Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5 - Sherine, dimanakah Engkau?

Satu tak makan, semuanya juga akan begitu.

-Gusti-

***

Koko, Chi, Gusti, dan Melly bergegas untuk memulai pencarian akan Sherine. Mereka harus segera menemukan teman mereka sebelum akhirnya masalah semakin memburuk.

Di dalam pencarian itulah, Koko menggerutu, "Ah, dasar Sherine! Kenapa saat ini kau harus menghilang sih? Kau itu ada salah tahu!" Lantas, ucapan barusan mengundang pertanyaan dari Chi. "Ko, apa kesalahan Sherine sehingga kau terlihat begitu membencinya saat ini?"

"Dia sudah membuat kami dikeluarkan dari kelas!" seru Koko dengan nada bicara yang semakin meninggi, yang tentu saja mengundang perhatian dari orang banyak, termasuk juga ketiga temannya.

Mereka tak menyangka jika Koko sudah mengatakan hal yang demikian. Seakan-akan hatinya sudah sangat tertutup untuk Sherine, entah mengapa, dia tak lagi bisa membangun rasa toleransi pada gadis pindahan itu. Sedangkan Chi, Melly, dan Gusti masih memiliki rasa yang demikian, sehingga mereka hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat aksi Koko yang barusan.

Setelah beberapa saat terkejut karena sikap Koko yang tadi, Gusti pun angkat bicara. "Ko, kau itu memiliki sesuatu yang lebih. Bukankah kau itu Muslim? Harusnya lebih tahu soal toleransi, 'kan? Kita tak mungkin bisa menyalahkan Sherine, karena dia sendiri belum tahu apa-apa. Ya, palingan gadis itukan ... baru tahu soal guru killer tersebut," jelas Gusti, berusaha memberikan nasehat yang terbaik untuk lelaki lain di sebelahnya.

Koko hanya bisa terdiam, tak tahu harus berkata apa lagi, seakan-akan ada yang menghalanginya untuk berbicara. Maka, dia memutuskan untuk menyimak apa yang dikatakan teman-temannya, meski sebenarnya tak bisa menerima masukan dari mereka saat ini.

"Kau tak tahu soal Sherine ya?"

"Aku memang tak tahu banyak soal dia. Tetapi kamu kan teman sebangkunya. Cobalah untuk lebih mengerti diri orang lain, kalau kamu mau dihargai oleh orang tersebut."

Lantas, Koko langsung merasa geram karena dinasehati demikian. Mungkin saja, caranya Gusti itu yang salah dalam menasehati temannya.

Namun, Chi berusaha untuk mencairkan ketegangan di antara Koko dan Gusti. Gadis itupun menawarkan sesuatu pada semuanya. "Hei, teman-teman. Daripada kita terfokus pada pencarian secara beramai-ramai, lebih baik kita berpencar seperti tadi, bagaimana?" usul Chi yang langsung mendapat sambutan baik dari teman-temannya.

"Aku dan Melly akan menyusuri sebelah sana, sedangkan Koko dan Gusti, susuri sebelah sana. Oke?" lanjutnya, memberikan perintah sambil menunjuk arah yang dimaksud, yaitu di sisi kiri atau kanan jalan. Maka, semua yang mendengar perintah itupun hanya bisa mengangguk-angguk.

"Ingat, kabari kalau Sherine sudah ketemu. Kalau ada informasi mendadak, saling calling aja, atau kita kumpul di sini," lanjut Chi itu lagi, yang kembali mengundang respon anggukan kepala oleh teman-temannya.

"Mulai!"

Maka, setelah aba-aba demikian, Chi dan Melly berpisah dengan Koko dan Gusti. Mereka melakukan pencarian secara berpasangan, dengan tujuan mengefisiensi waktu seperti tadi.

***

"Ah ... aku di mana?"

Ceritanya, Sherine terbangun di suatu ruangan yang entah apa namanya. Gadis tersebut sepertinya tak tahu apa-apa setelah suatu kejadian buruk nan misterius yang menimpa dirinya.

Tak disangka, ketika menginjakkan kaki di sekolah terelit sekota tempat tinggalnya, ternyata dia harus mengalami kejadian yang tak mengenakkkan. Mungkin saja ada yang tak suka pada Sherine sehingga orang tersebut ingin melakukan hal apa pun untuk menyingkirkan Sherine.

"Ya ampun ... apa salahku sehingga harus mendekam di sini?" tanya Sherine pada dirinya sendiri, soalnya pertanyaan tersebut tak mungkin didengar oleh yang lainnya.

Namun beberapa saat kemudian, Sherine berusaha untuk bangkit dan mencari jalan keluar yang pas dari ruangan yang tak dikenal itu. Tetapi ternyata, pintunya dikunci. Dia tak bisa keluar dari ruangan itu!

"Ah sial. Apa yang terjadi padaku? Kenapa semuanya menjadi semakin buruk, huh?" tanya Sherine itu lagi.

Dia kembali mengetes pintu yang ada di hadapannya, apakah benar-benar dikunci atau tidak. Ternyata sama saja, sehingga gadis tersebut mau tak mau harus berteriak untuk meminta tolong, sebelum masalah yang lebih buruk menimpa dirinya.

"Tolong! Tolong aku! Woi, keluarkan aku dari sini!" seru Sherine dengan setengah berteriak, hingga tak sadar bahwa gadis itu sudah mengeluarkan air matanya. Sangat tragis. Sherine harus bisa bersabar dan berdoa, sekaligus berusaha jikalau bisa.

***

"Ini yang aku takutkan dari penyatuan agama," ucap Koko secara spontan, sedangkan Gusti tak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh temannya.

"Apa yang kau bicarakan? Takut akan penyatuan agama? Maksudmu apa?" tanya Gusti pada si Koko yang terlihat begitu takut akan hal-hal buruk yang dapat menghancurkan ikatan pertemanan yang baru saja terjalin seperti benih jagung yang baru saja ditanam.

Perasaan, Gusti begitu senang ketika mendapati bahwa seisi kelasnya terdiri dari berbagai macam agama. Sekarang, lelaki itu merasakan kebingungan ketika Koko sepertinya tak setuju akan pendiriannya.

"Ko, coba kau bayangkan jika di dunia ini hanya terdiri dari satu agama. Pasti hidupmu takkan berwarna, bukan?" tanya Gusti, meyakinkan Koko bahwa sebenarnya keberagaman agama itu sudah wajar terjadi namun dapat memberikan warna bagi kehidupan umat.

Koko pun mengernyitkan dahinya, bingung akan apa yang mau diucapkan pada Gusti. Lelaki itu sepertinya merasa bersalah karena telah mengabaikan Sherine, tetapi sisi jahatnya masih muncul saat dia masih merasa kesal pada gadis pindahan tersebut.

Namun, pada akhirnya, lelaki itu berkata, "Iya, Gus. Takkan ada warna. Tetapi coba kau pikir ketika Sherine itu penyebab kami dikeluarkan dari kelas."

"Kalian keluar dari kelas itu sudah biasa. Aku juga pernah mengalaminya. Kaukan tahu itu, sementara Sherine tidak mengetahuinya sama sekali, 'kan? Asal kau tahu ...," ujar Gusti, berusaha memberi pengertian akan indahnya keberagaman agama, sehingga lelaki itu mengutarakan segala pendapatnya.

Seolah-olah lelaki Budha itu ingin membela Sherine daripada Koko. Mungkin, sikap Gusti yang barusan pasti membuat seorang lelaki Muslim menjadi sangat marah.

***

Sedangkan Melly dan Chi tak banyak bicara. Mereka berdua malah fokus dengan pencarian Sherine. Hingga pada beberapa saat kemudian, Melly berkata pada teman di sebelahnya, "Ah, mungkin saja Sherine fokus dengan ibadahnya di gereja favorit yang aku kasih tahu waktu itu."

Ya, tiba-tiba saja Melly mengingat gereja favorit yang pernah ditunjukkanya kepada seorang gadis pindahan di kelasnya. Gadis tersebut benar-benar merindukan kebersamaannya dengan Sherine di gereja yang sama, meski hanya sebentar dan sekali saja mereka saling bertemu di tempat itu, hanya untuk beribadah.

Awalnya, Chi hanya terdiam bisu ketika mendengar pendapat dari Melly. Namun, setelah beberapa saat kemudian, gadis itu berpendapat, "Oh begitu. Tetapi, apakah memang benar dia beribadah jam segini? Bukannya hari Minggu pagi ya biasanya?"

Chi memang mengetahui seluk beluk tiap agama. Dia tahu bahwa umat Kristen atau pun Katolik beribadah setiap hari Minggu, sedangkan umat Islam begitu menyukai hari Jumat karena di hari itulah Koko beribadah Shalat Jumat di waktu Dzuhur. Untuk umat Budha, seperti misalnya dianut oleh Gusti, gadis tersebut belum begitu mengetahui seluk beluknya.

Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati suatu kecelakaan ada di depan mata. Kejadian tersebut benar-benar mengundang simpati dari sekian banyak orang yang melintasi pinggiran jalan raya. Maka dari itu, Chi dan Melly segera berlari menuju lokasi, untuk memastikan apakah Sherine ada di sekitarnya atau tidak.

Setelah sampai di lokasi, alangkah terkejutnya Chi dan Melly ketika mendapati bahwa memang benar, ketika ada seorang korban jiwa dari kecelakaan yang baru saja terjadi. Yang lebih buruknya lagi, orang tersebut mirip sekali dengan Sherine. Alhasil, kedua gadis itu langsung berteriak histeris, namun sepertinya tak ada gunanya juga.

Akhirnya, langkah yang bisa diambil untuk menuntaskan semuanya adalah menelepon Gusti dan Koko yang sekiranya masih fokus mencari seorang gadis pindahan.

Namun, ketika menelepon Koko, Chi merasa kesal karena panggilan keluarnya tidak dijawab sama sekali oleh lelaki Muslim itu. Begitu juga ketika menelepon Gusti, rasanya sama saja. Maka, gadis Hindu tersebut langsung melaporkan hal yang tadi kepada Melly.

"Mel, gimana ini? Mereka tak mengangkat telepon kita. Sama sekali tak ada yang buka ponsel waktu itu," ujar Chi lirih, khawatir pada dua lelaki itu.

Seketika itulah, Melly langsung mengeluarkan ponselnya dan kembali mengulangi apa yang tadi dilakukan oleh Chi.

***

"Woi, Ko! Aku merasa ada panggilan masuk tadi!" seru Gusti ketika mereka sudah sampai di sebuah kafe. Ternyata, keduanya memutuskan untuk beristirahat dikarenakan kelelahan saat mencari Sherine. Tetapi Koko dan Gusti hanyalah bersantai di lesehan yang ada, bukan membeli makanan. Gusti juga mengetahui kalau sekiranya Koko sedang berpuasa.

Ya, karena Koko berpuasa, Gusti tak ikut membeli makanan karena ingin menghargai teman yang ada di sekitarnya. Prinsipnya, satu tak makan, semuanya juga akan begitu.

Namun, daripada hanya melamun di dalam kafe yang kebanyakan dikunjungi oleh para pelanggan non Muslim, Gusti pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Koko, "Ko, kau mau pesan apa? Kali saja kita dapat membeli makanan untuk berbuka."

"Aku tak mau membeli apa pun. Kasihan juga kamunya nanti," jawab Koko tanpa ekspresi sedikitpun.

Gusti pun hanya menggelengkan kepala seraya bertanya, "Yakin kamu tak mau membeli apa pun? Kupikir bahwa di kafe ini, dijual berbagai minuman yang enak-enak lho!"

"Give me a menu, please." Langsung saja Koko meminta Gusti untuk memberikan suatu menu, demi menemukan bukti terhadap apa yang dikatakan temannya barusan. Namun, Gusti langsung menunjuk sesuatu di arah lain, dan Koko pun mengikuti arah tunjuk temannya itu.

Untung saja, daftar menu itu ada di hadapan mereka, sehingga dapat langsung dilihat-lihat secara saksama.

"Ehm ... aku memesan capuccino hot, bagaimana dengan kamu, Gus?" tanya Koko setelah melihat-lihat isi daftar menu yang ada.

"Aku juga sama sepertimu, Ko. Kau tenang saja."

Setelah Gusti berkata demikian, Koko tersenyum manis pada temannya itu. Dia merasa berbahagia ketika ada seorang lelaki Budha yang memiliki kesukaan yang sama dengan dirinya.

Namun, kebahagiaan itu langsung sirna ketika Koko kembali bertanya, "Eh, apa maksudmu soal panggilan masuk itu?"

"Mending cek ponselmu segera, deh!" seru Gusti, seakan-akan memerintahkan Koko untuk membuka ponselnya. Lantas, lelaki itu langsung melakukan apa yang diperintahkan, dan ternyata ....

Chi dan Melly menelepon mereka di saat yang bersamaan.

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro