Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

birthday fic for Aria

buat Aria hwhw maaf banget telatttt ;w;
untuk MoonlightHecate HABEDE YA MAAF UDAH LAMA SEMOGA YANG DISEMOGAKAN TERSEMOGAKAN(??) /mabok

.

Aku melirik jam tangan sambil menghela napas panjang. Tidak kusangka aku akan setelat ini. Padahal sekarang sudah jam setengah tujuh malam, dan janjiku bertemu dengan Tomohisa-kun adalah jam enam. Sepertinya dia bakal marah besar, atau err ... minta balasan(?)

Seketika ingatanku melayang, memikirkan ucapan tetangga baruku tadi pagi. Yang ternyata adalah laki-laki. Bahkan aku tidak mengenalnya. Tunggu, jangan salah sangka. Aku tidak tertarik padanya, jelas-jelas dia yang tertarik padaku. Sebenarnya yang membuatku kepikiran tentangnya adalah tentang ucapannya tadi pagi.

Kau ada kencan dengan pacarmu malam ini kan? Jangan pergi, kalau kau pergi, kau akan celaka. Tunggu, jangan berprasangka aneh-aneh! Aku bukan stalker-mu atau apa, aku hanya memperingatkanmu.

Aku memarkirkan mobilku, lalu menatap Tomo yang melambai. "Tomo!" panggilku.

"Kau sudah datang [Name]?"

Oh tunggu. Itu di sampingnya ... tetanggaku yang tadi pagi!?

"KAU!?" aku dan tetanggaku saling menyahut satu sama lain.

"Wow, kalian saling kenal?" decak Tomohisa kagum.

"Dia baru pindah ke sebelah rumahku tadi pagi," jelasku sambil memelototi tetanggaku. "Lalu kenapa kau ke sini? Punya hubungan apa kau dengan Tomo?"

"Oh, Senpai, jadi dia pacarmu?" Tetanggaku itu memandangku dengan wajah aneh. "Seleramu benar-benar luar biasa. Aku sedang mau kencan, tapi pacarku ... belum datang,"

"Kenapa tidak bergabung saja, kita bisa makan berempat kan?" usul Tomo, lalu aku memelototinya.

"Eh ... tidak usah, kalian pergi saja sana, hush, hush," usir tetanggaku itu. "Tunggu apalagi? Sana pergi!"

"Iya-iya," dengusku, lalu menarik tangan Tomo ke dalam restoran. 

"Untukmu," Tomo menyerahkan sebuket bunga mawar putih kepadaku. "Hari ini Valentine kan?"

"W-wah ..." aku tersipu. "Makasih ..."

"Tentu saja," Tomo membiarkanku duduk di kursi restoran. "Mau pesan apa?"

"Terserah lah," jawabku, lalu melirik menu. Harga makanan di restoran yang aku kunjungi sekarang benar-benar seram. Bahkan segelas air putih saja bisa menjadi dua kali lipat dari harga di toko-toko biasa.

Tunggu, firasatku aneh.

"Ne, Tomo," ucapku pelan. "Kenapa ... aku punya firasat buruk ya?"

"Hm?" Tomohisa menuangkan wine ke dalam gelasku. "Sekarang nikmati saja waktunya."

"Sungguh," aku mencoba mengingat-ingat. "Air sudah kumatikan ... lilin untuk relaksasi sudah kutiup ... lalu pintu rumah ..."

Sial, aku lupa menguncinya!

"PINTU RUMAH!" jeritku, membuat sebagian besar pengunjung restoran menoleh ke arahku. "AKU LUPA MENGUNCINYA! Maaf, Tomo, aku pergi sekarang,"

"Ck, ya sudahlah, ayo," Tomo tampaknya kecewa besar dengan keputusanku sekarang. Padahal waktunya sebagai pengacara sangat sibuk, jarang sekali dia punya waktu luang. Setelah keluar restoran, aku segera menghampiri mobilku.

"Tapi sekarang bersalju, [Name]. Kau bisa mengendarai mobilnya di saat seperti ini?" tanya Tomohisa.

"Emm ..." aku tidak menjawab. "Enggak ..."

"Ya sudahlah, aku yang akan mengendarainya. Berikan kuncinya,"

.

"Tadi ponsel Ibu ketinggalan di rumah, baru sampai sekarang. Kamu nelpon Ibu sampai miscall 17 kali, ada apa?"

"Oh syukurlah," aku menghela napas lega sambil melihat Tomo yang sedang menyetir. "Ya sudah, aku sedang dalam perjalanan pulang,"

Aku menutup telepon.

"Bagaimana?" tanya Tomohisa. 

"Ya, untung dia tidak apa-apa--"

Omonganku terputus karena disebabkan sebuah mobil putih menabrak mobil yang sedang dikendarai olehku dan Tomohisa. 

"Kyaaaa!"

Untungnya, mobilku hanya berpindah tempat sedikit saja. Meski terdengar suara gedebum yang cukup keras. Bagian depan mobil mengeluarkan asap.

Tomohisa keluar dari mobil dengan raut wajah yang kelihatan marah. Yang membuatku kaget, yang menabrakku tadi adalah ... tetanggaku. Akhirnya aku keluar dari mobil juga, penasaran dengan apa yang terjadi.

Aizome Kento.

"Sialan," Tomohisa tampak kesal. "Terlihat jelas sekali kau menabrak kami, apa masalahmu?"

"Tadi mobilku terpleset, senpai," jelas Kento, malah ia melihatku. "Maaf, aku enggak sengaja,"

"Enggak usah banyak alasan,"

Tomohisa berdecak kesal, lalu ia menghampiriku. "[Name], apa kau percaya padanya?"

Aku terdiam. Lalu aku menatap manik Kento yang tampak menuntut kepercayaan kepadaku. Tampak darah menghias dahinya.

Tanpa kusadari, aku menghampirinya dengan pelan-pelan. Tomohisa tampak terperangah dengan apa yang kulakukan pada Kento.

Aku memeluknya.

.

.

.

.

.

endingnya gantung
yha :v



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro