Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tragedi Pengasuh

*Blurb*

Ah, ini akan menjadi kisah cinta yang klasik.

Tentang seorang babysitter yang terjebak perasaan pada ayah gadis kecil yang ia jaga. Tentang seorang duda beranak satu yang mendadak merasa kembali muda.

Terlalu klasik kan?

Tapi, bukankah cinta memang selalu menjadi rasa yang klasik?

Dan setiap cinta punya cirinya masing-masing.

Juga untuk itu, sebenarnya ada yang berbeda di sini.

Ketika harga diri menuntut penghargaan tinggi terhadap hati yang telah memilih.

Jadi, bagaimana menurutmu?

Apa kau tertarik?

Satu yang bisa aku katakan, jalan akhirnya akan membuat kau berpikir bahwa: ini memang tak sama.

Lalu, kau akan menyadari ternyata kau telah jatuh cinta.

==========================================================================

Pesta di Hotel Royal telah berlalu sekitar tiga puluh menit di belakang. Menyisakan Abraham yang merenung di dalam mobilnya yang tengah melaju di jalanan. Di balik kemudi, sang sopir, Pak Restu terlihat sesekali melirik melalui spion dalam ke arah majikannya itu. Wajah Abraham terlihat berkerut tengah memikirkan sesuatu. Ia mengusap ujung dagunya berulang kali dan menghela napas panjang.

Pesta yang baru saja ia hadiri sebenarnya bukanlah pesta biasa. Di dalamnya ia bertemu dengan beberapa pebisnis yang saling menawarkan kerjasama satu sama lain. Dan hasil dari pertemuan itu membuat ia jadi berpikir-pikir langkah apa yang harus ia ambil sekarang. Ada beberapa tawaran yang menarik. Ehm, pikirnya. Aku harus mendiskusikan ini dengan Ilona.

Ia mengembuskan napas panjang. Lalu, sedikit mengubah posisi duduknya untuk bisa menatap lurus ke depan. Tepat ketika mobil hitam itu berhenti sejenak di depan gerbang, lalu seorang satpam muda bernama Budi dengan sigap membukanya cepat.

Mobil dengan mulus berjalan dengan sedikit menanjak di undakan. Berbelok dan lalu berhenti di pelataran rumah mewah itu.

Pak Restu melepas sabuk pengamannya. Keluar dan membuka pintu untuk Abraham. Pria itu melangkah menuju ke rumahnya. Dan ketika ia baru saja membuka pintu, saat baru selangkah kakinya masuk, ia mendengar teriakan yang menggelegar dari lantai atas.

"Pergi sana! Dasar pengasuh nggak becus!"

Napas Abraham seketika tertahan di dada.

"Eh! Kamu itu digaji sama Daddy ya. Jadi ya harus kerja! Kalau nggak mau kerja ya udah! Pergi aja sana! Dikira aku butuh pengasuh kayak kamu apa?!"

Suara teriakan itu terdengar keras dan lantang. Dan karena itulah akhirnya terdengar grasak-grusuk sehingga beberapa asisten rumah tangga di sana tergopoh-gopoh. Ketika 3 orang asisten rumah tangga muncul dari belakang, mereka segera menundukkan wajah melihat Abraham yang baru tiba.

Pria itu memijat dahinya dan lalu berkata. "Kalian silakan tidur. Biar saya yang mengurus Claressa."

Mereka kompak menjawab. "Baik, Tuan."

"Praanggg!!!"

Suara benda gelas terbanting membuat Abraham dengan segera melangkahkan kakinya dalam langkah besar. Menaiki anak tangga dua sekaligus. Lalu, melesat cepat menuju kamar dengan tulisan di depan pintunya. Claressa.

Ketika Abraham mendorong pintu itu, suara tangisan langsung menyambutnya. Sejenak ia tertegun melihat Claressa bersidekap dengan mengatupkan matanya dan menatap tajam pengasuhnya di lantai. Claressa terlihat bagai penguasa ketika ia berdiri tanpa gentar di atas kasurnya, menatap pengasuhnya yang meringkuk seraya berderai air mata dan menekan luka di dahinya.

Abraham langsung melotot tak percaya. "Astaga, Indah!" serunya seraya meraih pengasuh itu untuk berdiri.

Indah terlihat sesegukan menahan darah yang mengucur dari dahinya. "Maafkan saya, Tuan."

Rahang Abraham mengeras.

"Tapi, saya tidak bisa bekerja lagi."

Mata Abraham memejam seketika. Lagi?

"Saya mau berhenti sekarang juga."

"Bagus! Berenti aja deh. Ngabis-ngabisin duit Daddy aja. Tapi, nggak mau kerja. Dasar Pemalas!"

"Claressa!" geram Abraham. Ia beralih menatap gadis kecil itu. "Bukankah Daddy sudah bilang agar kamu menjaga sikapmu?!"

Claressa, si gadis kecil berambut pirang itu menutup mulutnya. Ia justru menatap Indah dengan penuh kekesalan.

Abraham menggertakkan rahangnya. "Indah, kamu butuh istirahat. Bagaimana kalau kamu tidur sehingga besok pagi kamu---"

"Tidak, Tuan," potong Indah dengan mengelap kasar air matanya. Luka di dahinya tidak terlalu besar, hanya tergores, dan sekarang darah sudah berhenti mengucur, tapi tetap saja. Rasa sakit diperlakukan majikan kecilnya itu membuat Indah begitu tertekan. "Saya benar-benar tidak sanggup mengurus Nona Claressa."

Abraham mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ia tak bisa berbuat apa-apa ketika akhirnya Indah kembali pamit dan keluar dari kamar bernuansa merah muda itu.

Claressa masih berdiri di atas kasur. Tangannya pun masih bersidekap dengan aura mengintimidasi.

Abraham melihat matanya.

"Claressa," lirih Abraham. "Duduk."

Claressa dengan memainkan mulutnya, perlahan beringsut turun dan duduk di kasur. "Gimana pestanya, Dad? Menyenangkan?"

Abraham menarik napasnya berulang kali. "Kali ini apa masalahnya?"

"Indah itu terlalu cerewet, Dad. Menyuruhku tidur padahal aku nggak bisa tidur."

"Kamu besok sekolah, Sayang. Nanti kamu bangun kesiangan."

"Kan itu tugas dia buat bangunin aku," kata Claressa lagi.

"Astaga!" seru Abraham tak percaya. "Apa kamu benar-benar nggak bisa menjaga sikapmu, Sa? Ini sudah yang ke berapa kalinya dalam bulan ini?"

Claressa terdiam.

"Dalam sebulan ini Daddy harus mengganti pengasuhnya sebanyak delapan kali! Ya Tuhan! Mereka bahkan nggak betah menjagamu untuk lebih dari lima hari!"

"Itu bukan salahku, Dad!"

"Tentu salahmu! Tingkahmu itu keterlaluan, Sa. Kamu nakal. Itu yang membuat mereka nggak betah mengasuhmu."

Mata Clariss mengerjap-ngerjap. "Aku memang nakal. Daddy puas? Kalau memang nggak ada yang mau mengasuh aku, ya udah. Suruh situ Mommy bawa aku pergi dari sini."

Kedua bola mata Abraham berputar sekali dan menutup dengan dramatis. Ia menghirup udara dalam-dalam.

"Kamu ingat kan? Justru Belinda yang meninggalkanmu di sini biar Daddy yang mengurusmu! Wanita itu mana mau mengurusmu! Kamu jadi anak yang baik saja dia nggak mau mengurus kamu, apalagi ini."

Claressa terhenyak. Ia meremas seprai kasur. Mengatupkan mulutnya erat-erat. Matanya memerah. Tapi, tanpa air mata.

"Mommy-mu pun nggak mau mengurusmu!"

Claressa terdiam.

Abraham berkacak pinggang. Menatap kedua mata kelabu Claressa yang persis seperti matanya. "Besok Daddy akan meminta Pak Zulman untuk mencarikanmu pengasuh yang baru. Dan ingat Claressa, kalau kamu berbuat ulah lagi kali ini, Daddy nggak bisa berbuat apa-apa. Kalau kamu memang mau pergi dengan Belinda ya terserah kamu. Daddy benar-benar akan menyerahkanmu pada Belinda. Terserah kamu mau melakukan apa, Daddy sudah nggak peduli."

Tak menunggu jawaban Claressa, kemudian Abraham keluar. Menutup pintu itu dengan sedikit kasar. Lalu beranjak ke kamarnya.

Di sana, ia segera melempar jas yang ia kenakan. Melonggarkan ikatan dasi di lehernya. Dan berulang kali menarik napas panjang terburu-buru.

"Argh!"

Lalu, ia meninju dinding.

*

Sarapan pagi yang berjalan tanpa ada satu suara pun.

Abraham meminum kopinya dan memanggil kepala pelayannya.

"Pak Zulman, tolong carikan pengasuh baru untuk Claressa."

Pak Zulman menarik napas panjang. Sedikit melirik pada Claressa yang mengunyah roti tawarnya dengan santai.

"Dan usahakan cari wanita yang benar-benar bisa mengasuh dia. Yang sabar, tahan menghadapi tingkahnya, dan kriteria lain yang sudah Bapak tahu."

Pak Zulman mengangguk. "Akan saya laksanakan, Tuan."

"Daddy harap, ini terakhir kalinya kamu berbuat masalah, Sa."

Claressa tidak menghiraukan perkataan Abraham. Ia justru menikmati roti tawarnya. Meminum susunya dan benar-benar tidak mengatakan apa pun

Tapi, sepertinya Clariss memang tidak menghiraukan perkataan Abraham.

Ketika siang itu, selesai rapat, ponsel Abraham berdering karena panggilan dari sekolah Claressa.

"Maaf, Pak, mengganggu waktunya. Tapi, Claressa baru saja berkelahi dengan teman sekelasnya."

Secepat mungkin setelah panggilan itu ia segera menghubungi Pak Zulman.

"Carikan pengasuh Claressa secepatnya! Malam ini harus ada!"

*

Pak Zulman telah menjadi kepala pelayan di rumah Abraham sejak pria itu masih berusia sekitar lima belas tahun. Setidaknya ia sudah bekerja di sana untuk dua puluh dua tahun. Ia mengetahui semua kisah yang terjadi pada majikannya dan mengenal dia dengan begitu baik, termasuk setiap hal yang menyangkut tentang putri semata wayangnya yang bernama Claressa Rhodes.

Gadis yang baru berusia sepuluh tahun itu memiliki emosi yang berada di atas ambang kewajaran untuk kategori gadis seusianya. Terlalu tempramental, egois, keras kepala, dan benar-benar sulit untuk diatur. Tidak mengherankan kalau tidak ada pengasuh yang tahan untuk menjaga gadis itu. Ketika kedua orang tua Abraham yang selama lima tahun terakhir memutuskan untuk tinggal bersama dengan saudara laki-lakinya yang masih lajang di provinsi lain, Claressa semakin menjadi-jadi. Gadis itu seolah merasa terbebas dari kerangkeng yang memaksanya selalu patuh saat Opa dan Omanya berada di sana. Bagaimana pun juga, Claressa merasa segan dengan kedua orangtua itu. Dan selama lima tahun itulah, Pak Zulman tidak ingat bahwa ada seorang pengasuh pun yang tahan menjaganya lebih dari satu bulan. Iming-iming gaji yang tinggi seolah kalah dibandingkan dengan kenyataan bahwa menjaga Claressa bukanlah hal yang gampang. Dan sekarang, Pak Zulman harus mencari pengasuh tiap tiga hari sekali.

Melelahkan bagi pria tua itu.

Pemberitahuan lowongan pekerjaan itu sebenarnya sudah ia kirimkan ke redaksi koran lokal setempat. Tapi, ketika ia mendapat telepon dari Abraham, ia tak bisa menunggu koran itu terbit esok pagi.

Jadi, ia dengan sigap mendapat ide di benaknya.

Ponselnya dengan segera meluncur ke aplikasi Facebook. Menyasar ke grup-grup lowongan kerja setempat dan menuliskan.

DIBUTUHKAN SEGERA!

PENGASUH UNTUK ANAK PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN (KELAS 4 SD)

SYARAT:

1. WANITA

2. TIDAK ADA BATASAN USIA

3. SABAR DAN DISIPLIN

4. SIAP BEKERJA DI BAWAH TEKANAN

5. SETIDAKNYA S1 DARI UNIVERSITAS TERAKREDITASI A OLEH DIKTI

6. IPK ≥ 3.00

7. MENGUASAI SEDIKITNYA 3 BAHASA ASING

8. BERSEDIA MENGINAP

9. PENGALAMAN TIDAK DIPERHATIKAN

FASILITAS:

1. GAJI POKOK SENILAI RP 10.000.000,-

2. SERAGAM

3. TEMPAT TINGGAL YANG LAYAK DENGAN KAMAR BERUKURAN 5 X 5 M LENGKAP DENGAN FASILITAS LAINNYA

4. MAKAN MINUM DIBEBASKAN

5. LIBURAN

6. BONUS AKHIR PEKAN SEBESAR 25% DARI GAJI POKOK

7. KENAIKAN GAJI BILA PEKERJAAN MEMUASKAN

YANG BERMINAT BISA SEGERA HUBUNGI DI NOMOR +62 811 8888 XX AN. ZULMAN. TERIMA KASIH.

Pak Zulman menghela napas panjang. Ketika jempolnya telah menekan tulisan kirim di layar ponselnya, ia berdoa di dalam hati. Semoga ini yang terakhir kalinya ia membuat lowongan pekerjaan di bulan itu. Setidaknya hingga bulan Agustus 2019 berakhir.

*

tbc...

permisi...

ada loker buat yang sedang mencari pekerjaan... 😂😂😂

yang berminat silakan DM... 🤣🤣🤣

pkl 14.50 WIB...

Bengkulu, 2020.03.15...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro