Lembar 19 : Jiwa Atau Raga Yang Tertukar
"Eih ... tidak mungkin, jelas-jelas itu tidak masuk akal."
"Benar, mana mungkin seperti itu."
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tegur Sohee.
Seojoon menyahut, "maksudmu Taehyung tidak masuk melalui pintu, tapi jatuh begitu saja dari atas dan langsung berada di kamarmu?"
Hyungsik menatap penuh selidik. "Atau ini hanya taktik kalian untuk mengelabuhi kami? Kalian tidak sedang berkencan, kan?"
"Oppa!" Sohee tiba-tiba membentak. "Bisa-bisanya kalian berbicara seperti itu dalam situasi ini?"
Kedua pria itu tampak serba salah, tapi teriakan Sohee sebelumnya berhasil membuat Lee Sung bereaksi. Merasa bahwa istrinya dalam bahaya, ia bangkit dan berjalan menuju pintu. Lee Sung tiba-tiba menendang pintu dengan sangat keras dan mengejutkan semua orang.
"Ada apa lagi dengannya?" Seojoon langsung berdiri.
"Putri Mahkota, kau baik-baik saja? Cepat jawab aku!" Suara Lee Sung terdengar sampai keluar dan setelahnya ia kembali menendang pintu.
Seojoon menggaruk kepalanya dengan sangat frustasi. "Apa yang terjadi sebenarnya? Apa dia benar-benar kerasukan setan Joseon."
Merasa dipermainkan, Seojoon pun menghampiri pintu dengan wajah yang terlihat marah.
"Ya! Kau sudah tidak waras!" sentak Seojoon yang langsung menendang pintu dari luar. Tanpa sadar bahwa pintu itu tidak terkunci. Dan akibat sikap bar-barnya, tubuh Lee Sung terpental ketika pintu dihadapannya tiba-tiba terbuka dengan keras. Menyisakan keterkejutan di wajah ketiga orang.
"Ya! Park Seojoon! Kau sudah sinting!"
****
Sementara itu ...
1451, Joseon.
"Aku ingin pulang, biarkan aku pulang, ibu ... kenapa mimpi ini lama sekali? Aku sudah tidak mengantuk lagi, jadi biarkan aku bangun sekarang ..."
Kim Taehyung masih merengek di kamar paviliun sang Putra Mahkota. Merasa lelah setelah berlarian ke sana kemari, pada akhirnya dia berbaring terlentang di atas lantai kayu, memandang langit-langit kamar luas itu.
"Di mana sebenarnya tempat ini? Aku bahkan tidak bisa mencium bau kendaraan. Apakah ini di tengah hutan? Tidak ... meski ini di tengah hutan sekalipun, rasanya tetap berbeda. Aku sudah mengunjungi beberapa hutan di Korea Selatan ini, tentu saja aku bisa langsung mengenalinya begitu datang ke sana. Tapi tempat macam apa ini?"
Taehyung bangkit, terduduk dengan kedua kaki yang terbuka lebar. Bahkan bajunya pun juga tampak berantakan. Bagian kerah hanbok-nya sedikit longgar hingga hampir memperlihatkan sebagian dadanya. Tapi samar-samar tato di area sekitar dadanya mengintip keluar. Ya, Aktor Kim Taehyung memiliki tato. Berpusat pada bahu sebelah kirinya dengan garis kecil yang mengarah ke dada. Tapi tentu saja ia belum mempublikasikan seni di dalam tubuhnya itu.
Taehyung meraba-raba tubuhnya, berusaha untuk menemukan ponselnya. Tapi yang tertinggal hanyalah sebuah naskah yang masih tergeletak di lantai.
"Tidak ada ponsel atau pun tanda pengenal, aku bahkan tidak memiliki uang. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ini nyata?"
Taehyung memandang sekitar, berusaha untuk tetap berpikiran waras tapi pada akhirnya ia menjadi lebih gila. Hingga pada akhirnya ia berakhir dengan menggigiti jari kukunya sembari terus mempertahankan pikiran warasnya.
"Tenanglah, ini pasti tidak nyata. Mereka hanya sedang mempermainkan aku karena aku menolak untuk beradu peran dengan Irene Noona. Benar sekali, ini pasti perbuatan Seojoon Hyeong."
Memantapkan hatinya, Taehyung kemudian bangkit. Dengan langkah yang meyakinkan, ia berjalan menuju pintu sembari merapikan pakaiannya dengan asal. Hanya untuk menutupi tatonya yang sedikit mengintip karena ia belum siap untuk mendebutkan dada telanjangnya.
Taehyung membuka pintu dengan kasar dan turun ke teras lalu berteriak selantang yang ia mampu. "Ya! Park Seojoon! Keluar kau sekarang!"
Pergerakan semua orang terhenti, seluruh pasang mata segera menatap prihatin. Bahkan para dayang yang hendak lewat pun turut berhenti. Semua orang bingung, dan Taehyung menjadi mati kutu. Tapi ia berusaha untuk bersikap seperti biasa.
"Tidak apa-apa, bukan kalian yang aku panggil. Silakan lanjutkan saja."
"Putra Mahkota ..."
Perhatian Taehyung langsung teralihkan oleh suara panik dari pria yang ia dengar sebelumnya dipanggil dengan sebutan Kasim Seo. Taehyung sedikit terkejut ketika melihat pria itu berlari ke arahnya dengan membawa beberapa orang di belakangnya. Taehyung yang merasa terancam pun lantas kembali masuk dan menutup pintu. Meninggalkan orang-orang yang mulai menggunjingnya.
Taehyung langsung berlari ke tengah ruangan dan berbaring seperti sebelumnya sembari memeluk naskah yang menjadi satu-satunya barang berharga miliknya saat ini. Sesaat kemudian pintu terbuka.
Kasim Seo berlari kecil dengan panik menghampiri Taehyung dan menjatuhkan kedua lututnya di samping sang Putra Mahkota yang dikatakan tengah sakit gila.
"Putra Mahkota, hamba datang—" Ucapan Kasim Seo terhenti ketika Taehyung bergeser menjauh. Melihat hal itu, Kasim Seo pun turut bergeser.
"Hamba—" Ucapan pria itu kembali terhenti oleh hal yang sama, dan hal yang sama pula terjadi.
"Hamba—"
Lagi, seperti itu.
"Hamba—"
Jangkauan punggung Taehyung semakin jauh, mungkin karena lantai kayu itu sangat licin sehingga punggungnya bisa berselancar dengan mudah di lantai.
"Hamba—"
"Ada apa dengan orang aneh ini?!" teriak Taehyung. Ia berbalik, hendak merangkak pergi. Tapi Kasim Seo justru menarik kakinya dan memeluknya.
"Apa yang kau lakukan sekarang, Paman? Sebenarnya kau ini siapa?"
Kasim Seo berbicara dengan wajah memelas. "Putra Mahkota ... tolong biarkan hamba berbicara terlebih dahulu ..."
"Aku tidak mengenal orang aneh sepertimu. Menjauhlah dariku dan bawa Park Seojoon kemari!"
"Putra Mahkota ..."
"Minggir!"
Taehyung berusaha untuk melarikan diri. Dia merangkak, berusaha untuk menggapai sesuatu. Sementara Kasim Seo terus menahan kakinya.
"Putra Mahkota ... tolong jangan bersikap seperti ini. Hamba mohon, hamba tahu ini sangat sulit bagi Putra Mahkota, tapi Putra Mahkota tidak boleh seperti ini, tolong ... tolong kembalilah ke sedia kala ..."
"Bicara apa orang ini?" gerutu Taehyung yang terus merangkak tapi tak kunjung berpindah tempat..
"Ya! Paman tidak tahu siapa aku? Aku peraih Daesang tahun ini! Jangan menjebak aku dalam skenario konyol ini hanya untuk menuliskan berita buruk tentangku. Aku bisa menuntutmu, aku akan menuntut kalian semua yang ada di sini! Kau mendengarnya?!"
"Putra Mahkota ..." Kasim Seo justru menangis sembari memeluk kaki Taehyung. Namun, meski begitu tak ada air mata yang bersedia untuk keluar.
"Tolong kembalilah ... Putra Mahkota kami yang malang ..."
"Lepaskan aku, jangan sampai aku berbuat kasar. Aku juga memiliki batas kesabaran. Aku pasti akan menuntut kalian setelah ini. Kau dengar tidak!"
*****
Setelah perang yang mendramatis itu, pada akhirnya keadaan kembali tenang. Taehyung sudah duduk di balik meja, sementara Kasim Seo duduk bersimpuh di tengah ruangan dengan kepala yang tertunduk dan sesekali mencuri pandang kepada sang Putra Mahkota.
"Tahun berapa ini?" tegur Taehyung kemudian, tak menunjukkan wibawanya sebagai seorang Putra Mahkota.
"Ini adalah tahun 1451, Putra Mahkota. Putra Mahkota sudah menanyakannya sebanyak tiga kali dalam hari ini."
"Kau yakin tidak salah menghitung?"
"Tidak, Putra Mahkota. Perhitungan hamba sudah sangat tepat."
"Kau tidak mengenalku?"
Kasim Seo tertegun, takut-takut ia memandang Taehyung yang tampak sudah menunggu jawabannya dengan mata yang melebar. Segera Kasim Seo menjatuhkan pandangannya kembali dan menjawab.
"Putra Mahkota adalah calon pewaris takhta yang akan memimpin Joseon kelak, bagaimana mungkin hamba bisa tidak mengetahuinya, Putra Mahkota."
"Eih! Bukan yang itu!" Taehyung merasa kesal dan tanpa sadar memukul pahanya sendiri. "Aku seorang aktor, bukan Putra Mahkota. Kau benar-benar tidak tahu?"
Dahi Kasim Seo mengernyit, ia kemudian memandang Taehyung dengan tatapan bertanya. "Aktor? Apa yang baru saja Putra Mahkota katakan? Hamba sungguh tidak mengerti."
Taehyung menatap prihatin. "Kau tahu apa itu listrik? Televisi? Mobil? Ponsel? Kau pernah menghadiri Seoul Fashion Week? Amerika, kau pernah pergi ke sana?"
Kasim Seo terdiam, bukan hanya seperti orang bodoh. Tapi dia benar-benar bodoh di hadapan Taehyung saat ini. Bagaimana mungkin orang Joseon mengerti semua itu. Hingga pada akhirnya Kasim Seo bersujud ketika ia sudah berpasrah diri.
"Hamba pantas dihukum mati atas kesalahan hamba, Putra Mahkota. Tolong ... berikan hamba hukuman mati."
Taehyung menghela napas, memberikan tatapan menghakimi dan menggerutu. "Sepertinya kau memang benar-benar orang Joseon."
Taehyung memalingkan tubuhnya ke samping. Mengabaikan Kasim Seo, dalam hati ia mulai menimbang-nimbang apakah yang sebenarnya terjadi pada hidupnya.
"Tunggu, jika ini benar-benar di Joseon, berarti aku sudah terlempar ke masa lalu. Bagaimana caranya? Apakah di masa depan tubuhku sedang terbaring koma di rumah sakit dan sekarang jiwaku masuk ke dalam tubuh Putra Mahkota Joseon? Bisa jadi memang begitu."
Mendapatkan keyakinan, Taehyung menyingkap pakaiannya guna membuktikan bahwa saat ini jiwanya sedang terjebak dalam tubuh orang lain. Tapi ia dibuat tertegun ketika masih mendapati tato di bahunya yang menegaskan bahwa tubuh itu memang miliknya.
"Aku masih memilikinya?" celetuk Taehyung dan membuat Kasim Seo kembali bangkit.
"Ini benar-benar tubuhku? Lalu bagaimana aku bisa sampai di sini?"
Kebingungan yang besar terlihat di wajah Taehyung, tapi kebingungan yang lebih besar terlihat jelas di wajah Kasim Seo. Ia semakin mengkhawatirkan keadaan tuannya.
"Putra Mahkota ... kenapa jadi seperti ini?" lirih Kasim Seo.
Taehyung kemudian membelakangi Kasim Seo dan kembali menimbang-nimbang dalam hati agar tak ada yang mengetahui pikirannya.
"Jadi bukan hanya jiwaku yang terlempar? Tubuhku juga ikut terlempar ke masa lalu. Tapi kenapa aku bisa sampai ada di sini? Masa ini sudah berakhir."
Taehyung kemudian bergumam untuk menentang pemikirannya. "Tidak, bukan itu masalahnya. Jika ini benar-benar Joseon, bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke Seoul. Aku memiliki banyak pekerjaan, aku tidak bisa bersantai-santai di sini. Tapi bagaimana caranya aku kembali?"
Taehyung berpikir dengan keras hingga otot-otot di wajahnya tampak menegang. Bahkan otot-otot di sekitar punggung tangannya pun tercetak dengan sempurna hanya karena ia tengah berpikir dengan serius.
"Aku berada di sini setelah aku jatuh ke lereng. Jika aku tidak terlempar ke sini, mungkin aku sedang terluka parah atau hampir mati."
Netra Taehyung membulat, tampak terkejut dengan pemikirannya sendiri. Ia kembali berbicara dalam hati dengan penuh semangat. "Benar! Aku datang kemari setelah berada antara hidup dan mati. Berarti jika aku berada di ambang kematian, aku bisa kembali ke Seoul. Ya, sepertinya sistemnya memang dibuat seperti itu."
Taehyung kemudian bergumam penuh keyakinan, "berarti aku harus segera mati."
🥀🥀🥀🥀
Selamat datang di bab terbaru. Mohon maaf karena baru bisa melanjutkan cerita ini sekarang.
Saya ingin memberitahukan bahwa mulai hari ini, kelanjutan cerita ini hanya bisa kalian baca di Fizzo. Sama seperti cerita lainnya, cerita ini juga sudah pindah rumah ke Fizzo.
Bukan ini saya menerapkan sistem Daily Update (up setiap hari) untuk cerita ini. Jadi jika kalian tidak keberatan, mari kita bertemu di sana.
Dan mulai episode terbaru sampai seterusnya, cerita akan berpusat pada kisah Kim Taehyung yang terperangkap di Joseon. Dan kisah Lee Sung yang terlempar ke masa depan hanya dijadikan sebagai kisah pengantar. Sesuai dengan judul, kisah ini hanya akan menyorot perjuangan Kim Taehyung hidup di era Joseon.
Akun : Honeybee Official
Judul : Lost In The Dinasty : The Lost Soul.
Untuk bab terbaru ini di Fizzo dimulai pada bab 17.
Terima kasih atas dukungan yang sudah kalian berikan sejauh ini. Cerita ini pamit dari Fizzo, tapi cerita ini akan tetap menanti kalian si rumah baru.
Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih❤️❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro