DFD 26 - Harmonica in the Blue Sea
26 February 2024
-: Day 26 - Daily for Diary :-
•
•
•
Laut biru di depanku adalah pemandangan indah yang sudah lama tak kulihat. Aku bahkan sudah lupa bagaimana memainkan harmonika milikku yang suaranya selalu kubuat senada dengan suara ombak. Di istana, aku hanya bisa memainkan harmonika milikku di bawah jendela untuk menghindar dari penglihatan ibunda. Karena jika sampai ibunda tahu kalau aku memainkan harmonika lagi, bisa-bisa dirampasnya harmonika ini dariku.
Namun kali ini berbeda. Karena aku bisa memainkan alat musik tiup ini sambil menikmati birunya laut pantai. Sepertinya aku harus berterima kasih pada Bibi Nessa karena telah berhasil membujuk ayah agar mengizinkanku menginap di rumah sederhana Bibi Nessa untuk liburan.
Tenang saja, aku tidak sendiri kok. Aku berlibur bersama Firio, adik kecilku yang sudah mulai beranjak dewasa. Kami pergi ke rumah Bibi Nessa dengan menunggang kuda. Mengingat aku yang memang tidak suka jika bepergian memakai kereta kuda. Terlalu lambat dan tidak bebas. Karena pasti ayah akan mengerahkan prajuritnya untuk mengawal perjalanan kami.
"Firio! Kau sedang apa di situ?!"
Aku berteriak dari kejauhan saat kulihat Firio mendekati bibir pantai. Kulesakkan harmonika yang sedari tadi kupegang dalam saku baju yang kupakai. Lantas menyusul Firio yang ternyata hendak bermain air di bibir pantai.
"Jangan jauh-jauh, Firio! Aku tidak akan mencarimu kalau kau berakhir tenggelam di sana!"
Aku berdecak kesal saat Firio justru tak mengindahkan ucapanku. Aku tahu Firio itu bisa berenang, tapi tetap saja. Aku sebagai seorang kakak tentu akan khawatir bila adikku bermain terlalu jauh dan berakhir mencelakai dirinya sendiri.
"Aku tahu, Kak! Jangan menceramahiku. Mainkan saja Harmonikamu sebelum aku merampasnya dan kuberikan pada Ibu."
Aku melotot. Enak saja harmonika milikku mau diberikan pada ibunda. Ini saja aku mendapatkannya lagi dengan susah payah. Menyelinap di kamar ayah dan ibunda, lalu mengambilnya di antara rak-rak buku yang ada di sana.
"Jangan macam-macam! Kalau kau lakukan itu, Kakak akan mengambil buku ramuan obatmu dan membuangnya."
Kini giliran Firio yang memberikan tatapan tajamnya padaku. Aku tidak peduli, asalkan harmonika milikku aman dari tangan-tangan nakal Firio.
"Setidaknya aku tidak seperti Kakak yang memainkan Harmonika di bawah jendela hanya untuk menghindar dari pandangan Ibu."
Aku tertohok!
Ohh, Firio sayang. Untung saja kau adalah adikku. Jika tidak, sudah sedari tadi sepatu ini akan mendarat di kepalamu.
•
•
•
-: Harmonica in the Blue Sea :-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro