Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1a

Di kota ini tidak ada yang tidak mengenal Daisy. Dianggap sebagai salah satu pendatang tercantik dan terseksi. Daisy yang bekerja sebagai pelayan restoran membuat banyak laki-laki tergoda. Di antara mereka bahkan tidak segan-segan mengajak berkenalan, ingin menjalin hubungan secara dekat atapun mengajukan lamaran. Semua mendapat tanggapan dingin dari Daisy. Ketertarikan para laki-laki itu mendatangkan banyak kesulitan bagi Daisy, karena hampir semua perempuan memusuhinya.

Berbeda di kota asal di mana dirinya begitu dipuja, dengan lingkungan sosial yang luas dan banyak bergaul. Di sini Daisy benar-benar terasing. Tidak mempunyai teman, sehari-hari menjalani hidup sebagai pelayan dan tinggal di rumah kecil bersama sang mama yang mulai kehilangan kemampuan untuk mengingat. Kehidupan yang dijalani sekarang sangat berbanding terbalik dengan dengan dulu. Daisy menjalani kehidupan dala kesunyian tanpa gegap gempita lingkungan atas.

Tidak ada lagi undangan makan malam di hotel, yang dulu dijalani hampir tiap Minggu. Tidak ada lagi tumpukan hadiah ataupun bunga yang dulu menunggu setiap kali dirinya selesai melakukan pertunjukan. Meskipun banyak laki-laki menyukainya, tidak ada satupun yang bisa menguasai hatinya. Tidak ada yang seperti Edith ataupun Dante. Ia melihat mereka tak lebih dari laki-laki biasa yang hanya ingin mencoba tubuhnya. Dua tahun lebih Daisy berada di kota ini dan ia sudah terbiasa menerima lirikan mesum para laki-laki sekaligus dengkusan kesal para perempuan. Dari dulu ia sudah terbiasa menerima kedua perlakukan itu tapi bedanya, dulu menikmati tapi sekarang sangat membencinya.

Dulu ia dengan mudah meludahi para laki-laki yang menginginkan tubuhnya. Menganggap mereka tidak cukup berharga untuknya. Ia terbiasa menerima hadiah dari mereka dan membuaat para laki-laki itu tersungkur di kakinya. Sekarang, ia tidak berani melakukan itu. Kesombongan dan keangkuhannyta terkikis oleh keadaan dan rasa malu. Daisy merasa, kalau dunia ini sedang menghukum keluarganya dan hanya bisa pasrah tanpa daya.

Restoran malam ini penuh sesak oleh pengunjung, terutama para laki-laki. Berlokasi di pinggiran kota, restoran beroperasi 24 jam. Restoran yang awalnya berdiri untuk melayani para pengendara dari luar kota, berubah menjadi tempat makan popular dengan live musik setiap malam, ditambah dengan bir, dan tempat billiard. Restoran berubah fungsi menjadi tempat mencari hiburan. Terutama semenjak Daisy bekerja di sini. Mengambil shift malam, Daisy menerima upah lebih dari pemilik karena mendatangkan banyak pengunjung yang kesemuanya laki-laki, dan juga menerima tips yang cukup lumayan.

"Meja 22 daging panggang, kentang goreng, dan ayam tepung!"

Pegawai dapur berteriak dari jendela kaca dan memencet bel. Daisy dengan cekatan mengambil pesana dan meliuk di antara meja bundar untuk mengantarkan pesanan.

"Daging, kentang, ayam. Pesanan semua sudah terkirim?" Ia mengambil nomor pesanan dari atas meja dan mencatat di struk pembelian.

"Cantik, bir pesannan kami belum datang?" Seorang laki-laki bertubuh kurus mengedipkan sebelah mata.

Daisy mengangkat kepala, melambai pada pelayan laki-laki ujung ruangan yang dengan segera datang membawa namban dengan beberapa botol bir di atasnya.

"Bir datang," ucapnya pelan.

"Tapi, kami memesan dari kamu, Cantik." Seorang laki-laki berjaket hitam menyela.,

Pelayan laki-laki tersenyum. "Sama saja, yang penting bir."

"Pesanan selesai." Daisy berbalik dan hendak pergi saat pergelangan tangannya dicengkeram laki-laki berjaket. Ia menghela napas kesal.

"Cantik, bagaimana kalau kamu menemani kami makan. Kami pastikan uang tips yang banyak untuk kamu."

Si pelayan laki-laki bertindak sigap dengan mendorong Daisy dan berdiri di depan laki-laki berjaket. "Pesanan sudah selesai. Selamat menikmati."

Daisy melenggang ke dapur diikuti oleh pelayan laki-laki. Ia menoleh dan tersenyum. "Terima kasih, Fan."

Fan mengedipkan sebelah mata. "Utukmu apa pun rela."

Keduanya bertukar tawa lalu kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Daisy beruntung mempunyai teman sebaik Fan. Pemuda itu banyak membantunya dari para laki-laki iseng yang suka sekali mengganggunya. Tak jarang, mereka mengamuk saat ditolak dan Fan dengan sigap mendamaikan suasana. Untuk membalas kebaikan pemuda itu, Daisy membagi setiap tips yang diterima dari pengunjung. Menjadikan Fan teman sekaligus pendukungnya yang setia.

Selain Fan, pemilik restoran juga sangat menyukainya. Laki-laki berumur 40 tahun dan berstatus duda anak tiga. Selalu mengirimkan kode kalau menyukainya dan Daisy menolak dengan halus. Ia tidak ingin menjadi bahan gunjingan dan menambah kebencian. Di sini, para pelayan perempuan tidak ada yang menyukainya dan menganggapnya sebagai saingan mereka.

Setelah bekerja selama delapan jam dengan empat jam lembur, Daisy kelelahan. Para pelayan shift siang sudah berdatangan, pagi hari cenderung sepi pengunjung. Ia duduk di teras belakang, di dekat pot tanaman besar yang menyamarkan pandangan. Menyulut rokok dengan segelas kopi di sampingnya. Menikmati udara pagi yang hari ini sangat cerah.

"Hai, apa kamu datang ke pesta topeng besok malam?"

Fan datang, duduk di sampingnya dan ikut menyulut rokok. Daisy menoleh.

"Ada pesta topeng?"

Fan mengangguk. "Iya, di rumah keluarga Barney. Mereka mengundang semua orang untuk datang. Katanya, menyambut Perdana Menteri."

Daisy menggeleng. Dirinya yang dulu memang sangat menyukai pesta. Ia terbiasa menjadi bintang di setiap tempat yang mengundangnya, ditunjang dengan suaranya yang merdu. Tapi, itu dulu, saat ia masih merasa kalau dunia berada di bawah telapak kakinya. Sekarang ia bahkan tidak berani mengangkat wajah, bahkan untuk sekedar memandang orang lain. Jangankan menyanyi di depan banyak orang, untuk sekedar saling sapa dengan para tetangga, ia tidak ada keberanian.

"Mungkin tidak, aku sibuk," jawabnya.

"Daisy, itu waktu kita libur."

Libur atau tidak, Daisy tidak akan pernah tertarik untuk ikut keraimain macam itu. Waktu liburnya lebih suka dihabiskan dengan tidur di rumah dan menemani sang mama. Rupanya, pesta topeng memiliki pengaruh yang luas di kalangan penduduk. Orang-orang memperbincangkannya, dan semua berharap mendapatkan undangan. Para tamu dari luar kota mulai berdatangan, dan yang terkena imbasnya tentu saja restoran tempat Daisy bekerja yang mendapatkan kenaikan pengunjung. Orang-orang dari berbagai kalangan membajiri kota, memenuhi hotel dan penginapan.

Sehari sebelum pesta, restoran kedatangan pengunjung yang sangat menarik perhatian. Betapa tidak, seorang laki-laki tampan bermata abu-abu dengan luka di pelipis, menggandeng perempuan cantik yang sedang hamil. Di belakang mereka ada sepasang laki-laki kembar berambut abu-abu dan pirang. Yang tidak kalah mencolok adalah iring-iringan kendaraan mewah yang mengikuti mereka.

Daisy secara kebetulan mendapat tugas untuk melayani meja mereka. Ia menyapa perempuan cantik yang sedang hamil itu dengan ramah.

"Nyonya, ingin memesan sesuatu?"

Perempuan itu tersenyum. "Aku ingin makan yang enak tapi tidak terlalu berminyak. Apa kamu punya rekomendasi?"

Daisy mengangguk. "Aku menyarankan panggang rempah. Gurih, sedikit pedas, tapi tidak berminyak."

Perempuan itu mengangguk dengan ceria. "Baiklah, aku mau itu."

Daisy sedang mencatat dan hendak bertanya pada tiga laki-laki lain di meja, saat terdengar sapaan yan membuat tubuhnya menegang.

"Tuan Drex Camaro, sedang bertemu, Anda."

Daisy tidak salah dengar, laki-laki bermata abu-abu yang duduk di sebelah perempuan cantik bernama Drex Camaro. Ia mengenali nama itu, meskipun belum pernah bertemu secara langsung. Dulu sekali, ia pernah mendengar dari Dante kalau laki-laki itu punya seorang saudara bernama Drex Camaro. Sepertinya, ini adalah orang yang sama.

.
.
.
Di Karyakarsa sudah tersedia bab 1-4.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro