05
"Apa kau ini pengawal Yura?" tanya lelaki itu, Jun.
"Pengawal? Tentu aja nggak. Aku ini teman dekatnya Yura, ya kan, Yura-sshi?"
Yura mengangguk bangga. Tentu karena setidaknya ia bisa dekat dengan Jisoo.
"Aah.. okelah. Btw, ini," Jun memberikan sebuah kantongan kertas ukuran sedang. Yura melihat ke arah Jun dan ke arah kantongan itu sekali.
"Apa-" belum sempat Yura bertanya, namun Jun sudah menyekal, "Buka aja lah."
Jisoo juga ikut melihat ke arah kantongan yang sedang dibuka Yura tersebut. Sebuah minuman boba rasa tropical mango dengan jelly di bawahnya, tentu dalam kemasan minuman plastik yang indah dari tokonya.
"Wah!" Yura bersorak pelan menatap ke arah minuman, Jun, serta Jisoo berkali-kali. Matanya bersinar. Rasa minuman boba itu adalah rasa favoritnya setelah rasa milk tea dan aloevera.
Mata Jun hanya fokus ke Yura, "Kau minta ini minggu lalu, belum sempat kubeli. Baru sekarang."
"Aku kira kamu itu bercanda, tau gak?" Yura terkikik-kikik senang. Sudah lama ia tak minum itu karena Ayah dan Ibunya jarang pergi ke mall dan membelikannya itu. Setiap balik ke rumah, alasannya lupa. "Berapa nih harganya?"
"Untukmu gratis kok. Itu hadiah karena udah mau dengerin omelan aku tiap hari," Jun tersenyum lebar. Ditambah dengan suara batuk Jisoo.
Sedotan itu ditusukkan ke plastik atasnya lalu diminum oleh Yura. "Enak banget! Jis, kau mau?"
Jisoo meminum boba tea milik Yura tanpa membalikkan pipetnya. Uh oh, mungkin dia terbiasa melakukan hal itu dengan Eunbi.
"Kau bercanda?" Jun terpelongo melihat hal itu, bahkan Yura sama sekali tak sadar, "Apanya?"
Jun hanya menggeleng pelan, cemburu buta, mungkin?
"Habis ini kalian mau kemana?"
"Gatau... Kita kemana, Jis?" tanya Yura.
"Ah, mungkin... kau mau membeli sesuatu, Yura-ya~"
Yura teringat, dia harus membelu lip tint baru, "bisa temenin aku ke toko kometik?"
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
"Jadi... kau sekelas dengan sepupunya Yura?"
Jun menatap Jisoo, mereka berdua berdiri;menunggu Yura selesai memakai, mencoba make-up dan segala macam.
"Iya, Jun."
"Aku boleh nanya sama kamu?"
Jisoo cuma tersenyum mengangguk dengan wajah cool-nya itu.
"Kau sebenarnya suka sama Yura? Atau... kau itu cuma main-main aja sama Yura?"
"Aku? Akh... aku gak tau soal itu. Dia manis, mudah bergaul denganku karena sepupunya teman baikku... kurasa?"
"Denger ya, Jis. Di sekolah kita, banyak yang suka sama Yura. Cuma ya ujung-ujungnya Yura itu gak tau dan selalu rendah diri."
"Jadi maksudmu... kau suka sama Yura?"
Jun cuma terdiam dengan wajahnya yang membeku bisu. Jun cuma nunduk lalu ngucap, "iya... kau juga kan?"
"Sudah kubilang, aku gak tau."
"Kau buta? Kau sudah punya pacar atau belom sih?"
"Aku? Aku belum pernah pacaran, Jun."
Jun terpelongo, rumor bahwa Jisoo telah mengencani sejumlah perempuan sekolah itu adalah sebuah kebohongan. Secara umum, siapa sih yang tak mengenal Jisoo si tampan dari kelas 11? Baik, gentleman, kesukaan guru, flawless, seperti itulah orang-orang menggambarkan sosok Hong Jisoo. Bagi cowok, Hong Jisoo adalah rival bagi mereka.
"Kau seriusan?--maksudku, boi. Kau itu incaran cewek."
"Maksudmu apa? Aku tahu aku kutu buku," ucap Jisoo pelan.
"Ugh, nothing."
Yura selesai belanja, lalu menghampiri kedua lelaki itu. Ibunya akan menghukumnya jika tahu dia pergi bersama cowok, apalagi dua cowok.
"Jadi, kalian mau kemana lagi?
Jun membungkam, sama dengan Jisoo yang menunggu jawaban dari Jun.
"Hei... aku nanya nih," ucap Yura menatap kedua lelaki itu.
"Emangnya kau mau kemana, tuan putri?" Jun mendekati wajahnya ke Yura, tak terlalu dekat juga. Tersenyum manis dan tampan di depan gadis itu, "biar aku dan temanmu ini membawamu jalan-jalan."
"Akh-" Yura menyeringai kesal seperti smug face. "-Aigoo~ kau tambah narsis sekarang ya."
"Simpan narsismu di sekolah besok, Tuan Jun," lanjut Yura menepuk dua kali bahu Jun.
"Eh? Kau tak perlu bilang gitu lagi, tuan Putri. Aku tau aku tampan."
Yura meninggikan bahunya. Air wajahnya terlihat seperti merasa jijik, berjalan ke arah Jisoo lalu menarik lengan lelaki itu.
"Ayo jis, kita tinggalin nih cowok narsis," ganggu Yura, tersenyum sambil menatap ke arah Jisoo. Jisoo mengambil langkah seiringan dengan langkah Yura. Badannya dibalikkan seperempat dengan tangan kirinya melambai pelan ke arah Jun, "See you later."
"Hei! Tunggu!"
Jun, Yura, Jisoo, singkatnya mereka bertiga cuma jalan-jalan di mall segede ini. Cuma jalan-jalan biasa, bukan seperti di film-film, si Yura di perebutin sama dua cowok sampe berantam dan adu mulut. Enggak kok, mereka masih paham tata krama.
Gadis itu kini melambaikan tangannya ke arah dua cowok yang sudah mengantar dia pulang. Ini sudah sore, sudah kelamaan ngabisin waktu di mall.
"Jisoo-sshi, Jun-ya~ hati-hati di jalan ya!" Yura tersenyum sambil memberi hormat sebagai candaan. "Siap, buk bos," balas Jun. Jisoo cuma ngelambaikan tangannya, "bye~ kirim salam buat kakakmu sama si Eunbi."
"Iye iye."
"Udah, sana masuk. Ntar disangka apa lagi sama kakakmu," celoteh Jun. "Dasar emak-emak," tawa Yura sambil melangkah masuk ke pintu rumahnya.
Perlahan ia dapat melihat koper di depan tangga. Suara seruan Eunbi dan kakaknya yang bolak-balik lalu berhenti. "Oh, udah balik?"
"Udah, jadi ini apa?"
"Aish.. oh ya, Eunbi mau balik ke rumah lamanya. Dipaksa sih..."
"Demi apa? Eonnie gak bercandakan?"
"Ada orang di ruang tamu lho. Kecilkan suaramu."
"Aku mau ngeliat-" Yura ditahan oleh Yeon rin. Yeon rin yang lebih pendek dari Yura itu pun cuma memberi pesan, "kalau misalnya kau kaget. Jangan salahkan kakak, karena ibunya membawa abang tirinya dan tunangannya."
"Eh, seriusan? Ganteng gak?"
Yura mendapat tepukan pelan dan wajah kesal dari kakaknya, "ini anak malah bercanda sih! Sana kasih salam sama mereka."
"Oke, Eonnie."
Yeon rin kembali sibuk mondar-mandir entah mencari apa. Yura lalu jalan sepelan mungkin ke ruang tamu. Lalu melihat ke arah ibunya Eunbi, begitu juga sebaliknya. Senyuman palsu itu kembali terulang di mata Yura.
"Halo tante," sapa Yura sopan sambil membungkuk. Yura lalu duduk di salah satu sofa berhadapan dengan tiga orang itu. "Yura gimana kabar papamu dan mamamu?" tanya Ibu Eunbi.
"Baik kok tan, maaf ya tan, mereka lagi pergi ke rumah nenek."
"Iya gak apa-apa kok."
"Ah, halo SungCheol Oppa," sapa Yura sambil berjabat tangan dengan pria itu, "udah gede ya Yura-sshi."
Yura cuma tertawa pelan terpaksa.
"Yura, kamu belum kenal sama tunangannya Eunbikan?" tanya Ibu Eunbi itu. Wanita tua itu menepuk pundak seorang pria berwajah lelaki yang kini Yura dan dirinya saling bertatapan.
"Namanya-"
"Ssaem?" Yura terkejut melihat cowok itu. "Yura-sshi?" begitu juga dengan Kim Mingyu.
"Lho, kalian udah saling kenal?" tanya Sung Cheol.
"Oppa ini adalah... guru pengganti di sekolahku, tante... Sung Cheol oppa..."
Kim Mingyu, pria itu hanya membesarkan matanya. Dia sungguh tak percaya akan hal itu. "Tante, Sung Cheol, boleh saya bicara dengan Yura sebentar? Agak pribadi."
"Oh tentu, silahkan, nak," ucap Ibu Eunbi, sekali lagi tersenyum yang membuat Yura jijik.
Mingyu bangkit, sama juga dengan Yura. Keduanya pergi kebelakang. Berdua, iya hanya mereka berdua.
"Kau-ukh- kau itu saudaranya tunanganku?"
"Ssaem-oke... oppa aja lah ya. Oppa! Apa kau tau siapa tunanganmu?"
"Nggak."
Yura berdecih dengan tangan yang disilangkan di atas dadanya, "Aku akui kau itu ganteng, tapi ga gini juga... kau tau Eunbi dari kelas sebelas tiga?"
"Ah...-" jari Mingyu berada di atas bibirnya seolah berpikir, "Tunggu dulu, aku tahu nama tunanganku itu Park Eunbi. Tapi, maksudmu Park Eunbi? Yang sebangkunya si Hong Jisoo?"
"Tuh, tau kan? Dia itu tunanganmu- dan... dia itu udah suka sama cowok. Jangan gara-gara kamu, dia hilang harapan."
"Tunangan ini dimulai bukan karena aku, eh- tapi... iya deh gara-gara aku pernah bilang suka sama dia pas aku masih sma."
"Makan tuh tunangan, kamu gak bakal tau rasa Eunbi dikejar-kejar sama ibunya. Oppa, dia itu gak mau nikah," Yura menunjuk-nunjuk jarinya ke dada Mingyu dengan tatapan kesal. Ia membalikkan badannya, berjalan cepat ke arah kamar Eunbi. "Mau kemana?" tanya Mingyu pelan.
"Bukan urusanmu," keluh Yura pelan dengan tatapannya yang dingin.
Ia perlahan mengetok pintu kamar Eunbi, senada dengan lagu frozen.
"Eunbi, aku masuk ya."
Yura masuk ke dalam kamar, melihat situasi Eunbi yang fokus ke hp-nya.
"Eunbi, jangan bawa semua bajunya. Ntar kita kabur lagi, oke?"
"Yura-"
Wajahnya hampir ingin menangis melihat Yura, apalagi Yura memeluk cewek itu.
"Aku gak tau mau buat apa-"
"Hei... hei, kau tau gak? Kim Mingyu itu pak guru kita."
"Ssaem Kim?"
"Yeah, kalau misalnya dia buat sesuatu sama kamu, tinggal panggil aku kalau gak pukul aja dia," Yura tertawa pelan sambil mengusap-usap tangan Eunbi dan menatap mata sepupunya itu, "aku tau kau itu gak suka diginiin. Aku yakin ada jalan keluar, percayalah."
"Yura, kalau ada sesuatu bilang ke aku ya. Aku yakin kalau ibu itu gak suka kalau misalnya aku telponan sama cowok."
"Hansol?"
"Shh, diam kamu ya."
Tiba-tiba handphone Yura berdering. "Dari siapa?" tanya Eunbi. Yura agak sebal kalau misalnya orang ini menelpon Yura, "dari Jun."
"Wen Junhui? Yang sering gangguin kamu?"
"Iye, aku nelpon disini gak apa-apa ya."
"Sana angkat telponnya."
Yura duduk di atas tempat tidur Eunbi, bersandar di dinding lalu mengangkat telpon dari si laki narsis itu.
"Yoboseo~ Yura-sshi!"
"Yoboseo, Jun. Ada apa?"
"Ada yang pengen kubicarain."
Yura masih tertawa, "ada apa?"
"Gini lho, kau tau benar kalau aku ini baik kan. Kau juga tau soal dirimu."
"Maksudnya? To the point aja deh. Gausah ribet banget."
"Ah... um... kau mau aku to the point kan?"
Yura seketika terdiam terkejut mendengar perkataan Jun dengan suara percaya diri miliknya, "Kau mau gak kalau kita pacaran? Ugh-maksudku kau itu mau gak jadi pacarku?"
• Tbc •
C
atatan penulis:
AKU JUGA GAK TAU ITU GAMBAR KOK BISA PAS. Ya ampun--

See you in the next chapter~♡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro