Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[P]roblem

[Read at your own disrection]

Menjarah merupakan kata yang buruk untuk beberapa orang, tapi tidak dengan gadis berambut coklat ini. Hal tersebut merupakan hal yang lumrah baginya. Berteman dengan para kriminal membuat Luxie menjadi handal dalam masalah membobol sesuatu.

Luxie kini sudah berada di lantai dua. Aiden menugaskan dirinya untuk mengambil tas dan juga peralatan-peralatan tambahan yang—tidak—tahu—untuk—apa kegunaannya.

Ketika ia sudah melihat pintu masuk toko hardware, langkahnya terhenti melihat kawanan-kawanan boneka beruang pemakan manusia yang sudah tersebar di lantai satu. Kawanan itu merupakan para penghuni asli Westgate. Mereka sebenarnya tidak menunjukan sikap agresif dibandingkan badut yang sempat mengejarnya. Namun, jumlah mereka yang banyak dan tersebar membuat kawanan itu harus diwaspadai.

Luxie harus mengendap-endap bahkan merangkak untuk membuat keberadaanya tidak diketahui. Ia pun menahan napasnya. Insting bertahan hidupnya mulai muncul kembali.

Jika Aiden memilki insting ilmuwan, bocah perempuan yang satu ini tidak mau kalah eksis. Sebelum malapetaka ini berlangsung, Luxie adalah ketua girl scout di sekolahnya. Ia juga salah satu anak yang paling bersinar saat pelajaran P.E.

Menjadi anak yang kurang di mata pelajaran eksak tidak membuat dirinya patah semangat atau pun minder. Dia tahu bahwa pelajaran itu bukanlah bidangnya. Ia lebih tertarik dengan pelajaran sosial atau hal-hal yang berkaitan dengan peradaban manusia. Walaupun bocah ini terbilang seorang troublemaker, ia pernah menjuarai salah satu lomba pidato yang diadakan kedutaan Inggris.

Mungkin sekarang dirinya bukan di alam terbuka dan menikmati pemandangan alam ditemani dengan smore's buatannya sendiri tapi di sini lah ilmu yang ia pelajari saat menjadi anggota scout harus ia terapkan.

Dalam posisi yang merangkak ia harus bisa mendekat ke pintu toko hardware sambil menahan napasnya. Sekarang ia sudah separuh jalan. Tanpa penerangan sama sekali Luxie harus bisa berkutat dengan kegelapan dan juga atmosfer yang sangat mencekam.

"Sedikit lagi ...."

Ketika sudah dekat dengan pintu toko ia pun berdiri mengambil napas dan bersembunyi lagi di balik tembok. Namun, sebelum mencapai pintu masuk Luxie dikejutkan dengan sepasang mata yang menyala di dalam kegelapan.

Mata itu kini menatapnya dengan tatapan yang intens. Luxie pun diam mematung. Ia kembali menahan napasnya. Tubuhnya sudah bergetar hebat sejak melihat sosok itu.

Luxie masih menahan napasnya. Walaupun dia menyadari para unknown tidak begitu berbahaya seperti terasphober tetap saja mahluk ini tidak kalah menakutkan. Bahkan Luxie mempunyai pendapat bahwa perwujudan para unknown lebih menyeramkan daripada makhluk hitam yang senang berkeliaran itu.

Dengan gerakan semoga—tak—terduga Luxie akhirnya bisa masuk ke dalam toko hardware dan memulai tugasnya. Bocah itu pun mengambil sebuah troli untuk memudahkan pekerjaannya, ia tahu barang-barang yang disuruh Aiden tidak hanya satu. Lelaki itu tidak tanggung-tanggung memberikan daftar bucket list yang panjang untuknya.

"Oke, hal pertama yang kita harus ku lakukan adalah mencari tas yang memulai semua operasi ini." Luxie sangat ingat dirinya meninggalkan tas itu di bagian benda-benda tajam.

Kala itu ia sedang dilema, dimana ia harus memilih pisau dapur, palu, atau gergaji mesin untuk menjadi alat perlindungannya. Ia ingin sekali mengambil gergaji mesin ukuran mini, tapi sayang dirinya dikejutkan dengan kedatangan salah satu gummy bears. Ia pun bergegas keluar dan meninggalkan tas itu di sana.

Luxie sebenarnya menaruh kecurigaan kepada Aiden. Dia belum pernah menemukan orang pintar, rupawan dan juga penyayang dalam satu paket. Mungkin adiknya adalah salah satu orang yang paling beruntung bisa memilki pria itu sebagai kakaknya .

"Untung saja kau tidak punya kaki!" Senyuman manis akhirnya terukuir di wajah Luxie ia terlihat senang melihat tas itu masih ada di sana. Ia pun mengambilnya. Luxie menepuk-nepuk tas tersebut dan memasukannya ke dalam troli. Dirinya pun berhenti sejenak memandangi tas hitam yang ada di depannya.

Apa yang membuatmu sangat berharga?

Rasa penasaran Luxie untuk membuka tas tersebut tiba-tiba saja melambung tinggi. Ia tahu isi tas ini adalah privasi Aiden, tapi ia juga tak bisa menahan rasa keingintahuannya.

"Ah, aku tidak bisa menahannya! Resleting tas ini sangat menggoda seperti ingin dibuka!"

Tak tahan, akhirnya dibukalah tas pria itu. Luxie membuka bagian tengah. Di sana ia melihat banyak kubus memenuhi tas, sebuah tumbler berukuran besar, dua buah buku harian dan masih banyak benda lain di dalamnya.

Luxie kemudian mengambil salah satu buku harian yang ada di dalam tas. Buku itu berwarna coklat dengan sampul yang berasal dari kulit hewan. Tertulis nama Aiden ditulis sambung di bagian depan. Di halaman pertama ada sebuah foto lelaki kecil yang memakai baju pilot lengkap. Lelaki itu tersenyum sambil memegang topi pilotnya yang kebesaran.

"Ternyata dia sudah menjadi bibit unggul sejak dulu."

Lembar demi lembar Luxie baca dengan hati-hati. Ia sempat kaget dengan tulisan tangan Aiden yang begitu rapih dan juga beraturan. Dan pada akhirnya Luxie pun sampai di lembar terakhir.

Di lembar itu terdapat foto yang memperlihatkan Aiden dengan seorang gadis yang sedang fokus membaca buku. Gadis di foto itu terlihat mirip dengan dirinya. Rambut diurai, bercak-bercak coklat yang ada di bagian wajah, bahkan senyum yang dimiliki gadis tersebut hampir sama dengannya.

20 Juni MMCXX

Hari ini hari yang sangat cerah, aku dan Emily bertemu anjing pomeranian yang sangat lucu di taman tadi. Ia hampir tidak mau pulang karena anjing kecil itu. Bisa-bisanya Emily memaksaku untuk membelikan sebuah es krim dan gulali ketika akan pulang. Aku sudah memberi tahunya untuk tidak memakan gulali yang ada di taman. Gulali tersebut memakai pemanis buatan yang dapat membuat dirinya terserang diabetes lebih cepat, anak itu sangat sulit untuk menahan memakan makanan manis untuk sehari saja, ugh. Beruntungnya saat di rumah diriku berhasil membujuk Em untuk belajar fisika. Ia sendiri lupa memiliki tes fisika besok. Semoga sukses Em!

Your handsome brother, Aiden.

Luxie terus tersenyum saat melihat pesan itu. Walaupun terlihat cringe untuk lelaki seperti Aiden menulis diary. Di satu sisi hal ini membuat hatinya luluh kembali. Luxie sekarang bisa melihat kenapa adik kecilnya itu sangat berarti bagi Aiden. Dia benar-benar menunjukan sisi lembut sekaligus seorang kakak yang bisa menjadi panutan untuk adiknya. 

Setelah puas membaca buku harian, Luxie akhirnya memasukannya kembali ke dalam tas. 

+enjarahan pun dimulai, dia mendorong trolinya ke beberapa tempat untuk mengambil barang-barang yang Aiden suruh.

"Album gramophone besar, lem super, metal rod, dan roda plastik. Astaga apa yang sebenarnya ingin ia lakukan terhadap benda-benda ini?"

Troli Luxie hampir penuh dengan benda-benda yang dipinta Aiden. Dirinya pikir Aiden akan melakukan sebuah DIY dengan benda-benda tersebut. Kini ia tinggal mengambil satu benda yang tersisa di bucket list. Sebuah kacamata hitam.

Tak sengaja senter yang dipegangnya pun terjatuh dan menggelinding ke lantai. Ketika akan meraih senter yang ada di kolong rak, Luxie mendengar langkah kaki dari pintu masuk. Refleks, bocah itu mematikan senternya dan berdiri.

Luxie pun mencoba mengintip ke arah pintu masuk toko, bola matanya menjadi besar ketika melihat seseorang yang ada di sana. Seseorang yang tidak ingin ia lihat sekarang. Sang badut dengan senyuman yang khas kini berdiri tegap dengan pisau yang siap menghunus apa saja di depannya.

Matanya bergerak ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu untuk dibunuh. Hingga tatapannya berhenti tepat ke arah di mana Luxie sedang bersembunyi.

Sial, sial, sial!

Panik akan menjadi mangsa baru, Luxie kemudian meninggalkan troli dan melangkahkan kakinya dengan sangat perlahan menuju rak yang lain.

Derapan langkah sang badut pun mulai terdengar ke seluruh ruangan, setiap langkahnya meninggalkan jejak darah di lantai. Siulan dari mahluk hitam itu membuat jantung Luxie berdetak dengan cepat, kepalanya mendadak panas dan kakinya menjadi dingin, gadis itu benar-benar ketakutan.

Luxie kini bersembunyi di bawah meja dekat bagian furnitur. Kedua tangannya memeluk tas Aiden dengan sangat erat. Gadis itu mencoba menstabilkan napasnya, tetapi bayang-bayang sang badut membuat dirinya semakin sulit untuk bernapas.

"Luxie, aku tahu kau sedang bersembunyi sekarang, keluarlah sayang ...."

Luxie tidak sedang bermimpi. Dirinya bisa mendengar jelas suara yang sedang memanggilnya itu adalah suara dari ayah kandungnya sendiri yang telah tiada. Makhluk itu mencoba memancingnya keluar.

"Aku merindukanmu, kau yakin tidak ingin keluar melihat ayahmu ini?"

Hentikan, kumohon hentikan ....

"Apakah kau sudah tidak menyayangiku lagi? Kau tahu kan alasan aku mati karena ulahmu sendiri Lux."

Tidak, itu tidak benar ....

"Kau masih kecil tapi kau sudah menjadi penjahat cilik, hebat sekali."

Kumohon pergi ....

"Kau itu pembunuh. Kau bukan ... anakku."

Luxie tertunduk lemas. Semua kata-kata yang baru saja ia dengar membuat pikiran-pikiran yang selama ini terkubur kembali meluap dan memenuhi kepalanya.

Aku itu ... pembunuh, ya?

Dengan tatapan yang kosong dan tanpa senjata di lengannya Luxie pun keluar dari tempat persembunyian. Tubuhnya berdiri tegak tanpa rasa takut sedikit pun. Kedua matanya berubah menjadi merah, badut itu telah membuka personanya yang lain.

"Let's have some fun shall we?"

Luxie melesat cepat ke arah sang badut, dalam hitungan beberapa detik dia sudah berada di depannya. Serangan pisau dari musuhnya berhasil dihindari. Dengan hasrat membunuh yang kuat, gadis itu berhasil melancarkan tangan kanannya untuk mencekik sang badut hingga jatuh ke lantai. Pisau panjang yang sejak tadi dipegang sang badut kini sudah berada di tangan bocah cilik berdarah dingin, matanya menghitam memantulkan rasa kebencian.

Luxie mendekatkan kepalanya ke arah sang badut ia mulai berbisik,"kau tahu ayah? Anakmu ini memanglah seorang pembunuh."

Pisau itu kemudian ditancapkan berkali-kali pada dahi, mata dan juga mulut sang badut. Darah hitam mengalir dan mengotori seluruh badannya. Tawanya yang keras memenuhi ruangan. Senyuman manis dari wajahnya kini berubah menjadi tatapan keji. Tanpa ia sadari wajahnya sudah dipenuhi dengan air mata. Tangisan itu berasal dari Luxie yang lain. 

🎡🎡🎡

Gadis itu pun meninggalkan toko dan melangkahkan kakinya ke arah ruang darurat seolah tidak terjadi apa-apa. Dikarenakan darah yang menempel di tubuhnya terdapat banyak unknown yang mengikuti pergerakan Luxie.

Terdengar suara dengklikan pintu yang dibuka.

"Akhirnya ...." Luxie pun menyandarkan tubuhnya ke pintu darurat. Napasnya masih belum teraturan. Semua anggota tubuhnya sudah sulit digerakan, ia sangat butuh tidur yang panjang setelah ini. Ia pun tersadar pintu darurat ini hanya memiliki akses tangga sebagai penghubung untuk naik ke lantai berikutnya.

"Sial."

~***~

Hello! Asik authornya lagi semangat update nih! Jadwalnya udah mulai stabil lagi keknya, ya wkwk. Jangan lupa klik tombol bintang di pojok kanan dan tinggalkan jejak! Thank, you! 

Sincerly, Xenon.

1590 Words

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro