BAB 12
Enam bulan kemudian ...
"Thar, muka lo kok pucet sih? istirahat gih sana di UKS," saran Dewa yang berdiri di samping barisan Thara.
Ya, setiap minggu SMK Faryas mengadakan upacara bendera, tak pernah absen. Begitu juga dengan para murid yang wajib ikut serta.
"Ngga apa-apa, Wa. Ngga pusing kok," balas Thara.
Kok aneh, gue ngga ngerasa apa-apa tapi malah dilihat pucet sama orang lain. Udah lima orang yang bilang gitu, batin Thara terusik.
"Thar, lu bener ngga apa-apa?" tanya Intan di depannya.
"Iya, Ntan. Emang kenapa sih?"
"Seriusan muka lo pucet maksimal," sambung Khirana.
"Tapi gue ngga ngerasa apa-apa, Na. Udah ah, bosen denger ceramah kalian." Thara memilih fokus terhadap upacaranya.
"Kepada sang Saka Merah Putih, Hormattt ... gerak!"
Alunan melodi lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratma menjadi lagu pengiring berkibarnya bendera kebangsaan Indonesia.
Kamu akan mati!
"E-eh-ehh! Thar," Intan menahan tubuh Thara yang terjatuh pingsan, "Thar, ih bangun euy."
Tim PMR yang bertugas pun membawa tubuh Thara menuju UKS bersama Intan. Andi dan Ferdi yang berdiri cukup jauh dari barisan perempuan pun lantas melihat seorang siswi yang tampak tak asing di wajah mereka bergegas mengikuti tim PMR menuju UKS.
"Tharaaa!"
"Fer, tenang. Kalo lo ngga tenang, akan bahaya buat Thara dan yang lain," ujar Andi mengingatkan.
Andi dan Ferdi mengekori Intan yang sudah masuk terlebih dahulu ke dalam ruang UKS yang cukup besar tersebut. Ketika TIM PMR berusaha memindahkan Thara menuju bed, Andi menahannya.
"Taroh Thara di bed bawah, jangan di atas!"
"E-eh, iya, Kak."
"Thara, kenapa? Kok bisa kaya gini lagi sih, hm. Padahal enam bulan ini kamu sudah bisa menahan semuanya lho," tanya Andi meskipun tak mendapat jawaban dari si empunya.
"Kak, Thara kenapa?" tanya Intan penasaran.
"Ngga apa-apa, kamu balik aja gih baris. Thara biar saya dan abangnya yang jaga," pinta Andi.
Intan mengangguk paham dan kembali ke barisannya bersama tim PMR.
"Anak ini akan mati!"
"Dia tidak akan mati, kamu tidak punya kuasa untuk melakukanya."
"Mungkin saya tidak, tapi Prabu saya bisa!" ujarnya lantang.
Tubuh Thara berdiri dan menari layaknya penari jaipong handal sembari tersenyum dan menyanyi.
"Ngapain kamu seperti ini?"
"Menikmati tubuh ini dan mengambil jiwanya hahahaha!" tubuh Thara terus menari tanpa henti.
"Untuk apa kamu menganggu dia?"
"Untuk kuserahkan raganya pada Prabu, dan kutarik jiwanya menuju duniaku."
"Siapa Prabu-mu?" tanya Ferdi naik pita hitam.
"Tidak perlu tahu, tugasku cukup menyiksa dia hahahaha."
Andi menghampiri tubuh Thara lantas mencoba mengeluarkan entitas yang berada di dalam tubuh Thara dengan mengusap punggung menuju tengkuknya.
"Hahahaha, ngga akan bisa. Anak ini lemah!"
"Makanya, jangan ganggu, ngapain sih?"
"Mau manasin? Silahkan aja, tapi saya ngga akan keluar dari tubuh anak ini hahaha." Thara terus tertawa dan menari tanpa henti.
"Apa tujuan Prabu-mu mau menghancurkan anak ini?"
"Karena anak ini menghalangi keinginan Prabu-ku, maka di harus dihapuskan!" Thara melotot kepada Andi sebagai reaksi emosi dari si entitas dalam tubuhnya.
"Apa tujuan Prabu-mu?"
"Itu bukan urusan saya!"
"Lalu mengapa kamu mau menuruti perintahnya?!"
"Karena, bila tidak kulakukan aku akan dihapus seperti suamiku," ujar si entitas menangis terduduk.
"Prabu-mu memusnahkan suamimu?"
Entitas dalam tubuh dara mengangguk.
"Keluar dari tubuh anak ini sekarang dan akan kujamin kau tidak akan dihapuskan olehnya," ujar Andi menawarkan.
"Bagaimana bisa?"
"Aku yang akan mengurusnya nanti, saya mohon, dia tidak bersalah. Apa kamu punya masalah dengan anak ini hm?"
"Tidak, dia anak yang baik, setiap pagi ia selalu menegurku ketika ia sampai di sekolah. Jujur aku juga tidak mau memaksakan diriku masuk ke dalam tubuhnya. Namun, aku di ancam oleh Prabu-ku, bila aku tidak menuruti perintahnya, aku akan dimusnahkan seperti suamiku." entitas tersebut menangis.
"Siapa namamu? Akan saya bantu agar kamu tidak berurusan lagi dengan Prabu-mu, tapi berjanjilah agar tidak mengganggu anak ini lagi!"
"Ganesha Brahman."
"Pergilah, akan kuurus Prabu-mu setelah ini."
Tubuh Thara ambruk seketika di lantai. Ferdi menggendongnya menuju kasur UKS. Sementara Andi pergi ke ruang guru mencari Prabu yang dimaksud oleh entitas tadi.
Lo berani macem-macem sama gue, lo akan tau akibatnya! ujar Andi dalam hatinya.
Langkahnya ia percepat menuju ruang guru hingga menemukan sosok yang ia cari.
"Pak Putra, bisa bicara sebentar?"
"Iya, ada apa?" nampak wajah panik dan pucat di wajah Putra, guru mata pelajaran kewirausahaan itu.
"Mari ke luar sebentar, Pak." Andi berjalan menuju luar ruang guru diikuti Putra.
"Ada apa ya?"
"Apa maksud bapak melakukan itu semua?"
"Melakukan apa maksud kamu?" Putra masih mengelak.
Jika kalian suka dengan karyaku jangan lupa divote dan dikomen, kenapa kalian suka dengan ceritaku. Dan komen juga kalau kalian ngga suka sama ceritaku, sertai asalannya. Agar penulis bisa memperbaiki diri baik dari karakter tokoh, alur cerita, sampai penggunaan EBI. Penulis akan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro