< misunderstand >
"Da.. Daz- ah."
Mungkin ini adalah hal terbodoh yang di lakukan seorang Kunikida. Dirinya yang baru saja ingin masuk ke dalam agensi terhenti begitu indera pendengarnya menangkap suara-suara 'basah' dari dalam.
Kepalanya tertempel pada pintu cokelat, guna mengetahui lebih lanjut asal mula suara itu.
Slruup
Wajahnya memerah bak kepiting rebus, tak ada niatan dirinya untuk membuka pintu di depannya.
"Kunikida, apa yang kau lakukan?"
Suara perempuan menginterupsinya, dengan panik ia menenggakkan tubuhnya dan berusaha berwajah sebiasa mungkin.
"Ha.. Ha.. Dazai... Ja-jangan masu..kan lagi."
"Suara apa itu?"
Kunikida nampak bingung bagaimana menjelaskan situasi pada wanita di hadapannya.
"E..h.."
"Siapa saja di dalam?" tanya Yasano.
"Da-Dazai dan [N]-[Name]."
Yasano terdiam sebentar.
Tangan Yasano dengan gesit menggeser Kunikida, membuat akses baginya untuk mendekat pada pintu.
Dengan rasa penasaran, di tempelkannya daun telinga pada kayu cokelat yang menjadi pembatas.
"Bah- gaiman..a [N]-[Name] chan. E-ehnak.?"
Suara terbata-bata di sertai deru nafas yang berat membuat si penguping--Yasano--tersenyum lebar.
Kunikida hampir pingsan di tempat, jika saja ia tidak mengingat betapa kejinya Yasano dalam mengobati seseorang.
"Are... Ternyata mereka sedang melalukan itu."
"Itu apa?" tanya Kunikida. Walaupun ia memiliki bayangan apa yang tengah kalian lakukan, tapi ia mencoba menepisnya jauh-jauh karena itu adalah hal terkotor dalam otak seorang Kunikida.
"Kau tidak tau? Proses pembuatan anak."
Ingin sekali, Kunikida menyedotkan kepala sendiri ke tembok dan mengais semua benda di dekatnya. Ia tidak ingin pikirannya menjadi nyata dan itu tidak terjadi.
"Kunikida-san, Yasano-san. Apa yang kalian berdua lakukan?"
Mereka berdua serempak menoleh. Anggota agensi--Atsushi, Kyouka, dan Tanizaki bersaudara--menatap heran pada mereka.
Yasano tersenyum kecil dan menunjuk pintu agensi dengan jempolnya.
"Hn.. [Name]-ch.an, ja-ngan minum itu!"
Pintu itu kini di penuhi dengan orang-orang yang ingin sekali mengintip dari celah kunci dengan Wajah mereka di penuhi rona merah pudar.
"Apa yang mereka berdua lakukan?" tanya Atsushi.
Yasano hanya tersenyum dan menyingkirkan mereka semua dari pintu.
"Sudah, sudah. Mereka sepertinya butuh privasi."
"Da-h zai, jangan masukkan lagi!!"
Sontak saja, Atsushi menutup kedua kuping Kyouka. Kunikida sudah tidak tahan untuk tidak membenturkan kepalanya, alhasil kini keningnya memerah dengan sebuah bulatan kecil yang menonjol.
"Eh... Kenapa kalian semua disini? Jika tidak ingin masuk jangan menghalanginya."
Spontan mereka menengok dan melihat Ranpo berdiri santai disertai sebuah paper back berisi cemilan.
"Ranpo-san, sepertinya untuk sementara kau tidak bisa masuk dulu."
"Kenapa? Aku hanya ingin bersantai saja di dalam."
Tidak memikirkan tingkah aneh anggota lainnya, Ranpo berjalan mendekat ke arah pintu. Tepat saat tangannya menyentuh handle pintu, suara-suara mistis itu kembali terdengar.
"Si- ah lan.. Kau da-ha..zai."
"Nye.. He.."
Maniknya yang selalu tertutup secara mendadak terbuka, mengangguk mengerti lantas seringaian kecil terukir di bibirnya.
"Jadi karena ini..."
Yang lain melihat Ranpo dengan penasaran. Tangan pria itu secara sengaja memutar handle pintu hingga bongkahan kayu tersebut terbuka.
"Sepertinya kalian salah paham."
Secara sempurna, manik mereka membulat. Tidak menyangka sesuatu dari balik pintu ini.
"Ah... Ka-ah lian mau?" tanyamu sesaat setelah merasakan kehadiran seluruh anggota agensi.
"Ha.. [Name]-chan, kau kha lah," Dazai menunjuk wajahmu dengan senang dan meminum segelas air yang tergeletak di sebelahnya.
"A-apa yang kalian lakukan?" Tanizaki Junnichiro menatap horor pada kalian berdua, menyeringai kecil Dazai menjawab dengan sedikit pelan.
"Samyang challenge."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro