Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 16

    Mendapatkan waktu istirahat untuk menunggu pengambilan gambar selanjutnya. Changkyun memutuskan untuk menyusul Taehyung karena penasaran dengan apa yang kini di lakukan sang senior tanpa seorang Manager yang menemani kepergiannya.

    Berjalan cukup jauh dari tempat sebelumnya, langkah Changkyun terhenti ketika merasa kakinya menginjak sesuatu. Pandangannya terjatuh pada kaki yang kemudian ia angkat. Menemukan sebuah ponsel yang cukup familiar.

    Changkyun membungkuk untuk mengambil ponsel tersebut. Sejenak mengamati ponsel di tangannya dan tidak salah lagi bahwa itu adalah ponsel milik Taehyung.

    "Kenapa dia meninggalkan ponselnya di sini?" gumamnya, menyatakan rasa penasarannya.

    Changkyun mengarahkan pandangannya ke sekeliling, berharap bisa menemukan sosok Taehyung yang ia yakini belum kembali.

    "Hyeong... Kau masih di sini?"

    Hening. Hanya dedaunan yang saling bergesekan ketika tertiup angin. Pandangannya kemudian jatuh ke bawah lereng yang cukup curam di sisi jalan setapak, berpikir tidak mungkin jika Taehyung jatuh ke sana. Namun mengingat betapa cerobohnya seniornya itu, ia pun melongokkan kepalanya untuk melihat ke bawah lereng.

    "Hyeong, kau tidak jatuh ke sana, kan?"

    Merasa ragu. Changkyun kembali mempertimbangkan, merasa sedikit khawatir dengan seniornya itu karena terakhir mereka harus masuk ke rumah sakit karena kecerobohan Taehyung yang salah memperhitungkan waktu sehingga mereka jatuh dari ketinggian.

    "Taehyung Hyeong, kau di sana?"

    "Changkyun." sebuah teguran dari arah belakang yang seketika membuat Changkyun berbalik dan mendapati sang Manager. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

    "Mencari Taehyung Hyeong."

    "Memangnya kemana dia?"

    Changkyun menggeleng dan menunjukkan ponsel di tangannya pada sang Manager. "Ponselnya terjatuh di sini, aku khawatir jika dia jatuh ke lereng."

    "Ah... Kau ini bicara apa? Mungkin ponselnya memang terjatuh di situ sebelum dia pergi. Tidak mungkin dia jatuh ke lereng."

    "Tapi dia sangat ceroboh. Apa tidak sebaiknya di periksa dulu."

    "Terlalu berbahaya pergi ke bawah. Jika memang dia menghilang, serahkan pada Managernya saja. Ayo, semua sudah menunggumu."

    Masih merasa tak tenang. Changkyun kembali melongok ke bawah lereng sebelum berjalan mengikuti sang Manager. Kembali berkumpul dengan para staf. Dari kejauhan Changkyun menangkap kecemasan di wajah Seojoon yang saat itu tampak menghubungi seseorang hingga perhatiannya teralihkan ketika ponsel Taehyung bergetar dan menampakkan nama Seojoon di sana.

    Tak ingin mengulur waktu lebih lama. Changkyun segera menerima panggilan itu dan langsung mendapatkan makian dari Seojoon.

    "Ya! Di mana kau sekarang? Cepat kembali, semua orang sudah menunggumu."

    "Ini bukan Taehyung Hyeong. Tapi aku, Im Changkyun."

    "Apa?"

    Changkyun memutuskan sambungan secara sepihak dan segera menghampiri Seojoon yang saat itu berusaha untuk menemukan keberadaannya.

    "Seojoon Hyeong "

    "Eoh! Kau? Kenapa ponselnya ada padamu?"

    "Aku menemukannya terjatuh di hutan." Changkyun menyerahkan ponsel Taehyung pada Seojoon.

    "Apa? Di mana dia sekarang?"

    "Aku tidak tahu. Terakhir aku melihatnya, dia masuk ke dalam hutan."

    "Ya ampun, anak itu ada-ada saja. Apa dia sedang mencoba melarikan diri?"

    "Ada apa?"

    "Dia mengatakan bahwa dia tidak ingin melanjutkan proyek ini, anak itu sudah gila." ujar Seojoon dengan suara yang sengaja di pelankan.

    "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

    "Dia tidak tahu jika Bae Irene juga mengambil peran di sini."

    Sebelah alis Changkyun terangkat, merasa heran karena memang dia tidak tahu menahu tentang hubungan Taehyung dan Irene di masa lampau. "Lalu apa masalahnya?"

    "Kau tidak tahu?"

    Changkyun menggeleng.

    "Ah... Bukan apa-apa. Lupakan saja, itu bukanlah hal yang penting." mencoba mengalihkan perhatian Changkyun, Seojoon tersenyum canggung. "Omong-omong, di mana kau menemukan ini?"

    "Tidak jauh dari lokasi pemotretan sebelumnya. Aku menemukan ponselnya di jalan setapak di tepi lereng. Aku khawatir jika Taehyung Hyeong jatuh ke lereng."

    "Apa?" seru Seojoon dengan mata membulat. "Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal?" Seojoon segera tunggang langgang untuk mencari sang Aktor, sedangkan Changkyun yang tidak bisa ikut pun kemudian meminta tolong pada sang Manager untuk menyusul Seojoon.

    Dan hari itu merupakan hari yang sedikit berat bagi Seojoon, di mana Taehyung benar-benar menghilang tanpa jejak sedikitpun. Ia sudah mencoba memeriksa di bawah lereng, namun tetap tak menemukan sang Aktor yang kemudian membuatnya kelabakan karena setelahnya dia harus menerima kemarahan dari pihak produksi.

    Tampak begitu frustasi. Seojoon meninggalkan lokasi syuting bersama dengan Ara yang mencoba menenangkannya.

    "Turunkan amarahmu, tidak baik mengemudi dengan suasana hati yang buruk."

    "Anak tidak tahu diri! Dia yang menerima kontraknya, kenapa sekarang tiba-tiba membatalkannya dan kabur begitu saja. Dia pikir ini main-main." murka Seojoon yang membuat Ara menghela napasnya.

    "Kau marah pun juga tidak akan berguna jika anak itu tidak ada. Bicarakan baik-baik saja, kau tahu jika dia adalah anak emas Direktur."

    Seojoon yang tak terima malah menggerutu dan membuat Ara hanya mampu menggelengkan kepalanya hingga suara dering ponsel Seojoon menarik perhatian keduanya. Seojoon dengan cepat merogoh ponselnya dan segera menerima panggilan yang berasal dari Yeonjun tersebut.

    "Yeonjun, di mana kakakmu?" pertanyaan tiba-tiba yang membuat pemuda dia seberang mengernyitkan dahinya.

    "Apa yang Hyeong katakan? Kenapa bertanya padaku?"

    "Jangan membohongiku, dia pasti ada di belakangmu. Sekarang berikan ponselnya padanya."

    "Dia tidak ada di sini, pada siapa aku harus memberikannya?"

    "Kau serius?"

    Yeonjun bergumam.

    "Lalu kenapa kau menghubungiku?"

    "Aku menemukan sesuatu yang mencurigakan milik Taehyung Hyeong."

    "Apa itu?"

    "Hyeong kemari saja jika urusannya sudah selesai, tapi jangan bawa Taehyung Hyeong. Tinggalkan saja dia di sana, aku tidak peduli."

    "Jika dia pulang, kunci dia di dalam kamar dan jangan izinkan untuk keluar rumah." Seojoon memutuskan sambungan.

    "Dia mungkin masih di jalan, kenapa kau buru-buru sekali?"

    "Dia bahkan tidak memiliki uang, bagaimana dia bisa pulang?"

    Ara mengendikkan bahunya, sedikit acuh karena menganggap bahwa perselisihan itu hanyalah perselisihan kecil seperti sebelum-sebelumnya.

    Dan saat itu pula Seojoon segera menuju Apartemen Taehyung. Namun sebelum itu dia menurunkan Ara di Perusahaan terlebih dulu. Menempuh jarak yang cukup jauh, pada akhirnya Seojoon sampai di tempat tujuan.

    Yeonjun yang saat itu duduk di sofa tanpa televisi yang menyala ataupun cemilan di sampingnya, mengarahkan pandangannya pada pintu masuk yang terbuka dari luar.

    "Di mana dia?" ujar Seojoon tak sabaran, namun saat itu Yeonjun justru menunjukkan buku tabungan milik Taehyung yang ia dapatkan setelah aksi penjarahannya setelah sang kakak meninggalkan rumah.

    Seojoon mengambil buku tabungan tersebut. "Apa ini?"

    "Hyeong bisa melihatnya, kenapa harus bertanya?"

    "Aku tahu ini buku tabungan, tapi kenapa kau memberikannya padaku? Memangnya ini milik siapa?"

    "Milik siapa lagi? Tentu saja milik si idiot itu." ujar Yeonjun sedikit kesal, "buka saja dan maki dia setelah ini."

    Seojoon lantas memeriksa buku tabungan tersebut. Sekilas tak ada yang berbeda, namun semakin lama ia menyusuri catatan yang terdapat pada buku itu, dahinya menunjukkan kerutan. Di mana ia yang mulai merasa janggal dengan catatan penarikan uang dalam jumlah besar selama satu bulan terakhir.

    "Apa-apaan ini? Dia gunakan untuk apa uang sebanyak ini?"

    Suara Yeonjun tiba-tiba meninggi. "Mana aku tahu! Si idiot itu memang tidak tahu diri. Menolak membelikan mobil tapi malah bersenang-senang dengan uang sebanyak itu. Lihat saja nanti, akan ku buat seluruh asetnya jadi milikku."

    Seojoon tercengang mendengar penuturan adik dari Artisnya tersebut, kenapa sepertinya begitu mudah mengatakan hal seperti itu pada kakaknya sendiri. "Ya! Kau ingin mengkhianati kakakmu?"

    "Dia bukan kakakku jika saja dia bukan Kim Taehyung." sinis Yeonjun yang kemudian meraih remot televisi dan menyalakannya.

    "Eoh!!! Ya! Apa-apaan ini? Kenapa sudah mulai?" seru pemuda itu ketika tepat setelah layar televisi menyala, terlihat sebuah group wanita yang tengah tampil di atas panggung.

    "Aish... Bagaimana cara mereka bekerja? Bukankah tidak seharusnya mereka tampil sekarang? Jika ingin tampil, setidaknya katakan dulu padaku." maki pemuda itu pada layar televisi yang tentunya membuat tatapan aneh Seojoon jatuh padanya.

    "Kakak dan adik sama-sama aneh." gumam Seojoon yang kemudian berjalan ke arah kamar Taehyung. "Ya! Kim Taehyung, jangan main-main denganku. Keluar sekarang."

    Yeonjun yang mendengar hal itu pun segera mengarahkan pandangannya pada Seojoon. "Taehyung Hyeong belum pulang." cetusnya yang seketika menghentikan langkah Seojoon.

    Seojoon berbalik dengan tatapan bertanya. "Belum pulang?"

    Yeonjun mengangguk. "Jika dia ada di rumah, mana berani aku bicara seperti tadi. Bukankah kalian pergi ke lokasi syuting bersama?"

    Seojoon mendekat dengan tangan yang berkacak pinggang, menampakkan sedikit rasa frustasi di wajahnya. "Dia tidak menghubungimu?"

    Yeonjun menggeleng. "Aku putus hubungan dengannya."

    "Ya! Jangan mengada-ada, membuat kepalaku makin pusing saja."

    "Kenapa? Dia menghilang? Bagus kalau begitu, seluruh asetnya akan jadi milikku."

    Seojoon menatap tak percaya, apakah lelucon Kim bersaudara memang seperti itu. "Ya! Jangan membuatku lebih pusing lagi, sekarang lebih baik kau bantu aku untuk mencari kakakmu itu."

    "Dia bukan anak kecil, dia bisa pulang sendiri." acuh Yeonjun yang kemudian kembali fokus pada layar televisi di hadapannya. Sedangkan di belakangnya, Seojoon mengacak rambutnya dengan frustasi.

    "Di mana dia sebenarnya?"


°°°°°


    1451, Joseon.

    Tubuh yang sedikit terombang-ambing itu perlahan mengusik alam bawah sadar Taehyung. Perlahan kedua matanya terbuka. Sedikit mengernyit untuk menghilangkan rasa pusing pada kepalanya.

    Dia bergumam, "di mana ini? Apa aku belum mati?"

    Dia bangkit dan mengucek matanya, mencoba menetralkan rasa pusing yang perlahan menghilang namun di gantikan oleh perasaan yang tidak enak. Dia memandang sekitar, di mana ia berada dalam sebuah kotak kayu yang cukup familiar.

    Dia kembali bermonolog setelah ia yakin bahwa saat ini ia tengah berada di dalam tandu. "Kenapa aku ada di sini? Apa syutingnya sudah di mulai? Bukankah hari ini hanya pemotretan. Tunggu! Bukankah aku jatuh dari lereng? Kenapa..."

    Tak ingin menebak-nebak, Taehyung lantas membuka sedikit jendela di samping tempat duduknya dan seketika matanya mengerjap tatkala pandangannya menangkap bangunan-bangunan tradisional. Dia kemudian meraba tengkuknya.

    "Kenapa perasaanku tidak enak? Apa syutingnya sudah di mulai?"

    Merasa ada hal yang aneh, Taehyung pun berdehem. Mengatur suaranya agar terdengar lebih berwibawa seperti tokoh-tokoh yang selalu ia mainkan selama ini.

    "Turunkan tandunya!" suara lantang yang menghentikan pergerakan semua orang.

    Perlahan Taehyung merasa bahwa tandu bergerak ke bawah, dan setelah di rasa tak ada pergerakan sama sekali. Ia pun membuka pintu tandu dan segera keluar dari tandu. Tangan kirinya terangkat untuk menutupi matanya yang belum bisa beradaptasi dengan cahaya dari matahari yang terlalu terang saat itu. Dan setelah mulai bisa beradaptasi, ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling yang seketika membuat raut wajahnya terlihat bingung.

    Ada begitu banyak orang berpakaian tradisional. Ada Dayang, Kasim dan bahkan Prajurit bersenjata. Taehyung sekilas memiringkan kepalanya, dia mengenal tempat itu, tempat di mana ia berdiri saat ini. Dan tempat tersebut tidak lain adalah halaman istana Gyeongbok yang begitu luas.

    Namun kenapa istana itu terlihat sedikit berbeda, nuansa gelap lebih terasa dari sebelumnya. Dan yang membuat Taehyung bingung adalah, jika mereka sedang melakukan syuting, lalu di mana letak kamera bersama dengan Kru-krunya.

    "Putra Mahkota, Putra Mahkota sudah sadar? Syukurlah."

    Pandangan Taehyung terjatuh pada sosok pria yang sudah cukup tua berpakaian seperti seorang Kasim dan menundukkan kepala di hadapannya.

    "Siapa kau? Apa syutingnya sudah di mulai."

    "Ye?" Pria tua yang tidak lain adalah Kasim Seo tersebut tampak tertegun dengan pertanyaan tidak masuk akal Taehyung. Lagi pula bagaimana bisa manusia Joseon mengerti kata 'Syuting'.

    "Apa yang baru saja Putra Mahkota katakan?"

    "Paman ini siapa?"

    Dahi Kasim Seo mengernyit, menyadari gaya berbicara Taehyung yang terlalu frontal dan dengan sebutan apa ia tadi memanggil Kasim Seo? Paman? Kasim Seo berharap bahwa pendengarannya tidak begitu baik, namun jelas-jelas ia mendengar ucapan Taehyung sebelumnya.

    "Putra Mahkota, sepertinya Putra Mahkota harus segera kembali ke paviliun dan beristirahat."

    "Di mana ini?" Taehyung mengarahkan pandangannya ke sekeliling, di mana tak ada bangunan pencakar langit dia sekitar sana, dan dia menganggap bahwa saat ini dia tengah berada di luar Seoul.

    "Ini adalah istana Gyeongbok. Apa Putra Mahkota tidak mengingatnya?"

    Taehyung tersenyum meremehkan. "Paman ingin menipuku? Dari mana ini terlihat seperti istana Gyeongbok."

    "Putra Mahkota..." Kasim Seo tampak khawatir. Namun sekali lagi Taehyung merasa ada yang tidak beres.

    "Apa kita sedang berada di Seoul?"

    "Apa yang sebenarnya Putra Mahkota katakan? Ini adalah Joseon, Hanyang. Apakah Putra sudah melupakan tempat kelahiran Putra Mahkota?"

    Senyum Taehyung tersungging. "Jangan mengada-ada, tahun berapa sekarang?"

    "1451."

    Mata Taehyung mengerjap sebelum ia memandang ke sekeliling dengan panik. "Tidak mungkin, apa-apaan ini?"

    "Putra Mahkota."

    "Eomma!!!!"

   
Selesai di tulis : 01.02.2020
Di publikasikan : 02.02.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro