Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Tinggal seminggu lagi menuju ujian kenaikan, semua siswa telah dibagikan jadwal ujian. Di minggu-minggu terakhir rata-rata banyak yang mengambil les tambahan, ada juga memang yang udah pasrah dan gak mau usaha belajar.

Ssaem Kim Mingyu juga sudah keluar dari sekolah itu, karena dari awal dia juga cuma guru pengganti.

Sosok Joshua dan Yura kini sedang berdiri di depan pagar sekolah, menunggu Eunbi sekaligus menunggu jemputan sepupu jauh Yura --Sungcheol.

"Eunbi lama banget..." keluh Yura sambil memainkan ponselnya.

"Memang dia sering begitukan," jawab Joshua. Joshua melirik ke arah ponsel Yura, dia sedang membuka aplikasi instagram.

"Aplikasi apa itu?" tanya Joshua.

"Hah? Elu emang ga punya akun ig?"

"Instagram? Kagak... males aja."

"Kuno banget," ejek Yura. Joshua mencubit pelan pipi Yura hingga cewe itu mengerang kesakitan.

"Ish udah! Bercanda doang."

"Aku cuma punya katalk sama facebook. Itupun udah lama gak kepake."

"Kuno--" Yura langsung menahan tangan Joshua. "Bangsul, jangan cubit aku."

"Makanya jangan ngehina."

"Bercanda doang dibilangin."

Karna Yura sama Joshua lagi dalam adegan macem KDrama langsung ada suara batuk pura-pura di belakang.

Siswi berambut pendek itu namanya Eunbi. Di sampingnya ada Hansol dan Seungkwan.

"Eh halo..." sapa Yura kalem.

Joshua sontak langsung mengatakan, "udah baikan?" seraya menunjuk kanan kiri ke arah Hansol dan Eunbi.

Malah Seungkwan yang jawab, "Iya nih, entah apa yang dipermasalahin. Jodoh di tangan tuhan, siapa yang tahu?"

Kepala Seungkwan di tepuk sama Hansol, habis dia mengerang, Seungkwan nepuk balik.

"Jadi.. mereka berdua ikutan?" tanya Yura. Eunbi cuma ngangguk.

Setelah menunggu tiga menit, di antara selingan percakapan yang gak penting soal pelajaran antara Joshua dan Yura --akhirnya mobilnya sampai.

"Halo anak muda," ucap Sungcheol ketika ia membuka kaca mobilnya.

"Halo babang," jawab Yura dengan santainya.

"Cuma muat empat orang, yang satu lagi bawa motor, gak?" Sungcheol sambil menghitung jumlah orangnya.

"Aku bawa," ucap Hansol.

"Ntar kamu ngikutin dari belakang," suruh Babang Sungcheol.

Setelah 15 menit perjalanan dari sekolah ke rumah Eunbi dengan posisi mobil sempit-sempitan di tengah antara Joshua, Seungkwan dan Yura, dan Eunbi di depan. Seungkwan jadi penengah antara Joshua dengan Yura katanya, "biar tidak terjadi zina. Dia udah punya pacar."

Apakabar Jun? Yura bahkan tak tahu Jun lagi ngapain sekarang. Percakapan di KaTalk terakhir hanyalah setelah pertemuan mereka di supermarket. Dia cuma nanya apakah Yura sampai dengan aman atau tidak.

Yura cuma ngirim pesan ke Jun, 'Aku pergi ke rumah Eunbi di jalan xxx belajar bareng, ntar jam ---- pulang, aku bilang ini supaya elu g khawatir.'

Singkatnya, mereka sampai. Gak ada percakapan penting. Cuma Joshua yang memerhatikan Yura dan Seungkwan tertidur sebentar.

Di kamar Eunbi, mereka duduk sambil membuka buku. Hansol disebelah Eunbi, Joshua di sebelah Eunbi dan Yura di samping Seungkwan.

"Jadwal hari ini belajar Fisika."

Mulailah Joshua menjelaskan beberapa soal dan cara cepat mengerjakan soal dan sebagainya.

Tanpa disadari, ada pesan masuk ke Yura.


Jun
Nantiku jemput.

Jam telah menunjukkan jam tujuh malam. Seungkwan yang tertidurpun dibangunkan oleh Hansol. Hansol lagi bicara sama Eunbi dan Seungkwan sekarang.

"Hari ini mau pulang bareng lagi?"

Yura membaca pesan dari Junpun melihat ke arah suara Joshua.

"Hm? Ah... Jun mau jemput hari ini."

"Oh..."

Joshua hanya tersenyum sedih. Tangan Yura disentuh oleh Joshua yang berada di depannya. Keduanya saling bertatapan.

"Aku menyukaimu," ucap Joshua.

"Eh--ah-- anu... aku... hm.." Yura tergagap. "Aku tahu."

"Maaf.." ucap Joshua, "Perasaanku gak bisa dibendung."

"Ehem..." batuk Seungkwan. "Yura udah punya pacar, pintar," ledeknya menjadi orang ketiga diantara mereka.

"Seungkwan-ah! Tau apa kau soal cinta?" balas Joshua.

"Lah elu sendiri baru jatuh cinta udah kek orang mabuk."

Yura bangkit mengambil tasnya dan permisi ke Eunbi, "aku permisi pulang."

Ia buru-buru keluar, pamitan sama tantenya dan pergi keluar. Ia melihat Jun yang sedang duduk menyamping di motornya.

Jun menyerahkan tangannya terbuka.

"Gimana belajar hari ini?" tanya Jun.

Yura tahu itu kode Jun ingin pegangan tangan. Jadi dia megang tangan Jun.

"Pusing... belajar fisika hari ini," jawab Yura mengambil helm yang diberikan Jun.

"Siapa-siapa aja?"

"Aku, Eunbi, Seungkwan, Hansol, sama... Jisoo."

"Hong Jisoo?"

Yura cuma mengangguk.

"Ehem... ah jadi..."

Suara deheman Eunbi terdengar di ruang kamarnya yang penuh warna estetika. Hari ini hari sabtu, hari libur. Tapi, belajar mereka gak libur.

'Kenapa bisa begini...' batin Yura.

Seungkwan menatap ke kiri ke kanan, auranya sangat pekat dan tajam. Cuma dia sendiri gak punya gebetan. Beneran, hidup dia cuma pergi sekolah, belajar, kegiatan ekskul, belajar di rumah Eunbi, pulang ke rumah bantuin ibunda tercinta setelah itu.

"Baiklah, selamat pagi semuanya! Kita disini mau belajar," seru Seungkwan mengalihkan perhatian mereka semua. "Bukan pdkt, ingat itu. Dan disini sebagai tim netral, gue yang bakal nentuin tim belajar!"

"Heh, apa maksud lo-"

"Diem, bule kere! Gue tau elu mau pdkt," ujar Seungkwan mematahkan ucapan Hansol. "Elo mau pdkt, elo juga, elo mau jaga cewek, kalo bapak memang disuruh sama bang sungcheol!" Seungkwan menunjuk Hansol, Joshua, Jun, dan Mingyu secara berurutan.

"Anjir.." gumam Jun.

Benar, Jun dan Mingyu hadir di ruangan ini. Itu yang mengakibatkan suasananya tegang.

"Uhm... panggil abang aja..."

"Lo tau dari mana, Mingyu tunangan gue?"

"Pak Mingyu tunangan Eunbi-sshi?"

Jun terkejut setelah mendengar ucapan Seungkwan dan Eunbi.

"Kemaren, denger dari abangmu, kami udah temenan main pubg sekarang," balas Seungkwan sambil menyengir.

"Ehem," dehem Seungkwan. Dia langsung menunjuk ke arah Mingyu, "Hyung jadi guru kami. Karena hari ini belajar Kimia."

Boo Seungkwan lalu menunjuk ke arah Hansol, Jun dan Joshua. "Kalian tim A dan Aku, Eunbi, Yura itu tim B."

"Lo kok sama cewek semua--" bantah Jun.

"Sshh! Gak pake komplen."

Penjelasan posisi duduknya gini. Di kamar Eunbi kan ada karpet lumayan gede la, terus ada meja sebesar 0,6 m × 1 m pendek. Mingyu duduk di dekat papan tulis yang dipajang dekat balkon Eunbi. Eunbi duduk di samping Hansol, terus di sisi panjang ada Jun sama Yura, di hadapan Jun sama Yura ada Joshua dan Seungkwan.

Ya, dari tadi Joshua sama Jun tatap tatapan tajam.

"Tolong perhatikan Pak--Hyung di depan!" sahut Seungkwan ke arah Jun dan Joshua.

Selama setengah jam mereka belajar serius. Paling tidak, perilaku Jun terhadap Yura membuat Joshua risih. Berpegangan tangan, menyandar di bahu Yura, menyentuh pipinya.

"Wah..." gumam Eunbi menyikut lengan Joshua.

"Ada yang ngerti rasa cemburu," bisik Eunbi.

Wajah Eunbi ditepuk pakai bantal kecil yang menyangga tangan Joshua tadi.

"Hansol! Jisoo..." rengek Eunbi kepada Hansol. Hansol cuma natap Joshua sekilas.

"Heh, gak ada pdkt-pdkt!" ucap Seungkwan.

"Bisa saya lanjutin materinya?"

"Bisa!!" Sahut mereka semua pelan kecuali Seungkwan yang semangat banget.

Waktu telah berlalu, jam udah nunjukin pukul 12 siang. Mingyu melihat ke arah jamnya, kebetulan tinggal ngasih tugas ke mereka.

"Kerjain halaman 211 pilihan berganda nomor 8, 11, 12, 14, sama 5 essay."

"Pake grup kek yang dibilang Seungkwan?" tanya Joshua.

"Iya! Mesti itu," jawab Seungkwan.

"Kalian ga mau makan dulu?" tanya Mingyu.

Joshua berdiri, "Aku bakal beli makan, mau apa?"

"Jjajangmyeon," ucap Eunbi.

"Burgerlah," balas Hansol.

"Ga kenyang entar," ujar Yura.

Mingyu cuma bilang, "beli ayam kentucky sama nasi aja biar kenyang."

"Duit sini duit," ucap Joshua mengutip duit mereka masing-masing. Jun berdiri dan mengatakan, "gue ikut."

"Oke."

Singkatnya mereka naik mobil Joshua, karena ga mungkin naik mogenya Jun ntar disangka bromance.

"Lu suka sama Yura?" tanya Jun.

Joshua tertawa pelan sambil menyetir, "Apa itu urusanmu?"

"Gue nanya dijawab."

"Gak perlu ditanyakan udah tau jawabannya."

"Dia cewek gue."

"Terus?"

"Lo ga berhak ganggu dia atau nyentuh dia."

Lalu mereka sampai di lampu merah. Mobilpun diberhentikan oleh Joshua. Ia melihat ke arah Jun.

"Lu juga bukan orang tuanya yang berhak ngatur hidup dia," ujar Joshua.

"Gue udah suka sama Yura sejak awal masuk SMA. Lo kan sejak kelas dua."

"Wen Junhui-sshi... bahkan gue gak tahu siapa yang ada di hati Yura sekarang. Bisa ajakan pak Mingyu yang dia suka."

"Jangan ngalihin pembicaraan."

"Lo aja yang gak tau Mingyu-ssaem itu lumayan berhubungan baik sama Yura."

Lampu hijau tanda jalan. Joshua langsung memperhatikan jalan.

"Dia kenal banyak cowok. Bukan kita aja, kakak sepupunya juga banyak kenal cowok. Bisa aja teman kakaknya pernah suka sama dia," ujar Joshua.

"Gak mungkinlah."

"Tahu apa lu soal Yura dan keluarganya?"

Jun merasa tersinggung dengan ucapan Joshua.

"Gue mungkin emang gak tahu soal mereka, tapi balik ke inti gue gak mau lu ganggu hubungan kami berdua," kata Jun

"Gue gak ada niat ganggu."

"Buat apa lo deketin Yura?"

"Gue cuma nyatain perasaan sayang ke dia. Tinggal urusan Yura dia mau milih siapa."

"Ya sama aja lu ganggu hubungan gue. Kenapa sih lo gak suka sama Eunbi yang jelas-jelas dekat sama lo."

"Jun-sshi, sejak kecil aku gak pernah jatuh cinta sama orang. Gak pernah sekalipun. Mungkin perasaan lu ke dia itu simpel."

Joshua tersenyum, melanjutkan kalimatnya, "Gue suka dia, pengen ada dia selalu ada di kehidupan lo. Mungkin itu yang elu pikir pas suka sama Yura."

"Josh--"

"Jangan potong gue dulu."

Jun jadi diam mendengarkan Joshua.

"Tapi gue? Gua suka sama dia belakangan ini. Perasaan yang gue miliki lebih kompleks. Melihatnya tersenyum, menangis, tertawa. Cewek yang ingin kulindungi setelah ibuku adalah dia. Pertama kalinya jatuh cinta itu sulit, Jun. Apalagi sadar saat sudah terlambat. Gue gak peduli sama fisik dia mau dia tinggi, pendek, kurus atau gemuk. Selama dia itu Yura dan sifat dia begitu. Dia tetap Yura yang kusayangi."

Jun cuma terdiam.

"Gue tau lo mau bilang soal Eunbi sama cantiknya kek dia. Tapi, sayang gue bukan karna muka, karena hati. Maaf gue ngomong panjang," ucap Joshua. Ia mengambil permen dari laci bangku mobilnya. "Mau?"

"Tenks," balas Jun menerima permen dari Joshua.

Mereka berdua sama sekali tak ada membahas soal Yura. Hanya saja, Jun merasa bersalah. Sama halnya dengan Joshua yang sebenarnya merasa bersalah mengucapkan hal itu. Selama janur kuning belum terpasang, masih ada alasan untuk mengejar cinta.

Mereka balik ke rumah Eunbi, membawa pulang sejumlah pesanan makanan. Yura sebenarnya agak cemas liat mereka berdua jalan barengan.

"Ayam.. ayam mana.." ujar Yura.

"Nih, ambil piring sana," ucap Joshua.

Jun menepuk pundak Joshua, "biar gue aja."

Yura cuma terdiam melihat Jun pergi ke dapur. "Kalian.."

"Percakapan lelaki," balas Joshua, merangkul pundak Yura menuju kamar Eunbi.

Selama seharian itu, keadaan terasa aneh bagi Yura. Tidak ada aura tajam diantara Jun dan Joshua, mereka berteman. Jun hanya menggenggam tangan Yura sebentar, untuk melepaskan stresnya. Hanya sebentar. Memang membuat Yura agak tenang sih, Jun gak manja karena ada Joshua.

Hingga jam menunjukkan pukul 3 siang, Mingyu berhenti mengajar dan melihat ke arah jam. "Pelajarannya sampai disini dulu, selamat ujian! Abang ada janji sama temen."

"Makasih, babang," ucap Seungkwan.

"Ketemuan sama kak Yeonrin?" tanya Eunbi spontan. Mingyu kaku, menggelengkan kepala. "Kagak..."

"Kalo jumpa kak Yeonrin, bilangin sepatu kami ketukar," balas Eunbi. Mingyu cuma ngangguk pelan dengan muka tak enak. Ia pergi aja gitu dari ruang kamar Eunbi.

"Gue anter pulang ye," ujar Jun kepada Yura. Dia cuma bisa pasrah mengangguk.

"Josh, anterin saia pulang," pinta Seungkwan menepuk bahu Joshua.

"Emang kau naik apa kemari?"

"Naik onta."

"Ha-?"

"Naik abang ojek Hansol lah. Siapa lagi."

"Pulang sama Hansol aja-"

"Joshua sayang~ kau teman terbaik yang pernah gue jumpai. Tolong anter gue pulang," rayu Seungkwa mendekatkan bibirnya ke telinga Joshua. "Yaa! Anterin gue, nak pinter atau gak gue buat lo ga bisa deketin Yura," bisiknya lalu menjauh langsung.

"Anterin yak."

"Memang elu seberapa dekat--"

"Sshh! Anterin gue atau mati kau entar."

"Apaan dah. Kami pulang ye--"

Intinya mereka pulang. Jun pulang sama Yura. Ya namanya juga pacaran.

"Semangat ya ujiannya entar."

Jun menyemangati Yura yang hendak membuka pagar rumahnya sendiri. Yura menoleh dan tersenyum, berkata, "kau juga. Selamat siang."

"Met siang."

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro