Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11 - It Became More Complicated

Author's POV

Seharusnya bukan hari ini saat di mana Yuuji memakan jari Sukuna. Masih ada satu minggu lagi sebelum arc pertama dimulai. Seharusnya (Y/n) tidak pernah datang ke sini dari semula. Seharusnya gadis itu tidak bersantai-santai dengan memakan mochi bulat yang kini telah wafat karena terjatuh ke atas tanah. Dan seharusnya, (Y/n) memang tidak pernah datang ke dunia ini. Terlalu banyak kata "seharusnya" yang justru membuat keadaan menjadi bertambah runyam.

(Y/n) menghela napas panjang. Ia menatap Gojo dan juga Sukuna yang tengah bertarung itu. Sejak serangan tiba-tiba tadi, (Y/n) tidak ingin terlibat bersama mereka lebih dalam lagi. Sudah cukup untuk saat ini.

Membulatkan tekadnya, (Y/n) pun berbalik dan berniat pergi dari sana. Diiringi oleh tatapan Clove yang sedetik kemudian mulai mengikuti langkahnya.

Namun, langkah kaki (Y/n) terhenti ketika gadis itu mendengar suara salah satu tokoh yang ia lupakan. Jika saja lelaki itu tidak bersuara, (Y/n) benar-benar lupa jika Fushiguro pun berada di sana.

"Kau ingin pergi ke mana?"

Suara itu menghentikan langkah (Y/n). Ia berbalik dan menjawab, "Pulang."

Tidak mencegah apa yang dilakukan oleh (Y/n), gadis itu pun kembali berjalan. Tempat (Y/n) memang bukanlah di sini. Memang seharusnya ia tidak pernah datang kemari.

"Tunggu."

Sekali lagi (Y/n) menoleh. Kini Gojo-lah yang berdiri di belakangnya dengan Yuuji yang sudah dibuat pingsan olehnya. Oh, (Y/n) baru saja ingat. Gojo menyuruh Yuuji untuk membiarkan Sukuna menguasainya selama sepuluh detik lalu setelah itu Yuuji harus kembali lagi ke tubuhnya. Itu berarti, sepuluh detik telah berlalu sejak tadi.

"Ada apa?" Demi kesopanan, (Y/n) menyahut. Ya, hanya demi kesopanan dan tata krama.

"Ah, tidak, tidak jadi," sahut Gojo dan membuat (Y/n) heran bertambah bingung.

Tidak ingin memusingkan apa yang akan dilakukan oleh mereka berdua, (Y/n) pun kembali berjalan ke arah rumahnya. Ia mengabaikan tatapan yang mengiringi kepergiannya itu.

***

"Semuanya menjadi bertambah rumit sekarang," keluh (Y/n). Ia merasa cukup kesal.

Gadis itu duduk di tepi tempat tidurnya dengan piyama yang baru saja ia kenakan setelah mandi. Dilihat dari raut wajahnya, (Y/n) tampak kesal dan tengah memikirkan sesuatu. Memang pada awalnya, menghindari para karakter adalah suatu hal yang cukup menantang. Bukan lagi menantang, justru sulit dan tidak semudah yang (Y/n) bayangkan.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa malam ini menjadi saat di mana arc pertama itu dimulai? (Y/n) sangat yakin masih ada seminggu lagi sebelum pembukaan awal cerita Jujutsu Kaisen. Lantas, apa yang menyebabkan arc pertama ini terjadi lebih cepat?

"Sedang memikirkan hal yang sama dengankukah?"

Suara Clove menginterupsi pemikiran (Y/n). Ketika ia menoleh, lelaki itu sudah berdiri sambil bersandar pada pagar pembatas balkon kamar (Y/n).

"Apakah kau tahu penyebabnya?" Tanpa basa-basi, (Y/n) langsung melontarkan pertanyaannya. Sekaligus menuntut penjelasan yang pasti dan merupakan fakta.

Namun, gelengan kepala Clove adalah jawaban yang (Y/n) terima. Lelaki itu memang tampak tidak tahu sama sekali mengapa semua ini terjadi lebih cepat.

"Aku pun tidak tahu," sahut Clove setelah menggeleng. "Mau bagaimana lagi? Bertemu malam ini ataupun minggu depan tidak akan ada perbedaannya, bukan?" tanyanya enteng.

Mendengar pernyataan Clove yang membuat kekesalannya bertambah, (Y/n) melemparkan tatapan mematikan pada lelaki itu. Clove hanya mengangkat kedua tangannya di depan wajah sebagai tanda ia menyerah.

"Baiklah, baiklah. Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Pertanyaan yang dikeluarkan oleh lelaki itu seketika membuat (Y/n) berpikir. Pasalnya ia masih belum memikirkan apa tindakan selanjutnya yang harus ia lakukan. Karena meskipun ia tahu apa yang harus ia lakukan, gadis itu masih merasa ragu. Ia yakin jawabannya belum bisa ditemukan sekarang.

"Mengikuti alur," jawab (Y/n) singkat.

Kemudian (Y/n) pun membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Sebelumnya ia telah mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur di atas meja nakas. Tangannya bergerak menarik selimut hingga menutupi tubuhnya sampai bagian leher.

"Oyasumi, Clove," katanya menutup pembicaraan mereka malam ini.

Clove yang masih berada di balkon kamar (Y/n) pun bergerak menutup tirai kamar gadis itu dari luar. Mudah saja baginya. Toh ia adalah seorang roh penjaga dan memang menjaga (Y/n) yang dititipkan oleh-nya telah menjadi tugasnya saat ini.

***

"Jadi, kau mempraktikkan setelah membaca buku itu hingga selesai?"

(Y/n) mengayunkan pedang kayu di tangannya satu kali. "Ya. Kemarin adalah yang pertama kalinya," jawabnya.

Saat ini, Clove dan (Y/n) tengah membahas tentang (Y/n) yang tiba-tiba menggunakan kekuatan milik Clove kemarin malam. Di saat Sukuna menyerang gadis itu secara tiba-tiba. Tentu saja Clove terkejut bukan main. Pasalnya, selama ini gadis itu hanya berlatih dengan Senjata Kutukannya, bukan dengan memanfaatkan dirinya. Wajar saja apabila Clove yang tidak tahu-menahu apa-apa tiba-tiba saja melihat (Y/n) menggunakannya.

"Refleks."

Clove menoleh. Ia mendapati (Y/n) yang tengah mengayunkan pedang kayunya beberapa kali.

"Kejadian kemarin terjadi secara refleks. Kau tahu gerak refleks, kan?" (Y/n) pun mengayunkan pedang kayu di tangannya lagi. Kali ini ia melakukannya dengan tambahan gerak bela diri yang sempat ia latih beberapa saat sebelum datang ke dunia ini.

"Gerak refleks terjadi ketika impuls atau rangsangan tidak bergerak menuju otak, melainkan langsung menuju sumsum tulang belakang." Gadis itu menjelaskan sambil melakukan apa yang tengah ia lakukan saat ini. Fokusnya masih sangat baik. Wajar saja, apa yang telah (Y/n) lakukan di dunia sebelumnya sudah membuat kemampuan berpedangnya menjadi lebih baik daripada hanya berlatih anggar dengan ayahnya.

"Ya, aku tahu. Namun, aku tidak tahu jika kau menggunakan itu bahkan hanya dalam beberapa jam setelah kau mengetahuinya." Clove memperhatikan apa yang (Y/n) sedang lakukan.

"Aku hebat kan?" (Y/n) tersenyum kala ia berputar di udara.

"Aku menjawab ya hanya untuk yang kemarin."

Jawaban Clove membuat (Y/n) terjatuh saat ia berputar di udara. Niat awalnya adalah ia akan berputar lalu mengayunkan pedang kayunya. Namun, niatnya itu digagalkan hanya oleh satu kalimat yang dilontarkan oleh Clove.

"Lihat, kau terjatuh sekarang." Clove pun mendekat dan membantu (Y/n) berdiri. Ia mengulurkan tangannya.

"Ya dan itu karena dirimu," balas gadis itu seraya meraih tangan Clove.

Namun, sedetik setelah (Y/n) meraih tangan lelaki itu, Clove melepaskannya dan membuat (Y/n) berakhir terjatuh ke atas tanah, lagi. Setelah melalukan perbuatan keji nan laknat itu, Clove melarikan diri. (Y/n) pun mengejarnya dengan sekuat tenaga.

Entah mengapa, meskipun Clove bisa menghilang dari pandangan (Y/n) dalam satu kedipan mata, lelaki itu tidak melakukannya. Ia tertawa terbahak-bahak ketika (Y/n) kelelahan dan berdiri beberapa meter di belakangnya.

"Clove, aku bunuh kau!" geram (Y/n) yang masih tampak kelelahan karena berlari. Staminanya telah berkurang karena latihannya sebelumnya.

"Jika aku mati, nanti siapa yang akan menjatuhkanmu lagi?" ejeknya lalu Clove kembali tertawa.

"Sini kau, Roh Penjaga Sialan!"

Clove hanya tertawa. Rasanya sudah sangat lama ia tidak tertawa seperti ini. Mungkin tawanya yang terakhir adalah tiga bulan yang lalu. Ya, sebelum kematian tragis yang dialami oleh Lilliana.

***

Yo minna!

Belakangan ini gak tau kenapa mood menulisku lenyap tak berbekas. Serius deh, rasanya cuma pengen marathon anime aja🚶‍♀️

Hari ini pun aku cuma update tabungan draft yang udah sekarat. Ya, karena aku belum ngetik lagi. Ideku juga mentok. Jadi, mau gimana lagi╮(─▽ ─)╭

Kuucapkan terima kasih kepada kalian yang sudah baca dan vomment jugaaa. Bener-bener terima kasihh(*˘︶˘*)♡

Aku cuma pengen tau: bagaimana cara mengembalikan mood menulisku ini?🥺

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro