Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4b

"Mama, kita turun. Hati-hati."

Seorang perawat datang membawa kursi roda, dan mendorong Gemala ke ruang praktek. Dokter yang bertugas adalah laki-laki berusia setengah abad. Desas desus mengatakan, dokter itu sangat kaya raya dan banyak digilai perempuan karena wajahnya yang cukup tampan. Sayangnya, Daisy tidak lagi tertarik berhubungan dengan laki-laki, padahal sang dokter menawarkan sesuatu yang sangat menggoda saat mereka hanya bicara berdua.

"Aku bisa memberimu rumah pribadi yang nyaman, merawat mamamu dengan baik. Kita bertemu mungkin hanya beberapa kali dalam seminggu. Karena aku pun punya keluarga. Bagaiaman? Kamu tidak perlu terlalu lelah bekerja."

Dokter itu bernama Kody, mengatakan dengan jelas kalau tertarik dengan Daisy. Memberikan syarat yang mudah untuk menjalin hubungan. Istilah lain dari menjadi istri simpanan. Daisy sempat tergoda untuk menerimanya, dengan begitu tidak perlu banting tulang demi sang mama. Sayangnya, ia ingin hidup tenang tanpa terlibat masalah, apalagi dengan perempuan lain. Dengan sopan, ia menolak tawaran itu.

"Dokter Kody, terima kasih atas niat baiknya. Tapi, saya tidak ingin menjadi musuh siapa pun di kota ini."

"Aku bisa memberimu rumah di kota lain."

Daisy hanya menggeleng sambil tersenyum. Tidak peduli berapa kalipun Kody merayu, ia tetap dengan pendiriannya. Sang mama menderita karena ulahnya dan Benito. Ia tidak ingin penderitaan itu terus berlanjut. Menjalani hidup yang baik meskipun dalam keadaan pas-pasan, paling tidak membuat hatinya tenang.

Daisy tersenyum. "Aku yang dulu, akan menerima tawaran ini dengan sukacita."

Mata Kody melebar penuh harap. "Kalau begitu, kita—"

"Sayangnya, aku bukan lagi Daisy yang dulu. Terima kasih, Dokter."

Daisy menolak dengan tenang, meninggalkan ruang dokter di mana ada banyak pasien sudah menunggu. Ia mendorong kursi roda ke arah lobi rumah sakit, berniat mencari taxi saat sebuah mobil berhenti di hadapannya.

"Daisy, biar aku antar pulang."

Daisy terkejut melihat kemunculan Beltrand. Ia belum merespon saat laki-laki itu keluar dari balik kemudi. Memutari mobil, membuka pintu belakang dan dengan cekatan mengambil alih kursi roda.

"Nyonya Gemala, kita ke mobil."

Daisy menahan jemari Beltrand. "Apa apaan kamu?"

Beltrand dengan tenang menyingkirkan jemari Daisy. "Taxi sedang kosong. Kamu nggak kasihan sama mamamu kalau menunggu lama?"

Daisy tidak tahu apakah perkataan Beltrand benar atau tidak. Ia terpaksa membiarkan laki-laki itu membantu sang mama masuk ke dalam jok belakang. Setelah itu mendorong kursi roda kosong ke tempatnya.

"Kenapa bengong? Ayo, masuk!"

Daisy menghela napas panjang, duduk di jok belakang. Menatap Beltrand yang berada di balik kemudi. Laki-laki itu bertanya di mana rumahnya, dan ia menyebutkan alamat dengan singkat. Beltrand memegang kemudi dengan kendali penuh, tidak mengajak mengobrol dan mendengarkan celoteh Gemala tentang Blossom, Benito dan Edith. Daisy menyimpan rasa malunya pada laki-laki itu karena mengetahui tentang kondisi sang mama.

"Untuk apa kamu ke kota ini sebenarnya?" tanya Daisy saat mobil mendekati tikungan terakhir rumahnya.

Beltrand menatap dari kaca spion. "Jalan-jalan, dan berlibur."

Daisy menahan dengkusan. "Enak ternyata menjadi asisten walikota, bisa berlibur kapan saja."

Beltrand mengangkat bahu. "Kamu benar sekali. Apa kamu berminat, Daisy? Menjadi asisten walikota?"

Di luar dugaan, yang menjawab justru Gemala. "Asisten wakil walikota? Apa kamu Beltrand?"

Kendaraan berhenti tepat di depan flat. Daisy menatap sang mama, begitu juga Beltrand. Sedari tadi ia mendengar celoteh Gemala dan tahu ada yang tidak beres dengan perempuan itu. Tapi, mendengar Gemala menyebut namanya dengan lancar, membuat Bentrand tersenyum.

"Nyonya Gemala, apa kabar? Ini aku, Beltrand."

Gemala mengangguk dengan wajah berseri-seri. "Aku menyukaimu, selalu sopan saat melihatku. Menyapa ramah dan santun."

"Terima kasih atas pujiannya."

"Beltrand, kita akan sering bertemu. Sebentar lagi Daisy akan menikah dengan Edith."

Daisy menggeleng pelan ke arah Beltrand yang terdiam. Laki-laki itu tersenyum kecil. "Iya, Nyonya."

Daisy membuka pintu, membantu sang mama turun dari kendaraan. Beltrand memutari kendaraan, menatap flat sederhana dengan dinding merah. "Kalian tinggal di lantai berapa?"

"Lantai tiga. Terima kasih atas bantuanmu," ucap Daisy sopan.

Beltrand tidak menjawab, bergegas ke arah lift untuk membuka pintu. "Ayo, masuk!"

"Kami bisa sendiri." Daisy menuntun Gemala ke dalam lift. "Sebaiknya kamu pulang sekarang."

Sayangnya, Beltrand tidak semudah itu diusir. Laki-laki itu berdiri di samping Daisy dan memencet tombol lift hingga menutup. Daisy ingin memprotes tapi Beltrand menggeleng. Mencondongkan tubuh dan berbisik lembut di telinganya.

"Sesekali, jadilah perempuan yang ramah. Aku ini tamu yang membutuhkan segelas air minum di rumahmu. Apakah kamu keberatan, Daisy?"

Bulu kuduk Daisy meremang saat kulit mereka tanpa sengaja bersentuhan. Bisikan Beltrand yang lembut, membuat Daisy terdiam tidak berdaya. Sikap Beltrand yang tidak mau diatur dan melakukan semuanya sesuka hati, mengingatkannya akan seseorang. Persis dengan sikap Dante. Mereka seolah berasal dari didikan yang sama. Tidak mungkin Beltrand mengenal Dante bukan?
.
.
.Tersedia versi lengkap di google playbook dan Karyakarsa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro