Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Act Two

Act Two

Sejujurnya, Arthur tak mengerti, mengapa para staf senior di HQ--termasuk Inspektur Mawson--seolah ingin menghalangi dirinya untuk mendapatkan pemecahan dari kasus itu. Mereka bilang, ia tak perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk kasus tersebut. Pun, imbuh mereka, sang pemilik rumah malah merasa keberatan jika kasus itu sampai berada di tangan polisi. Keanehan-keanehan itu, ditambah fakta dari saksi yang tak kalah menarik, tak ayal membuatnya semakin bersemangat untuk menyelidiki kasus ini.

Terlebih, dirinya terlanjur didera oleh wabah yang cukup mematikan; wabah keingintahuan.

Inspektur Mawson menyilangkan kaki kananya lalu bertanya, "Kau sering datang kemari?"

Pikiran Arthur sempat berada di tempat lain. Setelah berhasil menangkap pertanyaan Sang Inspektur, ia cepat-cepat menjawab, "Tidak juga, Inspektur. Kunjungan saya kali ini bahkan baru yang kedua kalinya."

Inspektur Mawson dapat melihat melalui ekor matanya bahwa booknote milik detektif Arthur tergeletak di atas meja. Lengkap dengan pulpen di samping notes tersebut. Jelas sekali kalau detektif Arthur sedang bekerja di jam makan siangnya.

"Begitukah? Padahal, kulihat tempat ini sangat nyaman jika digunakan untuk menenangkan diri dan merenungkan permasalahan," ujar Sang Inspektur sambil mengedarkan pandangannya dengan tatapan menilai. Ia kembali berujar, "Jadi, aku sempat mengambil kesimpulan kalau kau sudah berulang kali datang kemari sambil ... kau tahu, merangkai kepingan-kepingan misteri."

Arthur menyunggingkan senyum tipis.

"Ah, kasus itu terancam tidak akan ditindaklanjuti, bukan?
Arthur tergelak, Ya ... saya sudah mendengar isu tersebut."

Inspektur membenahi posisi duduknya. "Kau sudah berhasil bertemu dengan pemilik rumah itu?"

"Beberapa hari yang lalu, Inspektur. Itu pun setelah saya menunggu selama setengah hari di sekitar sekolahnya." Tak pelak, jawaban itu sukses membuat sudut bibir Sang Inspektur terangkat sebelah.

"Dia dan kasus ini jelas terdengar begitu menarik bagimu, Detektif."

"Ya, memang," gumam Arthur. Pikirannya sedang berkelana ke masa lampau, ketika ia dengan lugunya menuruti intuisinya untuk berkeliaran di sekitar gedung sekolah pemuda yang bernama Wada tersebut.

Jangan salahkan Arthur ataupun intuisinya. Hal itu semata-mata ia lakukan karena sulitnya mengatur pertemuan dengan Wada, sehingga intuisi itu pun muncul sebab didesak kehausannya akan data-data. Sebelumnya, informasi yang ia peroleh hanya berasal dari dua saksi, yakni Petugas Gregson dan istrinya.

Informasi yang didapat oleh Gregson kurang lebih seperti berikut ini: menurutnya, kejadian itu terjadi sekitar pukul 3 sore pada Hari Kamis, 13 Oktober. Hari itu, ia pulang sebentar ke rumahnya yang kebetulan berada di seberang rumah Wada. Tak ada yang janggal bagi Gregson. Akan tetapi, ada sesuatu mengenai rumah Wada yang mengganggu istrinya.

"Kau yakin tak merasa aneh?" tanya Nyonya Gregson penuh cemas.

"Tentu saja, memangnya apa yang membuat rumah itu aneh?" tanya Petugas Gregson sembari mengenakan sepatu.

"Kemarin malam dan tadi siang, aku melihat seseorang berada di dalam sana. Aku bisa melihat bayang-bayangnya dari balik kerai."

Petugas Gregson terkekeh, "Tentu saja itu Wada. Siapa lagi?"

"Tidak mungkin! Wada sedang tidak berada di rumahnya. Ia baru akan kembali petang ini. Dia sendiri yang mengatakan padaku tempo hari karena aku melihatnya membawa tas berukuran lebih besar daripada biasanya dan aku bertanya kenapa."

Mungkin orang itu asisten rumah atau keluarganya? tanya Petugas Gregson. Ah, tapi dia tinggal seorang diri," ralatnya kemudian. "Mungkin ... keluarganya sedang berkunjung?"

Nyonya Gregson memasang tampang kesal, kemudian berkata, "Aku tidak mengerti. Kau yang berprofesi sebagai polisi, tapi kau tidak merasa aneh dengan hal ini? Kalau begitu, aku sendiri yang akan pergi ke rumah Wada." Ia melepas celemeknya dengan kasar kemudian segera bergegas menuju rumah Wada.

Gregson berusaha tak menghiraukan istrinya. Akan tetapi, pikiran-pikiran negatif malah bermunculan di dalam benaknya. Sejurus kemudian, ia sudah berada di luar rumahnya, mengedarkan pandangannya dan menemukan istrinya telah berada di pekarangan rumah Wada yang tak berpagar.

Gregson berhasil menyusul istrinya yang telah membunyikan bel rumah Wada dan berkali-kali mengetuk pintu rumahnya. Tak ada yang menyahut dari dalam, apalagi membukakan pintu.

"Kau tidak berpikir kalau orang asing itu akan membukakan pintu, bukan?" tanya Petugas Gregson.

"Dan jika orang itu adalah asisten atau keluarganya, pasti seseorang telah membuka pintu ini," balas Nyonya Gregson.

Sekeras apa pun Gregson mencoba membujuk istrinya untuk berhenti, sekeras itu pula Nyonya Gregson terus mengetuk pintu rumah Wada. Nyonya Gregson bahkan tak menghiraukan semua perkataan suaminya.

Sampai seseorang berdehem di belakang mereka. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #shortstory