa yang akan dibicarakan oleh Gojo pasti tidak berguna sama sekali. Atau setidaknya begitulah menurutnya. Ditambah dirinya terasa mulai menggigil dan pening mulai menghampiri.
"Oya, kau ingin pergi ke mana, (Y/n)?"
Hembusan napas dikeluarkan oleh (Y/n) dan gadis itu memutar bola matanya jengah. Sekaligus sedikit senang karena akhirnya Gojo tiba di sana.
"Apa yang ingin kau katakan padaku, Sensei?" tanya (Y/n) pelan. Karena seketika pening di kepalanya tiba-tiba menyerang hingga membuatnya bertopang pada tiang penyangga halte bus.
"Tentang acara itu. Kau benar-benar akan ikut? Sebelumnya kau mengatakan yang sebaliknya. Maa, aku bisa saja mengubah keputusanmu dengan cepat. Namun, aku ingin mendengar kepastian darimu," ujar Gojo menjawab pertanyaan (Y/n).
(Y/n) pun diam. Entah mengapa ia merasa jika Gojo datang ke sini bukan untuk menanyakan hal itu saja. Melainkan ada hal lain yang lelaki bersurai putih itu ingin tanyakan atau katakan padanya. Ah, mungkin ini hanyalah firasat (Y/n) semata. Tidak perlu terlalu dipikirkan.
"Ya. Aku memang akan ikut ke acara sialan itu. Namun, jangan sampai mereka tahu," tutur (Y/n). Kemudian, ia menengadahkan kepalanya dan menatap ke arah sensei-nya itu. "Sensei pun tahu apa yang akan terjadi jika mereka mengetahuinya 'kan?"
Gojo hanya terkekeh. Tetapi kekehan itu terdengar aneh di telinga (Y/n). Mungkin hanya menurut gadis itu saja. Atau memang benar begitu. Entahlah.
Seketika sebuah percakapan di antara dirinya dan Clove entah kapan mendadak muncul di dalam kepala (Y/n). Gadis itu sontak menatap ke arah Gojo lagi. Yang ditatap hanya kembali memberikan tatapan yang sama ke arahnya dari balik penutup mata milik lelaki itu.
"Sensei."
"Hm?" Gojo menaikkan sebelah alisnya.
(Y/n) diam sejenak. Ia tidak merasa ragu sama sekali untuk menanyakan hal ini kepada Gojo secara langsung. Ia tidak suka menebak-nebak dan kemudian diakhiri dengan banyak pertanyaan di dalam benaknya.
"Sensei adalah orang tidak ada pekerjaan yang mengirimkan bunga dan surat-surat aneh itu 'kan?" hardiknya. (Chapter 12-13)
***
Clove keluar dari pintu ajaibnya. Kini ia berada di sebuah rumah sakit yang pernah dikunjunginya olehnya dan (Y/n). Lelaki itu menyusuri lorong rumah sakit dengan santai. Tangannya memutar-mutar kunci yang sebelumnya ia gunakan agar dirinya bisa tiba di sini tanpa kesulitan apapun.
Minggu ini pun masih sama. Wanita tua itu masih terbaring di sana. Dengan peralatan yang namanya cukup sulit untuk disebutkan menempel pada tubuhnya. Lebih tepatnya untuk membuat wanita tua itu tetap hidup.
Bisa saja Clove masuk dengan mudah ke dalam ruangan itu. Toh ia adalah seorang roh tak kasat mata yang bisa membuat dirinya sendiri menghilang atau bisa dilihat. Tetapi, lelaki itu memilih diam, menatap dari luar.
Tatapannya tertuju ke arah luka-luka bakar yang tampak terlihat dengan jelas. Seolah tersadar, lelaki itu melihat luka-luka itu sekali lagi seraya memikirkan sesuatu di dalam benaknya.
Seusai diam beberapa saat di sana, Clove pergi dari sana. Disertai dengan beberapa pikiran di dalam kepalanya.
***
Manik (e/c) itu terbuka secara perlahan kala ia sayup-sayup mendengar suara di dekatnya. Langit-langit yang berwarna putih menjadi pandangan pertama yang ia lihat. Gadis itu langsung tahu ia tak berada di rumahnya sendiri maupun di asramanya. Selanjutnya, matanya bergulir ke sebelahnya.
Ia melihat seseorang di sana dengan surainya yang berwarna merah muda. Tak lupa dengan senyum khasnya yang selalu setia terpatri di wajahnya.
Sontak (Y/n) mengerjap-erjapkan matanya berkali-kali. Berusaha memastikan jika apa yang ia lihat tadi adalah benar-benar Yuuji. Bukan hantunya atau arwahnya yang tak dapat pergi ke alam baka jika lelaki itu sungguh-sungguh telah mati.
Namun, nyatanya pandangan (Y/n) langsung tertuju ke arah jendela yang memperlihatkan pemandangan di dunia luar sana. Keheningan pun kembali menyapa dan seketika menyelimuti ruangan itu.
Gadis itu menoleh kala pintu diketuk. Tanpa mengatakan apapun, pintu tersebut dibuka dan menampakkan wajah seseorang di baliknya. Ya, seseorang yang tak ingin (Y/n) lihat wajahnya setelah beberapa menit ia siuman.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro