Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 09

    Meninggalkan Apartemen Youngjae, Taehyung menggunakan taksi untuk kembali ke Kedai di mana ia meninggalkan mobilnya semalam. Beruntung dompetnya masih di dalam saku, jika tidak, mungkin dia akan mengobrak-abrik isi rumah Youngjae untuk sekedar mencari beberapa lembar uang karna merasa malas harus mendengarkan nasehat Seojoon jika ia menghubunginya pagi itu.

    Sampai di Cheongdamdong, ia mengambil mobilnya dan bergegas menuju Kantor Agensi untuk membahas pembaharuan jadwalnya setelah skandal kecil kemarin. Mobilnya melesat di jalanan yang cukup lenggang hingga perhatiannya teralihkan oleh suara dering ponselnya.

    Dia merogoh ponselnya dan membiarkan tangan kiri mengambil alih kemudi. Tertulis nama sang adik sebagai pemanggil, dia pun segera menerima panggilan tersebut.

    "Uh, Yeonjun. Ada apa?"

    "Hyeong di mana?"

    "Aku sedang dalam perjalanan."

    "Kenapa tidak pulang? Hyeong menginap di mana?"

    "Aku tidur di rumah Youngjae Hyeong semalam, ada apa?"

    "Seojoon Hyeong memarahi sejak tadi pagi, dia mencari Hyeong."

    "Kau di mana sekarang?"

    "Di rumah."

    "Di mana Seojoon Hyeong?"

    "Dia masih di sini."

    "Katakan padanya untuk menemuiku di Agensi, aku akan pergi ke sana sekarang."

    "Hyeong bilang saja sendiri."

    "Aku sibuk."

    Taehyung memutuskan sambungan secara sepihak dan menaruh ponselnya di dashboard dengan sedikit melemparnya. Kembali fokus pada jalanan di hadapannya dengan raut wajah datar yang sama sekali tak menunjukkan apapun. Dan setelah lebih dari tiga puluh menit lamanya, mobilnya memasuki parkiran gedung Agensi yang masih menaunginya hingga satu minggu ke depan.

    Taehyung keluar dari mobil hanya dengan membawa kunci mobil serta ponselnya, namun teguran seseorang berhasil menghentikan pergerakannya yang baru saja menutup pintu.

    "Taehyung-ssi."

    Taehyung menoleh ke sumber suara, mendapati Seojoon tengah berlari ke arahnya membawa kepanikan di wajahnya.

    "Kau kemana saja? Apa yang kau lakukan semalam? Kenapa kau bisa menginap di rumah Youngjae?"

    "Bisa tanyakan satu persatu?" acuh Taehyung yang segera berjalan memasuki gedung.

    "Ya! Kenapa sikapmu seperti ini? Ini tidak seperti dirimu."

    Seojoon mengejar Taehyung, mensejajarkan langkah keduanya. "Jika ada masalah, seharusnya kau membicarakannya. Kenapa malah bersikap seperti ini?"

    Tanpa menghentikan langkahnya, Taehyung memandang sang Manager dengan dahi yang mengernyit. "Kapan aku mengatakan jika aku sedang memiliki masalah?"

    "Eh?" Seojoon seketika terlihat bingung dan Taehyung pun menghentikan langkahnya. Menghadap sang Manager dengan tangan yang berkacak pinggang, berpose bak model papan atas.

    "Kenapa? Kenapa melihatku seperti itu?"

    "Jadwalku untuk seminggu ke depan, apa sudah di perbaharui?"

    "Hahh?" sedikit terkejut, Seojoon pikir Taehyung akan mengatakan hal yang lebih serius lagi.

    "Ini serius, apa kalian tetap mengosongkan jadwalku untuk seminggu ini?"

    "T-tunggu dulu, apa kau berniat memperpanjang kontrak?" sedikit harapan muncul di binar mata Seojoon yang langsung terpatahkan oleh pernyataan Taehyung selanjutnya.

    "Aku tidak mengatakan akan melakukannya." Taehyung lantas berlalu.

    "Ah... Ayaolah... Jangan semakin mempersulit keadaan. Kim Taehyung."

    Seojoon kembali mengekori Taehyung hingga pemuda itu bersinggah di ruang kerjanya. Sebuah studio kecil yang di berikan oleh Perusahaan untuk mendukung karir musiknya. Taehyung duduk di kursi kebesarannya tanpa melepaskan jas yang membalut kemeja putihnya, hasil rampasan dari rumah Youngjae sebelumnya.

    "Pikirkan baik-baik," ucap Seojoon tepat setelah ia masuk, "tidak ada alasan yang cukup kuat bagimu untuk tidak memperpanjang kontrak... Apa ada Perusahaan lain yang sudah menjanjikan sesuatu padamu?"

    Taehyung sekilas menatap jengah, menolak tuduhan tanpa bukti yang di layangkan oleh Seojoon. "Tidak ada, berhenti berpikiran buruk tentangku."

    "Lalu kenapa kau tidak ingin memperpanjang kontrak?"

    "Berhenti membicarakan tentang kontrak! Susun saja jadwalku untuk seminggu ke depan. Dan tolong bawakan padaku kontrak dengan pihak produksi untuk naskah kemarin."

    Kedua alis Seojoon saling bertahutan, menatap penuh selidik ke arah Taehyung yang sudah berpaling darinya. "Kau menerima kontrak itu tapi tidak ingin memperpanjang kontrak dengan Perusahaan, sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan?"

    Suara Taehyung sedikit meninggi. "Tidak ada! Aku bilang berhenti berpikiran buruk padaku. Aku akan membicarakan masalah kontrak setelah pulang dari Busan."

    "K-kau tidak perlu marah, aku tidak menuduhmu." ucap Seojoon sedikit gugup. "Y-ya sudah, kau tunggu di sini. Aku akan bertemu dengan Direktur sebentar." lanjutnya dan bergegas meninggalkan Taehyung.

    Tepat setelah pintu tertutup, Taehyung menyandarkan kepalanya dengan mata yang terpejam. Mengambil napas dalam dan menghembuskannya dengan singkat, mencoba menikmati sedikit waktu tenang yang ia miliki sebelum ketenangan itu hancur dalam sepersekian detik ketika suara dering ponsel memaksa matanya untuk kembali terbuka.

    Dia meraih ponselnya dan mendapati nama yang sama dengan kemarin sore. Tanpa minat, dia pun menerima panggilan tersebut tanpa bisa menyandarkan kepalanya kembali.

    "Kau sudah mendapatkannya, apa lagi yang kau inginkan?" perkataan dingin dengan raut wajah yang datar, menegaskan bahwa dia benar-benar bermasalah dengan si lawan bicara.

    "Aku akan menikah."

    Suara lembut yang menyapa pendengarannya dan membuatnya terdiam untuk beberapa saat. "Dengan si brengsek itu? Dan kau bahagia sekarang." ucapnya bernada kecewa sekaligus putus-asa setelahnya.

    "Setidaknya dia tahu bagaimana cara menjalin hubungan dengan benar."

    "Menjauhlah dariku! Selamat atas pernikahanmu."

    Taehyung memutuskan sambungan secara sepihak dengan tangan yang kemudian menggenggam ponsel di tangannya seakan berniat menghancurkan benda padat di tangannya tersebut sebelum sebuah panggilan kembali masuk ke dalam ponselnya dan memicu kemarahannya.

    Tanpa melihat nama siapa yang tertera di layar ponselnya, ia menerima panggilan tersebut dan membentak. "Jika ingin menikah, menikah saja! Kenapa masih menganggu hidupku?!"

    "Kau ini bicara dengan siapa?"

    Suara lembut seorang pria seketika membuat kedua netra Taehyung melebar. Dengan pergerakan yang lambat, dia menjauhkan ponselnya dari telinga dan melihat siapa yang kini tersambung dengannya. Seketika ia menutup mulutnya yang terbuka menggunakan telapak tangannya yang menganggur seiring dengan wajahnya yang memucat.

    "Mati, aku!" batinnya menjerit, merutuki kebodohannya yang terlanjur termakan amarahnya sendiri.

Selesai di tulis : 31.01.2020
Di publikasikan : 31.01.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro