Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07

Suasana hening, meski banyak siswa yang belajar disini dan disana. Ruang perpus kota ini penuh remaja pada jam 5 sore. Padahal ini hari senin, masih ada aja orang rajin belajar.

Joshua, sebut saja Jisoo itu. Joshua nama keren pemberian pamannya ketika ia berlibur ke L.A. Joshua sehabis pulang sekolah langsung ke perpus kota. Ibu penjaga perpus meminta Jisoo untuk ngantarin daftar siswa yang mau mendaftar jadi anggota aktif perpus.

Mengenai jam pelajaran sekolah Joshua dkk. Sekolahnya meniadakan pelajaran tambahan sampai jam 10 di kurang empat jam. Jadi, jam 5 mereka udah pulang.

"Selamat sore, bi."

"Selamat sore! Kamu nak Jisoo kan?" tanya staff yang selalu menjaga meja depan. Sebut saja dia Bibi Wangja. Jisoo tersenyum hangat, "iya bi."

"Kenapa udah jarang ke perpus?"

"Aku sibuk sama hal lainnya, bi."

"Soal cewek gitu?" canda Bibi Wangja. "Ah--nggak kok, bi."

"Masa anak laki-laki seganteng kamu gak punya cewek sih?"

"Memang nggak, bi.... anu, kabarnya ada buku baru ya?"

"Iya, ada. Tentang anatomi."

"Okeh, bi. Ini dikasih dari sekolah kami." ucap Jisoo setelah memberi daftar-daftar itu. Ia berjalan pelan ke arah rak buku.

Mengambil beberapa buku di rak-raknya. Buku matriks, buku sejarah serta buku astronomi. Ia membawa buku-buku itu ke arah ruang baca, berjalan pelan dan melihat jalan dengan saksama.

Seketika pandangannya terfokus kepada bangku kosong. Meski masih banyak orang asing di pandangannya, ia langsung meletakkan bukunya di meja dan duduk di bangku kosong itu.

Jisoo menatap ke arah perempuan di sampingnya. Ingin mengucapkan permisi. "Permisi mbak..."

Perempuan itu menoleh. Rambut panjang sebahu, mata cokelat, pipi yang menggemaskan. Dia kenal sosok itu. "Yura?"

"Jis?"

Rasanya perut Jisoo seperti dililit, pundaknya terasa berat seketika. "Aku... permisi duduk disini ya."

"Uh... iya."

Aura canggung terasa menusuk kulit. Ingin rasanya kembali seperti Yura dan Jisoo yang lama. Yura yang berkata bahwa ia suka novel, ia rindu itu. Tetapi ada satu hal yang ingin ia tanyakan tentang Eunbi yang bahkan Eunbi takkan mau menjawab.

"Eunbi... dia pindah rumah?"

Tanpa melihat ke arah Yura, ia bertanya sesuai  porsinya. Ia tak tahu mau memulai dengan ucapan apa.

"Iya... kukira kamu tahu."

Yura menoleh ke arah Jisoo yang tak mau melihat ke arahnya. Jisoo kini sedang membuka buku sejarah dan menuliskan beberapa poin penting di notesnya.

Yura sedang menulis essay untuk tugas bahasa. Jisoo melirik sedikit,   memperhatikan tugas milik Yura.

"Itu salah, paragraf ketiga. Paham bukan faham."

"Ha?"

Jisoo mengalihkan pandangannya kembali sambil menulis ringkasannya kembali.

"Makasih-"

"Yeobo, nih minumnya."

Seseorang memanggil Yura dengan panggilan sayang. Siapa lagi kalau bukan pacar barunya, Wen Junhui.

"Makasih, Jun."

Jun yang masih berdiri melihat ke arah lelaki di samping Yura yang fokus ke bukunya.

"Oi, Josh?"

Jisoo cuma memberikan isyarat tangan tanpa menoleh. Jun langsung duduk dan memegang bahu Yura, "lu gak ngapa-ngapain cewe gue kan?"

"Jun!" Yura melirik Jun kesal, padahal pacarannya juga cuma tes kalau Joshua itu bakal cemburu atau nggak. Jun nggak tahu soal rencana Yura.

Tanpa menoleh Jisoo menjawab, "nggak tertarik."

Yura melihat ke arah Jisoo, ia perlahan melepaskan tangan Jun dari pundaknya. Pandangan Yura kelu, mau menelan saja susah.

"Weh, lu kok dingin gitu? Gue cuma bercanda kali."

Jisoo akhirnya memandang ke arah Yura selama dua detik lalu ke arah Jun, "selamat jadian, tapi sayangnya aku ada kerjaan yang lebih baik dibanding kalian." Jisoo  tersenyum lebar, dengan mata tajamnya.

"Bosenin banget sih ucapan lo," balas Jun.

"Look, i'm wasting my time on you. Aku butuh waktu buat belajar, bukan basa basi."

"Maksud lo?"

Joshua menghela napas, bangkit seraya membereskan buku-buku yang dibawanya. Yura hanya mampu menatapnya.

"Oi- lu kenapa?"

"Mau pulang, sampai jumpa besok." Joshua membungkuk sedikit lalu membawa buku-bukunya.

Yura hanya mampu melihat dia dari kejauhan, hingga Jun mengalihkan lamunannya. "Dia bilang apa tadi?"

"Dia bilang, dia mau fokus belajar."

"Wajar banget sih, orang kayak dia pasti belajar hampir 24 jam sehari." Yura kini melihat ke arah Jun yang barusan berbicara. Bibirnya masih tertutup, rasanya shok batin. "Yeobo, lu kenapa selalu aja natap dia? Jangan jangan lo suka sama dia?"

"Ha?"

Jun menatap Yura dengan matanya yang lembut, menunggu jawaban dari pacarnya. Bukan menjawab, Yura malah mengalihkan pandangan kepada tugasnya.

"Ngomong apa sih?"

Lelaki itu meraih tangan gadisnya, menyandarkan kepalanya ke bahu perempuan itu. "Yura-ya~ kau gak bohongkan? Aku benar-benar mencintaimu."

"Hm..."

Ponsel Yura bergetar karena silent mode. Tulisannya Chwe Hansol pakai lope lope. Buru-buru Yura ngelepasin tangan Jun dan langsung ngambil ponselnya.

"Jun, gue keluar bentar ya."

"Jangan lama-lama ya, Yeobo."

Yura buru-buru keluar perpus supaya nggak ngeganggu orang di dalam. Tumben-tumbenan Eunbi nelpon.

"Woi, lama amat ngangkatnya," ucap Eunbi tanpa salam pembuka. "Bising, kangen ya? Baru aja pisah sehari."

"Ngomong-ngomong... ini soal kau sama si Jisoo. Yura, aku tau kau itu sepupu paling best lah, tapi Jisoo itu sahabatku sejak kecil. Kalo lo nyakitin hati Jisoo, gue bakal balas, ngerti gak?"

Yura tertawa kecil, "maksud kau apaan? Kemaren setuju gue pacaran sama Jun, sekarang baru bahas soal Jisoo. Maumu apa sih?"

"Lo ketemu sama Jisoo kan di perpus?"

"Kok tau?"

"Yaiyalah, sekarang dia ada di rumahku."

Yura mencoba berpikir sebentar, mencoba memahami situasi. "Tunggu-tunggu, maksud lo... dia di rumahku?"

"Rumah nyonya Park dan anak-anak cowoknya yang ganteng dan gue gak suka."

"Cepet amat dia kesana."

"Hello, Yura? Lu bodoh atau lugu sih? Kenapa bisa ketauan jalan sama si Jun."

"Dia ga suka sama gue, cinta. Buktinya dia biasa aja."

"Lo ga tau isi hati orang, dia cowok bukan cewek. Cowok bisa nyimpan jutaan perasaan di hatinya. Yaa? Bentar Jis! Lagi nelpon! Sabar elah-Woi-"

"Jisoo manggil elu?"

"Halo, ini aku Hong Jisoo, Joshua."

"Oh hai Jis, baru aja kita ketemu."

"Selamat jadian, kuharap kalian langgeng."

"Makasih," jawab Yura. Yura ingin sekali menjawab 'kuharap tidak', tetapi tak mungkin dia mengutarakannya.

"Balikin telponnya!" Yura dapat mendengar suara Eunbi. "Ambil kalo bisa. Heh-jangan gelitik gue atau gue gelitikin lo balik" Jisoo terdengar santai bersama Eunbi. Terlepas dari hubungan mereka berdua, Yura mengaku,

"Kalian cocok ya kenapa gak pacaran aja?"

"Hah?" kini masih suara Joshua yang terdengar. "Woi muka gue!" lalu suara Eunbi.

"Aku dapat itu, lebih dari delapan tahun, B-sshi mungkin sepupumu, cuma anak ini udah ku anggap adik sendiri. Oh, aku dan Eunbi mau belajar, Ciao."

"Josh-"

Panggilannya terputus sedetik setelah Yura hampir menyelesaikan ucapannya. Yura menghela napas. Belakangan ini banyak masalah yang dihadapinya, Joshua, Jun, tantenya sendiri.

"Yeobo, lama amat?" Seseorang menepuk pundak Yura dengan lembut, itu Jun seperti biasa.

"Loh? Kok bawa semua bukuku?"

"Tugasmu udah siap, kuantar pulang ya."

"Tapi-kan?"

"Sshh, udah hampir jam enam sore. Lu bilang hari ini orang tuamu pulang, kan?"

"Hah? Kata kak Yeonrin gitu."

"Makanya, pulang kuy."

Jun merangkul tangan Yura hingga ke arah parkiran motor, "pegang yang erat ya."

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro