Cat
Kau itu suka kucing. Dan hari ini, 22 Febuari menjadi hari yang merdeka bagimu. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari kucing bagi tradisi orang jepang, hari yang menurutmu paling istimewa ketimbang hari lainnya.
Di hari ini, special kau khususkan untuk memperlakukan kucingmu bak raja. Di rumahmu juga terdapat begitu banyak kucing yang kau ambil dari pinggir jalan, di tambah kucing besar berusia 26 tahun dan menyebut dirinya detektif hebat.
Kucing besar itu bernama lengkap, Edogawa Ranpo. Kucing yang akan menjadi imut di siang hari, dan liar di malam hari.
"[Name]-chan belikan aku permen!" Suara bariton kekanak-kanakan memanggilmu yang kini tengah membuat teh. Dalam hitungan detik, kau berdiri di depannya.
Hari ini kau akan memperlakukan kucingmu bak raja, terkecuali kucing yang satu ini.
Cukup dengan hari-harimu yang selalu memperlakukannya istimewa, kau memang mengerti dengan egonya. Tapi khusus hari ini, kau akan membuat kucing ini kembali dalam wujud aslinya. Manusia.
"Ranpo-san, cobalah untuk dewasa sedikit. Kau itu bukan anak kecil atau kucing," katamu.
Ranpo mengerutkan alisnya kecewa. "Kupikir karena sekarang hari kucing. Kau akan memberikan perlakuan lebih padaku."
"Tapi kau manusia Ranpo-san."
Kau tidak berkata kasar, tidak marah hanya sedikit memberi penekanan. Tapi kau harus menahan emosi begitu mendengar jawaban yang Ranpo berikan.
"Meow?"
"Khusus hari ini cobalah dewasa," katamu pada Ranpo.
Ranpo terdiam sejenak berusaha sedikit mencerna kata-katamu, lantas kedua bibirnya terangkat membentuk prespektif seringai.
"Apa kau ingin aku bertingkah dewasa?" tanya Ranpo.
Kau mengangguk mantab.
"Kalau begitu sini, duduk disini." Ranpo menepuk kursi kosong di antara kakinya.
Tak mendapatkan respon cepat darimu, Ranpo segera menarik tanganmu, membawamu terduduk satu bangku dengannya. Tentu di temani kaki Ranpo yang mengapit kedua kakimu sekarang.
"Tu-tunggu Ranpo-san, maksudnya dewasa..."
"Seperti ini kan?" Ranpo menaruh dagunya pada lehermu, memberi kecupan singkat di tenguk.
Tangannya memelukmu pinggangmu dari belakang, berjalan menyusuri tubuh tuk merabanya.
"Bukan begitu Ranpo-san!" serumu.
"Bukankah kau bilang dewasa? Menurutku dewasa seperti ini."
Yang di katakan Ranpo ada benarnya, tapi bukan dewasa semacam ini yang kau pikirkan.
"... Ranpo-san, ini di kantor aw..."
Ranpo menggigit kecil lehermu, memberikan bekas kemerahan yang tidak akan hilang sampai beberapa hari kedepan. Terima kasih atas bercaknya Ranpo.
"Baiklah, baiklah, kau menang Ranpo-san," katamu, seraya mengangkat tangan tanda menyerah.
"Ah.. Jika saja kau bilang dari tadi." Ranpo mendorong tubuhmu menjauh. Sontak saja kau berdiri, menjauh beberapa langkah dan menatapnya dengan tatapan cemberut.
"Sekarang pergilah dan belikan aku permen." Ranpo menggerakan tangannya seolah mengusirmu, kau hanya bisa mengerucutkan bibir kesal. Ranpo selalu menang dan kau selalu kalah, kau harus menerima kenyataan pahit itu.
"[Name]-chan," panggil Ranpo.
Kau yang sudah berada di ambang pintu menoleh kembali padanya. "Hal itu kita lanjutkan nanti malam ya."
Tidak menjawab, kau menutup pintu dengan kasar. Ranpo adalah kucing yang imut di siang hari dan liar di malam hari.
Namun sosok liarnya dapat terus membuat jantungmu berdegup kencang serta membuat rasa hangat di wajah.
***
Author note :
Ay langsung ngebut ngerjain ini, pas tau kali kemaren adalah hari kucing :'v.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro