Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 22 - Dispute

Author's POV

Manik (e/c) itu tertuju lurus ke arah langit-langit kamar asramanya. Pikirannya masih melayang ke kejadian beberapa hari yang lalu. Tepat di saat Yuuji mendorongnya untuk menggantikan posisinya. Setelah itu, ia dan Fushiguro serta Nobara langsung keluar dari tempat itu dengan pintu yang sama sebelumnya.

(Y/n) sama sekali tidak menyangka jika lelaki itu akan bertindak demikian. Terlebih (Y/n) merasa jika dirinya tidak terlalu dekat dengan Yuuji. Lebih tepatnya, gadis itu menolak untuk menjadi akrab. Ia tahu, Yuuji memang orang yang baik. Ditambah dengan kata-kata terakhir kakeknya pastinya membuat Yuuji menjadi seorang hero yang berusaha untuk selalu ada ketika dibutuhkan.

Saat ini, (Y/n) masih belum tahu apakah Yuuji telah mati atau justru bekerja sama dengan Sukuna. Masih (Y/n) ingat dengan jelas kala kejadian itu terjadi tepat di depan matanya. Tubuhnya yang jatuh tersungkur ke atas tanah dan terpaku di atasnya. Rasanya tubuhnya telah membeku dan tak bisa melakukan apa-apa. (Y/n) pun tidak tahu mengapa Clove tidak menggerakkan saraf di tubuhnya untuk memasang Cypleuse kepada Yuuji.

Tunggu. Apakah itu artinya (Y/n) memang menginginkan Yuuji mati?

Ketika pemikiran itu muncul di dalam kepala (Y/n), gadis itu sontak bangkit dari posisi tidurnya. Tatapannya menatap nyalang ke arah lantai kamarnya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia, ia benar-benar terkejut dengan pikiran yang tiba-tiba terbesit di dalam kepalanya itu. Bahkan dirinya sendiri pun demikian.

Tetapi, bisa saja, bukan? Clove tahu apa yang (Y/n) rasakan. Itu artinya, ia pun tahu apa yang (Y/n) inginkan meskipun secara tidak langsung dan belum tentu benar. Maka dari itu, lelaki itu tidak mengendalikan sarafnya secara tiba-tiba seperti biasanya.

Kini satu pertanyaan yang sama terus berputar di dalam kepala gadis itu; apakah ia benar-benar menginginkan Yuuji mati?

***

Senja membentang. Kelabu, tak berwarna. Kala cakrawala biru dimakan habis oleh jingga kemerahan. Berkumpul di satu titik tanpa asa.

Gadis bersurai (h/c) itu mengagah ke sana, ke arah angkasa tanpa ujung. Bukan, bukan untuk mereguk keayuan sang jumantara, melainkan memikirkan tentang seseorang yang mendadak melintasi pikirannya.

Ya, orang yang sama dengan lelaki yang menyelamatkannya di hari itu.

Kala hening menyapa, (Y/n) tak bisa mengindahkan pemikirannya. Bahkan ketika senja mulai dilahap oleh gelapnya langit malam.

"Kau sedang apa di sini?"

Suara milik seseorang mengejutkan sang gadis. Ia menoleh dan kemudian tatapannya langsung bersitatap dengan manik biru gelap milik Fushiguro.

"Bernapas."

Fushiguro diam. Mungkin ia terlalu bingung mengapa (Y/n) bercanda di saat ia bertanya serius.

"Kau tahu bukan itu maksudku," ujarnya kemudian. Berusaha tabah dengan sikap (Y/n) yang terlihat enggan bertemu dengannya.

"Ah, maaf. Aku hanya sedang menatap ke arah langit," jawab (Y/n) setelah sadar jika ia tidak sedang berbicara seorang diri dan mulai memasang wajah datarnya.

"Ada kabar buruk yang harus kusampaikan padamu."

(Y/n) meneguk saliva-nya dengan susah payah. Berharap jika kabar buruk tersebut tidak seperti apa yang ia pikirkan.

"Mayat Itadori telah ditemukan."

Namun, kenyataannya sang takdir menghancurkan harapan (Y/n).

***

"Tubuhnya terbelah menjadi dua dan tak ada bekas luka lain selain itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi, namun itulah kenyataannya."

(Y/n) mengernyit heran kala mendengar penjelasan Gojo yang berdiri menjulang di hadapannya. Alhasil, membuat lelaki dengan penutup mata itu menatapnya rendah.

"Oh."

Gojo memiringkan kepalanya. "Are? Hanya itu reaksimu?" Ia tidak merasa heran, justru merasa tertarik pada reaksi (Y/n) yang unik itu. Berbanding terbalik dengan Fushiguro dan Nobara.

"Yuuji yang menyelamatkanmu lho. Itu artinya, Yuuji mati karena dirimu. Apakah kau tidak sedikit pun merasa bersalah?" tambah Gojo lagi.

(Y/n) menatap lurus ke arah sensei-nya itu. "Tidak. Lagi pula aku tidak meminta dirinya untuk menyelamatkan aku."

Sebuah seringaian terbentuk di wajah Gojo. Ia pun masih tidak tahu apakah alasan yang membuat (Y/n) memilih untuk masuk ke SMK Jujutsu. Terlebih, (Y/n) sama sekali tak terlihat ingin masuk ke dalam SMK Jujutsu itu. Malah terlihat tidak ada niat untuk hidup.

"Sudah cukup, (Y/n)."

Mendengar suara Nobara barusan, manik (e/c) milik (Y/n) bergulir menatapnya. Melemparkan tatapan datarnya.

"Aku sudah tidak ingin mendengarkan ocehanmu yang berisik itu. Jika kau memang tak suka pada kami, katakanlah," ujar Nobara serius. "Aku sungguh membencimu, (Y/n)."

Seusai berkata demikian, Nobara berbalik dan segera pergi dari sana. Kepergiannya itu kemudian disusul oleh Fushiguro. Awalnya lelaki itu pun berharap respon (Y/n) tak sedingin itu. Memang sifat (Y/n) yang berubah-ubah membuat dirinya merasa heran. Sebelumnya (Y/n) berniat menyelamatkan mereka di hari itu. Namun, hari ini gadis itu malah berkata sebaliknya.

Lalu, yang manakah (Y/n) yang sebenarnya? Entahlah, Fushiguro pun masih tak tahu.

"Wah, mereka pergi," celetuk Gojo. Lelaki bersurai putih itu mengalihkan pandangannya ke arah (Y/n). "Lalu, bagaimana denganmu? Kau tidak akan menyusul mereka dan meminta maaf?"

"Untuk apa? Aku tidak merasa bersalah sama sekali," balas (Y/n).

Sekali lagi, (Y/n) melemparkan tatapannya ke arah Nobara dan Fushiguro yang perlahan mulai menjauh dari pandangannya. Gadis itu diam sejenak. Berpikir, lalu berbalik dan meninggalkan tempat itu. Beserta Gojo di sana seorang diri.

Apakah kejadian hari ini adalah benar-benar hal yang (Y/n) inginkan?

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro