Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4: Rencana Setelah Kesalahan

Kita harus belajar untuk menghormati dan menghargai perasaan orang lain, dalam kondisi apa pun itu!

-Melly-

***

"Sherine ... oh Sherine! Di mana engkau?!"

Ceritanya, Chi, Koko, Gusti, dan Melly sedang mencari keberadaan teman mereka yang sedari tadi menthilang sejak berpisah dengan Koko. Pasti ada yang tak beres di sini, maka dari itu, mereka harus segera menemukan keberadaannya. "Apa sih masalah yang terjadi di antara kamu dan dia?" tanya Chi penasaran.

Chi berharap bahwa Koko menjawab pertanyaan darinya, namun sayang, lelaki itu tak berharap demikian. Melihat respon Koko yang hanya diam tak berkutik, gadis itu mengulangi pertanyaannya. "Ko, jawab dong. Apa yang terjadi pada kalian?"

"Bukan apa-apa. Aku tak ingin memberitahukannya pada kalian. Bukan urusan kalian," ujar Koko dingin.

Lantas, karena ucapan dari Koko itulah yang mengundang kemarahan bagi Melly. Gadis itu langsung mendorong tubuh Koko ke dinding dan mencengkeram kerah baju lelaki itu tanpa ampun. Sambil mencengkeram itulah Melly berkata, "Kau gila, Ko? Masa kau tak tahu apa-apa? Lalu, urusanmu itu adalah urusan kita juga!

"Kau lupa bahwa sekarang ini kita sudah terikat dalam satu ikatan pertemanan? Dasar kamu tak tahu diri! Kan hubungan kita sudah diresmikan sejak sehari yang lalu alias kemarin! Di mana rasa hormatmu padanya? Kita harus belajar untuk menghormati dan menghargai perasaan orang lain, dalam kondisi apa pun itu!"

Sungguh, itu kata-kata yang begitu panjang dan melelahkan. Ucapan tersebut membuat Koko makin emosi, dan melepaskan cengkeraman tersebut.. "Lepaskan aku. Bukan urusanmu."

Lantas, Melly menjadi semakin emosi pada Koko. Gadis itu berseru, "Bukan urusan kami? Kita ibarat satu tubuh. Satu bermasalah, semua akan tahu. Maka dari itu, urusan kalian juga urusan kami!"

Koko pun tak ingin berkata apa-apa. Dia lebih memilih untuk diam tak berkata apa-apa. Lantas, Gusti dan Chi mencoba untuk menenangkan kedua teman lainnya. "Eh, apa-apaan ini? Kok kalian berantem sih?" tanya Gusti dan Chi secara bersamaan, mencoba untuk melerai pertengkaran yang ada.

Gusti menarik Koko, sedangkan Chi menarik Melly. Keduanya berniat untuk membawa Melly dan Koko untuk saling menjauh, takutnya akan terjadi apa-apa lagi di antara keduanya.

Akhirnya, semua terdiam. Setelah beberapa saat berselang, Chi berseru, "Ayo kita lanjutkan pencarian! Daripada guru datang lagi nanti. Kita berpencar. Melly dan aku akan menyusuri lantai bawah, kalian berdua ke lantai atas ya! Pastikan semua ruangan sudah kalian sapu bersih!"

Chi terlihat seperti pemimpin kelompok kali ini. Ketiga orang lainnya pun takjub dengan apa yang Chi katakan barusan. Setelah itu, mereka mengangguk dan mengikuti perintah dari sang ketua.

Sesuai perintah Chi, Melly akan bersama sang pemimpin, sedangkan Koko bersama dengan Gusti. Mereka berpisah, untuk mengefisiensi waktu agar tak terbuang secara sia-sia. Sekaligus mencegah pertengkaran di antara cewek dan cowok.

***

Sudah beberapa menit waktu yang terbuang hanya untuk mencari Sherine. Namun, meskipun sudah menjelajah seluruh isi sekolah, Koko, Chi, Gusti, dan Melly tak berhasil menemukan Sherine, si warga Kristiani pindahan dari luar pulau itu.

Chi, Koko, Melly, dan Gusti akhirnya bertemu kembali di tempat yang sama seperti tadi. Lantas, mereka berempat pun saling bertanya-tanya tentang hasil pencarian barusan.

"Bagaimana? Apakah kalian menemukan Sherine?" tanya Koko pada dua orang gadis yang hanya dibalas dengan gelengan kepala.

"Bagaimana dengan kalian, Ko, Gus?" Chi berbalik tanya kepada dua orang lelaki di hadapannya.

Ternyata yang dialami Koko dan Gusti itu sama saja. Nihil. Tak ada hasil. Lantas, mereka berempat pun mendiskusikan apa yang terjadi pada temannya itu.

"Sebenarnya, Sherine kenapa sih? Aku tak tahu apa-apa nih ...," ujar Chi lirih, berharap ada yang memuaskan rasa penasarannya. Namun, tak ada yang tahu, apalagi Koko yang tadinya memarahi Sherine.

Entahlah ini kesalahan atau tidak, tetapi semua yang terjadi adalah dirinya tak dapat berkata apa-apa lagi mengenai Sherine. Chi, Gusti, dan Melly hampir saja menyerah karena tak menemukan keberadaan Sherine. Maka, Melly pun berkata kepada ketiga orang lainnya, "Ya sudah guys. Ke kelas aja dulu yok. Nanti kita kasih tahu ke guru BP kalau Sherine menghilang."

Tanpa membalas perkataan Melly, ketiga temannya itupun mengikuti arahan dari Melly menuju kelas mereka, dengan satu harapan, yaitu Sherine kembali pada mereka.

***

"Sherine, maafkan aku, harusnya aku tak memarahimu sejak tadi," ujar Koko lirih pada dirinya sendiri, ketika mendapati bahwa dirinya kesepian dikarenakan tak ada teman sebangku di sebelahnya.

Apakah Koko menyesal karena telah kehilangan Sherine? Bisa saja itu terjadi. Soalnya, dirinya yang begitu saja meninggalkan teman sebangkunya karena tersulut emosi, itulah yang menyebabkan semua yang buruk terjadi dan kembali pada diri Koko itu sendiri. Sedangkan Chi, Gusti, dan Melly masih beruntung karena masih memiliki teman sebangku, meski hubungan masing-masing pasangan tak begitu dekat sih.

Koko merasa hidupnya tak berwarna, karena Sherine. Ya, itulah yang dapat dirasakannya saat ini. Lantas, dia pun berujar dalam hati, "Andai saja aku masih ada niat untuk menghargai perasaannya, pasti semua yang buruk takkan terjadi sejak tadi."

Setelah berkata demikian, Koko pun memutuskan untuk sibuk sendiri dengan ponselnya. Bukan untuk mencoba menghubungi Sherine, melainkan bermain suatu game sembari menunggu kedatangan guru berikutnya. Ya, mau bagaimana lagi, memangnya apakah ada cara lain untuk mengusir kebosanan ketika sendiri?

Hingga pada lima menit kemudian, seorang guru lainnya datang ke kelas itu. Maka, Koko langsung mematikan ponsel pintarnya dan langsung mengikuti pembelajaran di kelas, tanpa ada waktu sharing dengan Sherine.

***

Bel pulang sekolah pun tiba. Sherine masih tak ada di sekitar kelas mereka, sehingga dengan terpaksa, Koko membawa tas Sherine dan digendongnya keluar kelas. Setelah memastikan tak ada lagi barang-barang yang tertinggal di kelas, lelaki itupun memutuskan untuk keluar dari kelas.

Berita menghilangnya Sherine seketika menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Bahkan guru-guru yang ada di kantor pun mengetahui kabar itu dari salah seorang murid yang dikatakan mulutnya sangat bocor. Semua pun dibeberkannya. Memang sih dianya jujur, tetapi caranya yang dianggap salah.

Sebelum pencarian Sherine dimulai, Koko menemui Melly di depan gerbang sekolah. Terlihat bahwa gadis Katolik itu sedang menunggu seseorang, dari ekspresi wajahnya. "Ehm ... Melly? Oh Melly!" seru Koko ketika memanggil nama tersebut.

Lantas, Melly langsung menolehkan pandangannya ke arah Koko. Gadis itupun berkata, "Ah, Koko! Ada apa?"

"Kau mau ke mana? Bukankah kita akan pergi mencari Sherine?" tanya Koko itu lagi. Seketika itulah, pertanyaan barusan membuat Melly meluapkan amarah sesaat. "Kau gila, Ko? Mereka pada ngumpul seperti kita, tidak? Tak ada, 'kan? Aku pun mau nunggu ojek online, mau pulang sejenak."

"Memangnya jam berapa kita bakal memulai pencarian?" Kelihatannya, Koko benar-benar ketinggalan informasi. Wajar saja sih, dia duduk di bangku paling belakang, sehingga tak tahu apa-apa yang dibicarakan oleh tiga orang lainnya.

"Jam 4 sore, habis kamu selesai shalat Ashar. Gimana? Kami juga menghargai waktumu, kok. Datang ya, jangan lupa," ujar Melly itu kemudian. Lantas, Koko langsung menganggukkan kepala dan mengucapkan, "Terima kasih, Mel. Nanti aku datang setelah selesai shalat Ashar. Aku pulang dulu ya."

Tanpa mengucapkan salam perpisahan, Koko langsung melambaikan tangan kanannya ke arah Melly sambil bergegas ke parkiran motor. Gadis itupun melakukan hal yang sama, sebelum tubuh lelaki itu menghilang dari jangkauannya.

"Sampai nanti, Ko. Semoga masalah kalian selesai seutuhnya."

***

Pada waktu Ashar, Koko sendirian di jalan. Dia berjalan kaki menuju masjid terdekat. Rencananya, dia dan teman-temannya akan bertemu di sekitar masjid yang dimaksud. Setelah beberapa menit berlalu, sampailah lelaki itu di Masjid Shaf.

Namun ibadahnya terganggu ketika menemui seorang gadis Muslimah yang benar-benar cantik tetapi songong. Warna kulitnya terlihat lebih bercahaya daripada Koko. Cukup dijadikan senjata bagi gadis itu untuk meremehkan seorang lelaki Muslim di hadapannya.

"Ehm ... minggirlah. Aku mau sholat." Koko merasa bahwa gadis itu menghalangi niatnya untuk menunaikan shalat Ashar. Lantas, gadis di hadapannya itupun hanya menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Kau si Koko, seorang Muslim yang memiliki teman bernama Sherine 'kan?"

Gadis itu ternyata mengenal Sherine. Itulah yang membuat Koko terkejut setengah mati. Lantas, lelaki itupun hanya bisa menjawab, "Iya. Memangnya kenapa? Kau lagi cari masalah sama di--"

"Hanya bertanya sekaligus mengingatkan. Sherine itu gadis yang tak pantas untuk memiliki teman, siapa pun itu."

Dengan nada datar sekaligus memotong ucapan tanpa ampun, gadis itu seakan-akan ingin menghalangi hubungan pertemanan Koko dan Sherine. Seketika itu, Koko tak menerima sikap yang barusan. Dia bertanya, "Atas dasar apa kau mengatakan demikian?"

"Atas dasar--"

"Sst! Aku mau shalat dulu. Nanti saja kita sambung lagi. Aku siap mendengarkan apa pun yang kau katakan," potong Koko, lalu pergi meninggalkan gadis yang sedari tadi berniat untuk mengganggu Koko dalam hal beribadah.

Ya, toleransi harus ditekankan dalam kehidupan beragama.

***

Setelah selesai menunaikan shalat Ashar berjamaah, lagi-lagi Koko menemui gadis yang sama seperti sebelumnya. Maka, sedikit "pertengkaran" kecil pun dimulai. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Mengapa kau mengatakan Sherine itu tak layak memiliki teman?"

"Atas dasar dia itu adalah seorang gadis yang songong. Aku tak suka dengannya. Ya, aku tak suka dia ada di sekolah kita!" seru gadis itu lagi.

"Boleh tahu siapa namamu? Aku akan bertanya tentang dirimu jikalau Sherine ada di sekitarku," ucap Koko itu kemudian.

"Oh iya. Aku lupa nama hehehe." Gadis berhijab modis tersebut mengatakan demikian sambil mengenyir.

"Namaku Pril. Salam kenal ya. Kalau kamu? Eh iya deng. Aku tahu namamu Koko. Hahaha."

Seketika itulah, Koko mengernyitkan dahi dan menggelengkan kepalanya karena Pril bersikap aneh di hadapannya. Beberapa saat kemudian, lelaki itu berujar sekaligus bertanya, "Kau benar-benar aneh, Pril. Aku mau tanya, kau tahu namaku dari mana?"

"Ya dari Sherine dong. Aku tahu dirinya membicarakan Koko dengan Chi atau pun Melly. Makanya aku tahu kamu juga," jawab Pril dengan entengnya.

"Kamu kelas berapa? Di mana ruanganmu?" tanya Koko dengan ekspresi yang penuh dengan kecuekan.

"Di ruangan sebelah kelas kalian lebih tepatnya. Makanya, aku sering ke kelas kalian. Begitu," jawab Pril tanpa ekspresi. Lantas, penjelasan singkat itu membuat Koko mengerti akan Pril.

Tak lama kemudian, Melly, Gusti, dan Chi menjemput Koko yang masih berbincang-bincang dengan Pril, meski suasana di antara mereka sudah semakin sunyi. Melihat teman mereka yang sedang bersama gadis lain, Chi pun berseru, "Woi, Ko! Jadi jalan gak? Kita mau mencari Sherine 'kan?"

Koko pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu, dia berpamitan dengan Pril. "Pril, aku pergi dulu ya. Terima kasih atas waktu singkatnya. Sampai nanti," ujar Koko tanpa harus melambaikan tangan pada gadis yang baru saja dikenalnya.

Langsung saja, Koko bersama teman-teman lainnya untuk pergi mencari Sherine.

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro