09
"Hooh... ntar gue datang.. lima... iya tahu... bai."
Telepon tersebut terhenti, panggilan antara Yura dan Eunbi. Yura akan belajar bareng Eunbi hari ini. Yah mumpung dua minggu lagi bakal ujian kenaikan kelas.
Akhirnya jam setengah lima sore, Yura pergi ke rumah Eunbi diantar sama Noona Yeonrin yang sekalian mau pergi ke kampusnya. Pastinya udah izin sama orang tuanya dulu.
Yura memencet bel rumah itu. Akhirnya di buka oleh cogan. Ndak, itu SungCheol.
"Eh? Met sore," sapa Yura.
"Sore, nyari Eunbi ya?"
Yura cuma ngangguk. Sungcheol membiarkan dia masuk.
"Masih di ataskan?"
"Apanya?"
"Kamarnya."
"Ooh, masih."
Akhirnya ya Yura buruan jalan ke kamar Eunbi. Rumahnya masih sama seperti yang dulu, bedanya cuma ruang gudang udah jadi ruangan Sungcheol sekarang. Yura mengetuk pintu itu.
Dibuka, lalu--
"Yura-sshi?"
Ada Jisoo yang membukakan pintu. Langsunglah di kepala Yura terbayang kasus beberapa minggu lalu bersama Joshua di uks.
"Ah.. er.. haha... hai?" jawab Yura canggung.
"Eh Yura udah dateng, masuk-masuk," ucap Eunbi dari dalam.
Dengan canggungnya, Joshua memberi jalan untuk Yura masuk. Kemudian, ia menutup pintu itu kembali. Dengan rasa malu, Joshua duduk di depan Yura.
"Kamarmu... lebih estetik sekarang... ya? Hahaha... ha..." ujar Yura. Ia kemudia meletakkan buku-buku yang ia bawa ke atas meja tempat mereka belajar sekarang.
"Cuma ini tempat dimana aku bisa tenang di rumah ini," curhat Eunbi. Yura tak mau menyinggung soal pelarian Eunbi. Toh, Yura sendiri punya masalah sendiri.
Joshua juga. Masalah keduanya ada di depannya. Yura berhadapan dengan Joshua dengan Eunbi yang duduk di sebelah kiri dari Joshua. Ngertila maksudnya. Mereka pakai meja cukup untuk 4 orang di lantai.
Kedua pasang pandangan mata melihat ke arah Eunbi bersamaan. Ini nih biangnya. Cuma ngabarin mau belajar bareng buat ujian kedepan, terus bilang ada temannya juga.
Emang nggak salah sih.
Cuma, kan Joshua sama Yura agak canggung gitu. Ditambah, Eunbi gak tahu kejadian Joshua nembak Yura di UKS seminggu lalu.
"Apaan?" tanya Eunbi melirik ke arah mereka berdua. "Serasi banget sampe sampe natap guepun sama-sama."
"Hah?" Yura lalu tatap-tatapan sama Joshua lalu, keduanya langsung ngalihin pandangan masing-masing. Keadaan itu langsung dipecah dengan batuk Eunbi.
"Uhuk." Kira-kira dia ngatainnya gitu.
"Jadi kita hari ini mau belajar apa, Jis?" tanya Eunbi melihat ke arah Joshua.
"Ah? ...uhm." Joshua mengambil selebaran dari buku jurnalnya. Ia melihat daftar jadwal belajarnya.
"Kalian lemah dimana?"
"Matematika," sahut Yura. Eunbi cuma berdehem."Tepatnya peminatannya," lanjut Eunbi.
"Kan gampang--"
"Gampang ndasmu," ujar Yura. "Kau gak tau berapa sedihnya aku tiap liat soalnya. Udah kek liat cobaan hidup."
"Makanya kita belajar bareng mbak," balas Joshua sambil mencubit pelan hidung Yura.
"Jangan dicubit! Ntar pori-porinya tambah gede."
"Oke gue jadi nyamuk," gumam Eunbi.
"Balik ke inti," balas Joshua seraya menjelaskan suaranya.
Intinya mereka itu beneran belajar, gak ada acara pdkt sekalipun. Joshua kalau lagi belajar mode pinternya on gitu. Tujuan pembaca kemari bukan mau liat soal peminatan matematika sinx cosx ataupun tanx, penulis yakin anda hanya ingin membaca tanpa pusing mikirin pelajaran makanya saya percepat.
Yak, paling tidak sampai Eunbi ketiduran dengan kepala di atas buku cetak matematika. Joshua juga lagi fokus ngajarin Yura soal sudut istimewa. Tapi otak Yura lagi nggak bisa mencerna setelah dipakai satu jam penuh. Dia malah fokus memerhatikan wajah Joshua.
"Ngerti gak?"
"Hah? Ini kali ini jadi 35° kan?"
"Kukira kau nggak ngerti lagi," ujar Joshua.
"Udah yuk, tuh si Bi udah tidur," ucap Yura seraya menutup buku catatannya.
"Udah jam tujuh, mau pulang?"
"Ntaran lagi aja, kasian kalau misal kita pulang diam-diam."
"Eh betewe, ini buku diary of a wimpy kid. Mau baca gak?" tanya Joshua yang lagi mengeluarkan buku tebal.
"E itukan. Yang asli?"
Joshua mengangguk, ia langsung memberikannya pada Yura.
"Boleh pinjam nih?"
"Ya boleh lah," tawa Joshua.
"Makasih~"
Melihat keceriaan Yura, Joshua spontan terkekeh pelan.
"Apaansih-"
"Oit!" Eunbi terbangun dari tidurnya, lalu menunjuk ke arah mereka berdua. "Aku gak mau jadi nyamuk disini, mending kalian pulang."
"Udah sahur, bi." Candaan Joshua membuat dia ditepuk sama Eunbi di pundak.
Dengan wajah bantal Eunbi, diapun nganterin Joshua dan Yura ke pagar depan.
"Pulang naik apa, Ra?" tanya Eunbi.
"Gak tau."
"Emang kemari sama siapa?"
"Kak Yeonrin."
"Mau aku antar pulang gak?" tanya Joshua.
"Emang kau kemari naik apa?"
"Naik mobil," balas Joshua sambil membuka pintu mobilnya.
"Loh ini mobilmu?"
Joshua cuma ngangguk.
"Si Jisoo udah punya kartu SIM kali," balas Eunbi.
Di Korea untuk mengendarai mobil atau motor harus minimal berusia 16 tahun. Joshua sekarang udah 17 tahun.
"Masuk," pinta Joshua. Yura duduk di kursi depan di samping Joshua. Eunbi dari jauh dadah dadah gitu.
"Jis, kita ke supermarket bentar ya."
"Mau beli makanan?"
"Tadi eomma minta beli kimchi sama susu."
"Okeh."
Joshua terus nyetir. Cuma diam-diam aja, yang terputar di radionya lagu Give Love - Akdong Musician.
What did I do wrong? Why are you doing this to me?
The more you do that, the sadder I get, oh I’m so sad
So let me slowly come into your heart
Suasananya terlalu canggung, apalagi dengar lirik lagu begitu. Joshua langsung mau matiin radionya. Tapi di tahan sama Yura.
"Udah biarin aja, lagunya enak kok."
Joshua ngebiarin. Sampai akhirnya mereka sampai di parkiran supermarket. Joshua benar-benar merona. Baru kali ini dia jatuh cinta.
"Mau ikut gak?" tanya Yura. Otomatis Joshua langsung keluar dan temenin Yura.
Gak baik perempuan jam tujuh malam sendirian ke supermarket. Mereka pergi kebagian kulkas, ada kimchi dan susu dingin. Di sebelah kulkas itu ada lemari pendingin minuman kaleng kayak kopi.
"Mau es krim gak?" tanya Joshua. Yura cuma ngangguk.
Pas itu mereka papasan sama orang yang mereka kenal.
Iya, itu cowoknya Yura. Wen Junhui.
"Yeobo?"
"Mhm?" Yura melihat ke arah lelaki di depannya. Ia terpaku diam, "Jun?"
"Kau ngapain disini?"
"Belanja barang..."
"Sama.." Jun ngelihat Joshua berdiri di belakang Yura, memegang bahu Yura. "Sama Jisoo?"
"Uhm... k-kami baru belajar bareng."
"Yeobo, kenapa cuma berdua?" mata Jun terus terpaku kepada Joshua yang kini juga menatapnya tajam.
"Nggak, ada Eunbi juga. Boleh tanya Eunbi kami ngapain."
"Ooh, Eunbi sepupumu?" Yura mengangguk menjawab pertanyaan Jun. Jun menarik tangan pacarnya, berkata, "pulang sama aku. Gak baik pulang sama orang asing kek dia."
"Maaf kalau lancang, Wen Junhui," ucap Joshua, "tapi saudaranya udah ngepercayain aku deluan jauh sebelum mereka kenal kamu."
Jun cuma bisa terdiam mendengar perkataan Joshua.
"Heh cakapnya", balas Yura. "Maaf, Jun. Aku udah deluan janji pulang sama Jisoo."
"Yaudah hati-hati ya."
Jun cemberut. Bukannya dibujuk, Yura malah pergi ke kasir deluan. Jun mendekatkan dirinya ke Joshua berjarak satu langkah.
"Denger ya, dia itu pacarku."
"Pacar bukan berarti suamikan?"
"Tch, jangan ngerebut dia dariku."
"Selama janur kuning belum terpasang, masih ada kesempatan," gumam Joshua dengan senyuman tipis. Jun jadi tambah kesal sama Joshua.
Joshua langsung nyampiri Yura yang udah siap di kasir. Membantu dia membawa barang belanjaannya ke mobil. Lelaki itu lalu tancap gas habis Yura selesai pasang seatbelt. Yura bahkan gak ada bahas mengenai Jun sedikitpun di depan Joshua.
Sampailah mereka di depan rumah Yura.
"Sana masuk," ucap Joshua.
"Gak mau masuk dulu?"
"Gak usah. Pokoknya kamu masuk dulu baru aku pergi."
Yura lalu masuk ke dalam rumahnya. Setelah benar-benar yakin Yura berada di dalam rumahnya, Joshua langsung pulang.
▪ Tbc ▪
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro