Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 18: Obstacle Race

Lomba lari halang rintang yang brutal akan dimulai. Semua peserta bersiap di dekat gerbang keluar stadion. Yukina yang berdiri jauh di belakang memerban telapak tangan kirinya, bertujuan agar dapat mengaktifkan kegelapan kala teriknya siang.

Yukina mengepalkan tangan kirinya kuat-kuat. Nampak kilatan tajam di mata dinginnya yang menatap jauh ke depan. Semangatnya semakin membara ketika lampu hijau di atas gerbang mulai padam satu per satu.

"START!" seru Midnight.

Seluruh peserta mulai berlari keluar gerbang secara bersamaan. Hanya menyisakan Yukina yang masih diam di belakang.

[Present Mic]: "Saa, lomba sudah dimulai! Apa kau siap berkomentar, Manusia Mumi?"

[Eraser Head]: "Kau sendiri yang memaksaku, 'kan?"

[Present Mic]: "Langsung saja, Manusia Mumi! Rintangan pertama?"

[Eraser Head]: "Sekarang saatnya.."

Aizawa benar, rintangan pertama sudah dimulai sejak start. Dengan gerbang yang tergolong sempit untuk dilewati seluruh peserta, jangankan berlari, bergerak saja tak bisa.

Itulah alasan kenapa Yukina yang paling anti-keramaian masih berdiri di belakang. Mana sudi dia berdesak-desakan layaknya orang berebut foto bareng presiden begitu.

Yukina menyeringai kecil, "Lucky."

Jika peserta lain menganggap gerbang keluar sebagai rintangan, maka Yukina malah sebaliknya. Dia diuntungkan karena gerbang bagaikan terowongan itu cukup gelap, membuat quirknya semakin menguat tanpa perlu tenaga ekstra.

Yukina meletakkan tangan kirinya ke tanah, "Minggir, noob! Calon Pahlawan Terhebat mau lewat."

Seketika kegelapan merayap menuju gerbang dengan cepat. Kini bagian dalam gerbang diselimuti kabut hitam yang menyebabkan pandangan semua peserta mengabur. Perlahan namun pasti, tubuh mereka merasakan beban yang berat hingga rasanya seperti ingin menyatu dengan tanah.

"Gravity Press, Level 01."

BRUKK!! Begitu Yukina mengaktifkan jurusnya, semua orang dalam terowongan langsung jatuh ke tanah. Mereka saling menimpa satu sama lain karena ditarik oleh gravitasi kegelapan yang kuat.

Jalan keluar Yukina sudah terbuka lebar sekarang. Tanpa membuang waktu, dia langsung berlari meninggalkan garis start. Orang-orang di dalam terowongan bagaikan karpet merah yang Yukina injak seenak jidatnya.

"Apa-apaan kabut hitam ini?!"

"Sial! Aku tidak bisa bergerak!"

"Tidak hanya orangnya saja, quirknya juga menyebalkan!"

Begitulah kira-kira komentar peserta lain yang dilanda kebingungan serta kekesalan pada Yukina. Namun, si penyebab masalah malah terus berlari tanpa memedulikan kaum-kaum yang terinjak.

"Aku 'kan sudah bilang, kalian semua akan jadi batu loncatanku," sahut Yukina datar. Rupanya dia benar-benar memaknai 'batu loncatan' secara harfiah.

Tiba-tiba Yukina merasakan hawa dingin datang dari belakang. Kepalanya refleks menoleh, es menjalar dari dinding stadion yang telah membeku menuju ke arahnya.

Peserta lain bagaikan "sudah jatuh, ditimpa tangga pula". Belum terbebas dari kegelapan Yukina, mereka harus berpasrah diri membeku berkat es Todoroki.

Yukina mendecih, 'Tidak kusangka kegelapan level-satuku bisa dibekukan. Aku terlalu meremehkannya,' batinnya kesal.

Yukina melompat untuk menghindar dari serangan es Todoroki. Agar tidak tergelincir di lintasan yang licin, Yukina menciptakan Dark Path untuk berpijak. Di belakangnya, siswa 1-A lain mengejar menggunakan quirk masing-masing.

"Kalian terlalu naif, Yukina-san, Todoroki-san!" seru Yaoyorozu.

Yukina berdecak kesal, tidak terima jika dibilang 'naif' dalam pertarungan. Dalam hatinya, ia mengutuk cewek ekor kuda itu.

Yukina memang sengaja tidak memaksimalkan Gravity Press-nya. Jika dia mengerahkan gravitasi kegelapan sampai ke level tertinggi, pasti semua tubuh peserta hancur berserakan seperti serpihan kaca.

Nomu saja sampai rebahan di tanah, apalagi para kroco itu? Hei, Yaoyorozu, setidaknya hargailah Yukina yang sudah berbaik hati tidak menimbulkan korban jiwa dalam lomba ini.

"Tidak semudah itu, Mendokusai Onna! Hanbun Yaro!" teriak Bakugo penuh emosi.

Bakugo semakin memperbesar ledakannya untuk menyusul Yukina-Todoroki yang memimpin sementara.

Yukina yang tidak menoleh hanya menghela napas panjang. Dia paling malas berhadapan dengan orang berisik nan ngegas macam Bakugo.

"Seharusnya kau belajar dari nasihatmu sendiri, Yukina.." kata Todoroki yang menyusul Yukina. "...Untuk tidak menahan diri," lanjutnya dingin.

Yukina melirik. Dari sudut matanya, terlihat Todoroki semakin mendekat. Jika Yukina tetap berlari dengan kecepatan statis, si Icyhot itu pasti akan menyusulnya.

Yukina menghela napas, "Baiklah. Aku takkan menahan diri lagi."

Yukina meningkatkan kecepatan larinya. Saking cepatnya, itu kurang tepat jika disebut berlari. Layaknya teleportasi, gerakan blink itu membuat Yukina berpindah dengan cepat. Todoroki terkejut. Saat ia berkedip, Yukina sudah tidak ada di hadapannya.

Yukina berhenti karena robot-robot raksasa menghadang langkahnya. Dia menatap datar lima robot raksasa dan puluhan robot mini yang sudah menguncinya sebagai target.

[Present Mic]: "Aizawa Yukina dari kelas 1-A, melesat meninggalkan peserta lain jauh di belakang! Dengan ini, dialah peserta pertama yang sampai di rintangan pertama, Robo Infernooo!!~ Bisakah dia melewatinya?! Dalam hatiku, kuingin melihat wajah tripleksnya penyek seperti remahan rempenyek!"

[Eraser Head]: "Bisakah kau bersikap objektif dalam berkomentar?"

[Present Mic]: "Semuanya akan terekam oleh robot kamera! Saa, saa.. Mari kita saksikan kemampuan sesungguhnya dari murid rekomendasi Kepala Sekolah!"

[Eraser Head]: "Oi! Kau tidak mendengarkanku, ya?!"

Yukina mendecih, "Jika kalian seimut Bumblebee, aku takkan tega menghancurkan kalian, tapi..."

Semua robot bergerak mendekati Yukina yang menekuk lututnya, mengambil ancang-ancang untuk melompat. Muncul lingkaran hitam semikeunguan yang menjadi pijakannya.

Secara serentak, seluruh robot melancarkan pukulan besinya. Namun, mereka kalah cepat dengan Yukina. Yang mereka tinju hanyalah tanah karena sang target sudah melompat tinggi untuk menghindar.

"...Kalian cuma besi rongsokan bodoh bagiku," lanjut Yukina yang melayang di udara. Tangan kirinya mengeluarkan kegelapan yang membentuk busur. Anak panahnya diarahkan ke kumpulan besi di bawah sana.

"Jika aku terhenti di sini, ayah sialan itu pasti akan menertawaiku sampai ngakak," gumam Yukina datar. "Maaf, ya. Kalianlah yang akan penyek."

Cahaya ungu yang melapisi anak panah Yukina menerang, seakan memusatkan seluruh kekuatannya sebelum ditembakkan. Begitu terlepas dari busur, anak panah yang semula berjumlah satu kini membelah diri menjadi banyak. Semua melesat menghujani Robo Inferno, menimbulkan ledakan masif nan hebat. Tanah yang hancur bergetar hebat, bahkan guncangannya terasa sampai ke stadion.

Dalam sekejap, semua robot rata dengan tanah. Yap, semua robot, termasuk robot kamera yang bertugas mengabadikan momen kehancuran tersebut. Big thanks to Yukina, kini penonton hanya bisa melihat layar yang seperti TV bersemut.

Yukina mendarat dengan sempurna di tanah yang telah luluh lantak. "Ups.. Sepertinya aku lupa bilang kalau serangan masif adalah keahlianku.." katanya tanpa berdosa. Yukina terus melangkah maju tanpa memedulikan kekacauan di belakang akibat aksinya.

[Present Mic]: "NANIII?!! Yukina dari 1-A, menerobos dari depan dan meluluhlantakkan semua yang menghadangnya tanpa sisa! Though she may look cute, she's monstrously cruel!"

[Eraser Head]: "Dia sudah memastikan peserta lain tidak terkena dampaknya karena mereka jauh di belakang. Makanya, dia tak ragu mengeluarkan serangan berskala besar."

[Present Mic]: "Tapi skalanya kira-kira, dong! Kalau begini, mana bisa kita melihat peserta lain?!! Hei, Yukina! Uang jajanmu harus dipotong untuk memperbaiki kerusakan ini!"

"Urusai, Noise-sensei," ketus Yukina.

Meski layar stadion hanya menampilkan glitch, semua penonton menganga berkat kehebatan Yukina. Sesaat sebelum kamera rusak, mereka dapat melihat aksi penghancurannya. Ditambah lagi dentuman dan guncangannya yang terdengar sampai stadion sempat membuat penonton panik.

"Sudah kuduga, Yukina benar-benar bersinar dalam lomba ini, ya. Dia membuat peserta lain terlihat lemah.." komentar Snipe. "Bukankah levelnya sudah setara dengan prohero?"

"Ya. Meski penampilan yang lain tidak buruk, tetap saja Nak Yukina-lah yang menarik perhatian penonton," All Might menyahut setuju. 'Dia benar-benar menunjukkan kelasnya di sini.. Ayahnya saja seorang monster, apalagi anaknya?'

Kamera telah diperbaiki. Nampak peserta lain sampai di rintangan pertama setelah Yukina menghabisi Robo Inferno. Meskipun bekas kerusakan masih berserakan di sana-sini, pihak U.A kembali menyediakan banyak robot untuk menghadang peserta.

Siswa 1-A tetap maju menggunakan quirk masing-masing. Seperti Todoroki yang membekukan Robo Inferno dalam sekali serangan atau Bakugo yang menerobos lewat jalur udara.

Kembali ke Yukina yang memimpin jauh di depan. Dia menghela napas, "Meski kubilang ini pemanasan, aku bahkan tidak berkeringat sedikitpun," gerutunya di sepanjang jalan.

Yukina sampai di rintangan kedua. Nampak dataran-dataran berjauhan yang dipisahkan oleh jurang. Hanya ada tali yang menghubungkan dataran satu dengan yang lain.

[Present Mic]: "Hey! Hey! Hey! Sang pemimpin lomba ini memang membuat rintangan pertama terlihat mudah, tapi.. Bagaimana dengan rintangan kedua? Kalau terjatuh, out! Kalau tidak mau begitu, merayaplah! The Faaaaalll!~"

"Mana sudi aku merayap di tali kotor itu," tolak Yukina ketus. "Yah, tapi arena ini sangat tepat untuk menunjukkan hasil latihanku."

Yukina mengambil ancang-ancang. Kakinya yang mengeluarkan kegelapan langsung melesat melompat ke dataran lain. Gerakannya begitu gesit dan efisien, tidak terlihat adanya gerakan sia-sia. Yukina membuat Dark Path yang berjejer di sepanjang tali, memudahkannya untuk berpijak tanpa takut jatuh terjerumus ke jurang.

Kemampuan parkour berkat latihan keras bersama All For One ditambah selama dua minggu ini Yukina pulang pergi sekolah-rumah lewat jalur atap warga, membuatnya melewati The Fall semudah mematahkan lidi.

[Present Mic]: "Yukina dari 1-A, sang pemimpin Obstacle Race, menunjukkan kebolehannya dalam melewati The Fall! Siapa sangka Tukang Molor yang mageran bisa bergerak selincah itu?! Kemampuannya sebagai murid jalur rekomendasi memang bukan isapan jempol semata!"

[Eraser Head]: "Sebenarnya kau berniat memuji atau menghinanya, sih?"

Penonton berdecak kagum melihat Yukina memimpin jauh di depan. Layar stadion menayangkan Yukina yang berlari dengan wajah tertutupi bayangan hoodienya.

"Bukankah posisi pertama terlalu jauh, ya? Apa dia benar-benar murid kelas satu?" tanya salah satu prohero takjub.

"Baru kali ini aku melihat ada murid yang bisa membuat serangan sebesar itu," ujar prohero lain menimpali.

"Quirknya memang hebat, tapi kemampuan fisiknya juga di atas rata-rata. Pasti banyak yang berebut ingin menjadikannya pendamping, ya!" tambah yang lain.

Todoroki berselancar dengan esnya di atas tali. Asui merayap dengan quirk kataknya. Bakugo melesat di udara dengan ledakannya. Masing-masing peserta menggunakan quirk mereka untuk menyelesaikan rintangan tersebut.

[Present Mic]: "Yang di depan sudah melewatinya sedangkan yang di belakang masih berjuang keras! Karena belum ada pengumuman berapa banyak yang lolos, tidak perlu khawatir dan teruslah maju!"

Yukina sudah tiba di rintangan terakhir. Danger Mines, tanah tandus yang dipenuhi ranjau. Tanda ranjau terlihat jelas berupa lingkaran bekas galian. Jarak antar ranjau yang berdekatan membuatnya harus menurunkan kecepatan dan berpijak dengan hati-hati.

[Present Mic]: "Akhirnya sampai juga di rintangan terakhir! Sosok yang disembunyikannya adalah... Ladang penuh ranjau! Kalau melihatnya dengan cermat, kalian akan tahu lokasinya, kok! Gunakan baik-baik mata dan kaki kalian!"

"Mendokusai. Arena ini mengingatkanku pada Bom Hidup itu," komentar Yukina malas. Dia melangkah dengan hati-hati, tidak ingin tubuhnya meledak gara-gara ranjau darat.

[Present Mic]: "Ngomong-ngomong, ranjau ini digunakan untuk perlombaan jadi daya ledaknya tidak seberapa! Tapi karena kilauan dan suaranya keras, bisa bikin kalian mengompol, lo!"

[Eraser Head] : "Tergantung orangnyalah."

Yukina tersentak mendengar penjelasan tersebut. "Bodohnya aku berpikir daya ledaknya akan sebesar bom atom Hiroshima dan Nagasaki," gumamnya kesal. Terkutuklah Present Mic yang tidak menjelaskan dari awal.

"Aku harus segera melewati ini agar bayang-bayang teroris itu menghilang dari otakku," gumam Yukina datar.

Kaki Yukina mulai diselimuti kegelapan. Di depannya muncul banyak Dark Path yang sedikit melayang di atas permukaan tanah. Tanpa membuang waktu, Yukina berlari memijak Dark Path-nya dengan kecepatan bak orang dikejar utang.

"Jangan mendahuluiku, Cewek Mendokusai!"

Yukina tersentak mendengar suara berat nan khas dari belakang. Tanpa menoleh pun, dia tahu siapa yang berteriak-teriak seperti penjual sayur di pasar itu.

Siapa lagi kalau bukan Granat Berjalan 1-A? Baru dibicarakan, Bakugo langsung menerjang Yukina dengan ledakannya.

"Cewek-Mendokusai-Sialan! Jangan menerima pernyataan perang..." Bakugo mengayunkan tangan kirinya, siap meledakkan Yukina sepenuh hati, "...dari orang yang salah!" lanjutnya penuh amarah.

Saat ledakan keluar dari tangan Bakugo, Yukina refleks menghindar dengan sedikit memundurkan tubuhnya.

[Present Mic]: "Di sinilah yang memimpin mulai berubah! Berbahagialah mass media, inilah pertikaian yang kalian sukai! Baguuus!! Ledakkan dia, Bakugo! Aku tidak terima si Tukang Molor bisa memimpin sejauh ini!"

[Eraser Head]: "Kau ini subjektif sekali, ya.." *sweatdropped*

Yukina menghela napas, "Mendokusai.. Di bawah ada ranjau, di samping ada bom hidup. Apa ini tidak bisa lebih buruk lagi?"

Pernah mendengar pepatah, 'Ucapan adalah doa'? Selamat Yukina, doamu terkabul.

Belum selesai berurusan dengan Bakugo, Todoroki langsung membekukan tanah di sepanjang jalan dan berlari menuju Yukina-Bakugo. Bagus, kini Yukina diserang dari dua arah. Bakugo dengan ledakannya, Todoroki dengan esnya.

"Jangan ikut campur, Setengah-Setengah Sialan! Akulah yang akan mengalahkan Cewek-Mendokusai-Sialan ini!" geram Bakugo.

"Seharusnya itu kata-kataku," sahut Todoroki dingin.

Dengan ekspresi datar nan santuy-nya, Yukina yang menjadi target penyerangan pun angkat bicara, "Bisakah kalian baku hantamnya di tempat lain?"

[Present Mic]: "Saa-saa-saa!! Para peserta yang tertinggal mulai mengejar! Tapi, selama mereka saling serang-menyerang, siapakah yang akan memimpin di medan ini?!"

Masih berlanjut aksi saling serang antara Bakugo-Todoroki kepada Yukina. Lama-kelamaan Yukina tidak tahan terus menghindari mereka.

Yukina menghela napas, "Cukup. Kubereskan kalian sekaligus."

Saat ledakan Bakugo dan es Todoroki menyerang secara bersamaan, Yukina melindungi diri dengan barier kegelapan yang berbentuk bola. Sontak Bakugo dan Todoroki terdorong ke belakang karena serangan mereka terpental berkat bola kegelapan.

"Apa?!" Todoroki terkejut, tak menyangka esnya dapat dihempaskan semudah itu.

"TEME!! Keluar kau, Cewek-Mendokusai-Sialan!" geram Bakugo.

"Baiklah," Yukina bersiap membuat kegelapan masif, "Tapi aku tidak bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi selanjutnya."

Tiba-tiba terdengar ledakan hebat dari belakang, disertai cahaya yang menyilaukan mata. Kegelapan Yukina seketika lenyap sementara Bakugo dan Todoroki menoleh dengan ekspresi terkejut.

Yukina mendecih, "Sekarang apa?"

[Present Mic]: "Ada ledakan besar dari belakang! Daya ledak yang luar biasa! Kebetulan, kah?! Atau disengaja?! Midoriya Izuku dari kelas A, melesat menggunakan ledakan!"

Midoriya berpegangan pada besi robot yang dikalahkan Todoroki sebelumnya. Kini Midoriya melesat jauh ke depan, meninggalkan Bakugo, Todoroki, dan Yukina yang mematung.

Yukina menyeringai, "Dark horse sudah bergerak, ya.."

Bakugo, Todoroki, dan Yukina segera mengejar Midoriya. Ketiganya seakan melupakan pertikaian sebelumnya dan fokus untuk mendahului Midoriya yang memimpin.

[Present Mic]: "Mereka bertiga yang tadinya memimpin dan saling menghalangi satu sama lain, kini mengejar Midoriya! Karena mengejar musuh yang sama, perseteruan mereka pun terhenti! Tapi, perseteruannya akan berakhir tidak, ya?!"

[Eraser Head]: "Kau ini bicara apa?"

Sebentar lagi Midoriya mendarat dengan posisi yang tidak sempurna. Bakugo dan Todoroki kini sudah berada tepat di sampingnya sementara Yukina masih cukup jauh di belakang. Midoriya berpikir keras apa yang harus dilakukan untuk mendarat.

'Selama aku masih memimpin di depan, inilah kesempatanku!' pikir Midoriya. Tangannya meraih tali lempengan besi, 'Aku takkan melepaskannya!'

Midoriya membalik tubuhnya lalu mendaratkan masing-masing kaki di pundak Bakugo dan Todoroki. Ia menarik tali lempengan besi, siap dibanting ke tanah. Yukina tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung melesat menuju Midoriya.

"Orang sepertimu-lah yang membuat permainan ini semakin menarik, Izuku," gumam Yukina.

Yukina melompat dan mendaratkan kaki kanannya ke pundak Midoriya sebelum lempengan besi terbanting ke tanah. Yukina melontarkan tubuhnya dengan Midoriya sebagai papan tolakan. Gerakan tuck di udara itu begitu sempurna, Yukina pun melesat ke depan dengan backflipnya.

[Present Mic]: "What a surprise!! Bahkan di tengah situasi kemelut itu, Yukina malah memanfaatkan Midoriya sebagai batu loncatannya! Dia punya kecepatan dan refleks yang luar biasa!"

Bakugo dan Todoroki terkejut, kini Yukina kembali mengambil tahtanya sebagai pemimpin Obstacle Race.

Tolong jangan tanyakan nasib Midoriya yang me-nyungsep ria, alias tersungkur ke tanah dengan tidak elit.

Yukina yang melayang di udara membalik tubuhnya agar mendarat dengan sempurna. "Maaf, Tuan-Tuan. Ladies first," katanya datar.

BOOM!! Setelah berkata begitu, ledakan hebat terjadi di belakang Yukina, mengenai Bakugo, Todoroki, dan Midoriya dengan telak. Namun, Yukina tidak peduli dan langsung melesat meninggalkan kaum adam di belakangnya.

[Present Mic]: "Tanpa membuang waktu, Yukina kembali mengambil momentum perlombaannya! Dia meninggalkan lawannya di belakang dan bergegas menuntaskannya! Tipe orang yang terus maju ke depan, ya! Eraser Head, kelasmu hebat sekali! Apa yang kau ajarkan pada mereka?!"

[Eraser Head]: "Aku tidak mengajari apapun. Mereka sendiri yang terlalu bersemangat." (Akhirnya Yukina punya kemauan untuk menunjukkan yang terbaik.)

Mata Yukina mendapati pemandangan stadion, menandakan dirinya hampir sampai di garis finish. Adrenalin membanjiri tubuhnya, seolah-olah ada dorongan kuat yang tak bisa menghentikan larinya.

'Benar juga. Aku telah berlari bermil-mil untuk menghindari pertarungan...' pikir Yukina. Soal lari-larian mungkin dialah jagonya, mengingat Yukina telah melarikan diri dari sang ayah.

Bagaikan kilas balik kehidupan, Yukina dapat melihat kepingan memorinya sendiri ketika berlari dalam gelapnya lorong gerbang stadion. Terlihat cahaya di ujung lorong layaknya jalan keluar dari kegelapan yang kelam.

'Tapi... Saat pertarungan sudah dimulai, aku takkan mundur satu inci pun,' lanjut Yukina dalam hati.

[Present Mic]: "Festival Olahraga U.A kelas satu! Siapa yang bisa memprediksi perkembangannya akan sehebat ini?!"

[Eraser Head]: "Kau mengabaikanku?!"

[Present Mic]: "Saat ini, peserta yang pertama kali kembali ke stadion adalah....!!?"

Yukina tersenyum tipis. Aneh, padahal dia tahu Bakugo dan Todoroki sedang mengejarnya dari belakang seperti orang mengejar penjambret. Namun tetap saja Yukina tak bisa membendung senyumnya untuk merekah, meski hanya berupa kurva super tipis. Yukina pun memasuki stadion sebagai peserta pertama yang telah finish.

[Present Mic]: "....Siapa lagi kalau bukan Aizawa Yukina dari kelas 1-A!!!"

Gemuruh penonton bersorak memenuhi lapangan diiringi musik yang epik. Terpampang foto Yukina sebagai pemenang lomba lari halang rintang. Para guru ikut bertepuk tangan untuk kemenangan Yukina.

"Hiyaaa.. Siapa sangka Yukina bisa menang?! Padahal dia selalu molor di kelas, ya, Eraser Head!" celutuk Present Mic sambil menyikut Aizawa.

"Dia pasti bisa kalau berniat," sahut Aizawa datar.

Sang pemenang masih mengatur napas setelah berlari. Yukina menyentuh dadanya, merasakan jantungnya yang berdegup kencang. Bukan karena cinta, melainkan luapan emosi kepuasan dengan hasil yang dia capai sekarang.

Yukina menyipitkan pandangan, salah satu matanya tertutup agar terlindung dari cahaya stadion yang menyilaukan. Tangan kanannya ikut berperan sebagai topi untuk menghalangi sinar matahari. Setitik keringat mengalir melewati pipinya namun tak ia hiraukan. Yukina fokus menikmati pemandangan stadion dimana penonton menyambutnya dengan suka ria.

Kamera mulai menyoroti Yukina, close-up menuju wajah dinginnya yang nampak tak kelelahan meski sudah berlari 4 km. Well, mungkin setelah ini Yukina akan dibanjiri tawaran menjadi model iklan Pokari Sweet.

"Akhirnya selesai juga. Aku sangat lelah," ujar Yukina malas. Dia menyentuh kakinya sendiri yang terasa reumatik, "Mendokusai. Ini benar-benar merepotkan.."

Todoroki dan Bakugo sampai tak lama setelah Yukina finish. Yukina melirik kedua pemuda yang ngos-ngosan itu, 'Aku tahu ini mudah bagiku, tapi.. Mereka tangguh juga.'

Bakugo memegangi tangannya yang sakit, nampaknya dia terlalu memaksakan ledakannya sepanjang balapan. "Sial, lagi-lagi... Cewek sialan!" geram Bakugo.

Todoroki menatap Yukina yang berdiri tak jauh darinya dalam diam. Tak lama kemudian, Todoroki mengalihkan pandangannya dan pergi.

[Present Mic]: "Saa! Peserta lain pun mulai memasuki finish! Hasil akhir akan ditampilkan nanti! Yang penting sekarang, selamat untuk semuanya!"

Midoriya langsung jatuh berbaring dengan napas terengah-engah. Yukina menghampirinya, "Kau ngos-ngosan. Atur napas dulu sebelum berbaring."

Midoriya terkejut saat Yukina mengulurkan tangan untuk membantu duduk. Dengan malu-malu, Midoriya pun menerimanya.

Yukina mengusap kepala belakangnya yang tak gatal, "Soal tadi... Maaf."

"Eh?" Midoriya menatap tak percaya. Yukina yang egois itu meminta maaf kepadanya? Sedetik kemudian, Midoriya paham. Yukina merasa bersalah telah menjadikannya papan tolakan tadi.

"T-Tidak.. Justru aku berterima kasih padamu," sahut Midoriya malu-malu. "Kau.. Kegelapanmu.. menyelamatkanku dari ledakan tadi. T-terima kasih.." ucapnya pelan.

Benar, saat kaki Yukina mendarat di pundak Midoriya, Yukina membuat barier kegelapan untuk melindunginya dari ledakan. Mungkin Yukina tak tega jika Midoriya yang polos itu harus terkena ledakan. Kalau Bakugo dan Todoroki mah, Yukina tak peduli.

"Tubuh bagian atasmu tidak stabil. Rahang dan lenganmu terlalu ke atas.." Yukina mengalihkan pandangannya dari Midoriya, "Jika kau memperbaiki postur tubuhmu saat berlari, mungkin kau bisa melewatiku," lanjutnya pelan.

"Eh? Kau bilang apa?" tanya Midoriya yang tak mendengar lanjutan Yukina.

"..Bukan apa-apa," jawab Yukina. Dia melemparkan sebuah lolipop kepada Midoriya, "Otsukare, Izuku," ucapnya datar lalu pergi.

Midoriya melongo, gagal paham kenapa Yukina memberinya permen. Yah.. Anggap saja itu sebagai ucapan terima kasih Yukina karena Midoriya telah membuat perlombaan ini semakin menarik.

"Untuk sekarang, aku berhasil melewati first stage, ya.." gumam Yukina sambil memasukkan permen lolipop ke mulut. Dia memilin batang lolipop kuat-kuat.

'Lihat saja, Pak Tua. Akan kubuktikan kepadamu, kalau aku bisa menjadi pahlawan dengan caraku sendiri.'

#18
Walk a mile to avoid a fight.
But when one starts, don't back down an inch.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro