Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8a

Selama beberapa hari tinggal di flat, Beltrand jarang memunculkan diri. Entah apa yang dilakukan laki-laki itu, sering mengurung diri di kamar kala siang, dan sesekali bepergian hingga seharian dan tidak kembali. Daisy tertarik ingin tahu kegiatannya tapi tidak punya nyali untuk bertanya. Setiap kali pulang, Beltrand akan membawa oleh-oleh untuk Gemala. Dari mulai cake cokelat, buah, atau pun camilan yang enak. Semuanya diterima Gemala dengan senang hati.

"Beltrand, kamu baik sekali, Nak."

"Mama suka?" tanya Beltrand saat melihat Gemala makan buah semangka yang dibawanya dengan lahap.

"Sukaa, semangkanya manis."

"Syukurlah, Ma. Habiskan dulu, nanti kita beli buah yang lain."

Gemala mengangguk gembira. "Iya, nanti ingin makan buah apricot."

"Boleh, biar nanti aku belikan aprikot."

Daisy hanya menatap tanpa kata, melihat sang mama yang makin hari makin akrab dengan Beltrand. Sesekali saat pikirannya sedang normal, Gemala akan bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan balai kota.

"Suamiku mengatakan, Geomar itu kurang becus dalam bekerja. Sepertinya memang begitu."

Beltrand keheranan mendengarnya. "Kenapa tidak becus?"

Gemala mengangkat bahu sambil tetap mengunyah. "Entahlah, aku tidak mengerti. Katanya, Geomar itu ceroboh, tukang pamer, padahal jabatan itu diberikan bukan karena menang."

Sungguh kata-kata yang membingungkan. Beltrand menatap Daisy dengan pandangan bertanya dan Daisy hanya menggeleng kecil. Sama-sama tidak mengerti dengan ucapan Gemala.

"Sekarang Elfar yang menjadi walikota."

Gemala berhenti menguyah lalu berdecak. "Elfar,laki-laki yang baik. Sayangnya tidak bisa mengatur keluarganya. Harusnya, Elfar mendorong Edith agar menikahi Daisy. Tapi, apa yang dilakukannya? Aku benci Elfar dan istrinya yang sok suci itu. Eh, siapa nama istri Elfar?" Gemala menatap Beltrand dengan matanya bulan.

"Nyonya Bertha."

"Yah, Bertha. Perempuan yang merasa mempunya darah biru, ningrat, dan berkelas. Menganggap Daisy tidak cukup layak untuk anak laki-lakinya. Kami pernah hampir bertengkar saat bertemu, kala itu baru saja Daisy keguguran."

Daisy terbelalak. "Mama nggak pernah bilang soal itu?"

Gemala menggeleng, tidak menolak saat Beltrand membantunya mengelap mulut. "Untuk apa? Sudah lama berlalu. Bertha dan anak perempuannya mencacimu, mengatakan Daisy sebagai perempuan tidak tahu malu yang berani merampas kekasih saudaranya." Menghabiskan potongan semangkanya, Gemala mengernyit. "Aku bingung."

"Bingung kenapa, Mama?"

"Daisy merebut siapa? Bukannya Blossom menikah dengan Dante? Edith dengan Daisy dan suamiku dengan ... Nina."

Tanpa diduga, Gemala melemparkan kulit semangka ke arah Beltrand. Nyaris mengenai kepala sebelum akahirnya berhasil ditangkat. "Suamiku itu laki-laki sialan! Bisa-bisanya dia mengkhiantiku dengan Ninaaa. Setelah semua yang aku lakukan selama ini padanya. Mengabdi sepenuhnya untuk keluarga. Benito bajingaan!"

Terlalu emosional membaut Gemala kehilangan kendali. Menangis, mengamuk, dan nyaris menghancurkan barang-barang. Daisy berteriak pada Beltrand untuk membawa mamanya ke dalam kamar. Sesampaionya di sana ia menyalakan pendingin ruangan, memastikan jendela terkunci dan merebahkan sang mama di atas ranjang lalu mengikat tubuhnya.

"Lepaskan aku, Daisy! Aku akan membunuh papamu! Laki-laki kurang ajar!"

Daisy berdiri diam di samping Beltrand, menatap sang mama yang masih histeris. Memerlukan waktu beberapa saat sampai emosi Gemala stabil dan mulai berhenti berteriak. Ingin rasanya ia menyembunyikan ini semua agar tidak ada orang yang tahu. Tatapan iba yang diarahkan Beltrand untuk sang mama, membuat hatinya terluka.

"Apa beliau akan baik-baik saja?" tanya Beltrand kuatir. Gemala tidak lagi berteriak dan kini justru terisak kecil.

"Nggak apa-apa, setelah tangisan mereka Mama akan tertidur dan bangun nanti keadaannya kembali normal."

"Kamu yakin?"

"Ya, sudah beberapa kali kejadian. Ayo, kita keluar."

Meninggalkan sang mama berbaring di ranjang, Daisy mendorong Beltrand keluar. Ia mengembuskan napas panjang melihat ruang makan berantakan. Dengan cekatan ia merapikan sisa makanan, membuang sampah dan membersihkan lantai. Beltrand membantunya mengelap sofa yang kotor karena perbuatan Gemala. Mereka melakukannya dalam diam. Seakan tahu kalau Daisy sedang banyak pikiran, Beltrand tidak ingin menganggu.

Selesai semua, Daisy membuat dua gelas limun dan membawanya ke sofa. Duduk bersebelahan, mereka meneguk minuman dingin itu dengan pelan. Seolah ingin menikmati setiap tetes kesegaran yang mengalir di tenggorokan.

"Kenapa mamamu bisa beruibah drastis?"

"Kalau sedang mengingat masa lalu. Terkadang dia ingat dengan jelas, lain waktu akan lupa. Yang tidak bisa dihilangkan dalam ingatannya adalah Blossom dan juga pengkhiantan mendiang papa. Siapa sangka, laki-laki yang terlihat begitu melindungi dan sayang dengan keluarga, ternyata berselingkuh selama bertahun-tahun."

"Setelah kejadian itu, apakah mamamu langsung shock?"

Daisy menggeleng, mengingat tentang kedatangan serombongan polisi yang mengabarkan soal sang papa. Sampai sekarang ia masih tidak percaya kalau papanya adalah dalang dari pembunuhan dan juga melakukan perselingkuhan. Dua perbuatan jahat yang menghancurkan semuanya.

"Mama terdiam, dan mengikuti penyelidikan dengan patuh. Setelah papa diputuskan bersalah, Mama jatuh sakit. Aku menjual rumah dan pergi. Dengan perlahan Mama mulai kehilangan ingatan dan akhirnya seperti ini."

"Kamu tidak ingin merawat mamamu di rumah sakit?"

Daisy menggeleng. "Tidak tega. Selama aku bisa mengurusnya, aku ingin Mama tetap ada di sampingku."

Bagi banyak orang Daisy mungkin perempuan manja dan jahat, tapi anak yang baik. Bisa saja Daisy meninggalkan ibunya di rumah sakit jiwa tapi memilih untuk merawatnya sendiri. Beltrand merasa itu sangat keren. 

.
.
.Tersedia di google playbook.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro