Part 9
Jum’at malam, hari ini pun Takao dan Haruna tetap menginap di tempat Yuza. Sebelumnya mereka sempat singgah ke supermarket untuk membeli beberapa potong pakaian, lebih tepatnya untuk dipakai Haruna dan Takao ketika menginap di tempat Yuza.
Berhubung besok sudah masuk libur akhir pekan, jadi mereka memutuskan untuk mulai mengugkapkan misteri yang ada—tentunya dengan arahan seorang Matsumoto Takao.
Seperti kemarin malam, Haruna tidur di kamar Yuza dan Takao tidur di living room bersama Yuza. Saat itu pun Yuza memilih untuk terus terjaga di malam hari. Namun, kali itu Yuza bukan ditemani Kei, tapi Takao yang sejak tadi terus terbangun karena merasa tidak nyaman.
Takao bercerita kepada Yuza bahwa ia merasa seperti ada sesuatu yang selalu menarik pelan rambutnya dan bahkan ia dapat mendengar suara tawa seorang anak kecil ketika ia mulai tertidur, saat mendengar itu semua Yuza hanya mendengarkan saja tanpa memberikan sebuah solusi.
Andai Takao tahu kalau saat itu yang Yuza lihat adalah seorang wanita bergaun putih terus mempermainkan rambutnya, dan ada seorang anak laki-laki yang terus berlarian di sekitar mereka, mungkin Takao sudah langsung lari dan tidak mau lagi menginap di tempat itu.
Yuza tahu malam itu mereka ingin mengganggu Yuza, satu-satunya manusia yang dapat melihat mereka di tempat itu, tapi mereka malah berbalik mengganggu Takao.
Untuk malam itu Kei tidak ada di sana untuk menjauhkan Yuza dari hantu-hantu jahil itu. Yuza tidak tahu sahabat tak kasatmatanya itu pergi bermain ke mana, tapi memang tak jarang Kei selalu pergi tiba-tiba tanpa mengatakan sesuatu kepada Yuza.
“Ngomong-ngomong, aku penasaran tentang sesuatu.” Kata Takao memulai percakapan.
“Kei itu wujudnya anak kecil ya? Seperti anak SD gitu? Dan wajahnya hampir sama sepertimu.. hmm.. bagaimana ya bilangnya, pokoknya kayak blasteran gitu, terus bajunya juga ngga kayak orang Jepang pada umumnya, benar ngga?”
Pertanyaan panjang Takao berhasil membuat Yuza terkejut, padahal sebelumnya dia tidak pernah memberitahukan wujud Kei sampai sedetail itu.
“Bagaimana kau tahu itu semua?”
Takao seketika merinding, ia tidak menduga bahwa yang pernah dia lihat itu adalah Kei.
“Saat aku datang ke tempat ini pertama kalinya untuk mengantar kari buatan nenekku, aku bertemu dengan anak itu. Awalnya aku bertanya ke resepsionis, dan bahkan mengetuk semua pintu apartemen di lantai 2, tapi mereka semua jawabannya sama, bahwa yang namanya Yuza tidak ada di tempat ini,”
“Aku sempat naik ke lantai tiga, tapi baru melihat tangganya saja aku sudah takut karena hampir tidak pencahayaan di situ, tapi saat aku ingin berbalik pulang aku tiba-tiba melihat seorang anak kecil menatapku dari balik tangga di lantai 3, saat itu dia sambil melambaikan tangannya seperti memanggilku. Ketika aku menghampirinya dia lalu menunjuk pintu lantai 3 seperti ingin aku membuka pintu itu untuknya. Saat aku membuka pintu itu dia tiba-tiba menghilang, dan saat itu pun aku juga melihat lampu menyala di depan salah satu pintu di ujung koridor lantai 3 ini.”
“Jadi itu sebabnya kau dapat menemukan tempatku ya.” Balas Yuza sambil mengangguk paham. “Lalu, kenapa kau sampai mengetuk pintuku sekuat itu?” tanya Yuza terdengar kesal.
“Ma-maaf, saat itu aku sedang ketakutan saja. Kau tahu kan aku tidak suka hal-hal seperti itu.” Yuza yang melihat wajah penyesalan Takao hanya tertawa terbahak-bahak.
Namun, dalam hatinya Yuza merasa ada sesuatu yang ganjal. Dia tahu betul bagaimana sifat Kei. Kei tidak seperti hantu-hantu jahil yang suka mengganggu manusia.
Kei juga tidak mau berurusan dengan masalah orang-orang yang masih hidup, terkecuali saat ia menghibur Yuza yang sedang bersedih, selain itu tidak ada lagi.
Kei juga tidak pernah menolong Yuza saat Yuza dipukuli atau dirundung orang lain, apalagi menolong seseorang seperti Takao yang ia tidak kenal.
Apa maksud Kei menuntun Takao malam itu untuk bertemu dengan Yuza?
***
Hari yang mereka tunggu akhirnya datang, yaitu hari libur akhir pekan dimana mereka berencana untuk mencari tahu bagaimana Kutukan Yuza mulai terbentuk.
Walaupu Yuza sudah berulang kali menjelaskannya kepada Takao bahwa itu semua dimulai karena Yuza telah melanggar larangan yang diberikan seorang peramal kepada keluarganya.
Yuza bercerita tentang masa lalunya kepada Takao dan Haruna dimana saat ia berusia 10 tahun ada seorang peramal yang tiba-tiba datang ke rumahnya. Peramal itu terus meneriaki Yuza anak terkutuk, anak pembawa sial.
Menurut peramal itu Yuza harus dibunuh dan segera dijauhkan dari masyarakat jika mereka tidak ingin terjadi sebuah bencana di kota mereka.
Bila Yuza terus hidup bencana akan terjadi dan dia akan hidup seperti layaknya hantu pembawa kutukan yang akan selalu haus akan kematian orang lain.
Karena itu orang tua Yuza memilih mengasingkannya, tapi pada suatu malam Yuza malah keluar dari pengasingan itu. Menurut Yuza itulah awal dari terbentuknya kepercayaan adanya Kutukan Yuza.
Mendengar itu tentu Takao tidak percaya, sedangkan Haruna dengan mudahnya percaya dan bahkan menjadikan cerita dari Yuza itu sebagai alasan ia terus mengutuk Yuza.
Takao berbeda dengan Haruna, ia adalah pemuda yang selalu berpikir dengan logikanya, ia tidak akan percaya sampai ia bertemu dengan peramal itu dan bertanya apa alasannya mengatakan itu kepada Yuza.
Namun, untuk sekarang mereka memilih untuk mengurungkan niat mereka bertemu dengan peramal itu. Mungkin ada baiknya untuk mencari petunjuk di tempat awal terjadinya insiden beruntun ini, yaitu kota tempat tinggal Yuza dahulu.
Mereka sampai ke kota tujuan mereka ketika sore hari yang mungkin sejam lagi sudah mau malam. Waktu mereka habis dengan mendengarkan cerita Yuza, ditambah lagi saat Yuza bercerita tadi sempat terjadi perdebatan antara mereka bertiga.
Saat ini, mereka sedang melewati jalan setapak yang sangat sepi. Mereka menduga jika di kota ini sudah malam keadaannya pasti akan sangat menakutkan.
Bagaimana tidak? Setiap sisi jalan yang mereka lewati hanya ada pohon yang lebat dan rumah-rumah yang kosong.
Beberapa rumah juga terlihat seperti bekas bangunan yang pernah terbakar sebelum terbengkalai seperti sekarang.
"Tempat ini ternyata lebih menakutkan dari yang aku bayangkan." Ungkap Takao sambil melihat keadaan di sekeliling mereka.
"Kau benar." tambah Haruna. "Saat pagi terlihat biasa saja, tapi saat mau malam seperti ini aura bagaikan kota mati benar-benar terasa.”
"Jangan terlalu diperhatikan, kita hanya perlu berjalan lurus sekarang." Perintah Yuza kepada mereka. Kali ini Yuza yang memimpin perjalanan ke bangunan bekas tempat tinggalnya. Itu adalah tujuan mereka untuk saat ini.
Setelah berjalan 10 menit, akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah yang cukup besar.
Rumah besar itu dindingnya sudah ditutupi lumut di beberapa bagian, dan beberapa bagian lainnya berwarna hitam, seakan menggambarkan kejadian kelam yang pernah menimpa bangunan itu 3 tahun silam.
Yuza lalu merogoh tasnya dan mengambil sebuah senter, karena ia yakin di dalam sana akan sangat gelap. Sedangkan Takao yang tadinya sangat bersemangat, sekarang justru ketakutan.
“Ayo! lebih cepat lebih baik." Ucap Haruna yang juga sudah memegang senter warna merah mudanya sejak tadi.
"Ta-tapi tempat ini sangat menakutkan." Ucap Takao sedikit menyesal.
"Ayo cepatt!! Yuza sudah masuk duluan," kata Haruna ketika melihat Yuza sudah tidak ada di depan mereka. Haruna pun menarik tangan Takao sekuat tenaganya.
Mereka melewati pintu yang sudah reyot. Namun, saat di dalam, mereka tidak dapat menemukan Yuza, "kemana anak itu? cepat sekali hilangnya." Kata Haruna sedikit kesal. Haruna lalu melihat seseorang mengintip dari balik dinding yang menuju sebuah living room yang cukup luas.
"Yuza?" tanpa rasa takut Haruna berlari menghampiri dinding itu. Ia mengira itu Yuza. Tapi saat tiba di sana, tidak ada seorang pun di balik dinding. "Oy, Yuza? Janga main-main denganku! Awas kau nanti." Ancam Haruna pada orang yang dipikirnya adalah Yuza.
Tiba-tiba rak yang berisi hiasan kaca di depan Haruna berdiri bergerak dengan sendirinya. Sedetik kemudian rak itu terjatuh, dan hampir mengenai punggung Haruna, tapi untung saja ada Takao.
Sebelum rak itu jatuh, Takao dengan sigap menarik tangan Haruna, dan langsung memeluk Haruna untuk melindungi Haruna dari rak buku itu. Setelah aman, Takao lalu melepaskan pelukannya pada Haruna, "Hati-hati, disini cukup berbahaya." Ucap Takao pada Haruna.
"Ma-maaf..." Haruna meminta maaf karena kecerobohannya.
"Kita cari Yuza dulu, ayo!" kali ini Takao yang memimpin jalan. Dia merasa bertanggung jawab atas keselamatan Haruna walaupun dia sendiri sangat takut dengan suasana di rumah itu.
Disisi lain ada Yuza yang sudah berada di depan gudang di belakang rumahnya.
Yuza ternyata tidak langsung masuk ke dalam rumah, tetapi pergi ke gudang dengan melewati lorong di samping rumah yang menghubungkan halaman bagian depan dan bagian belakang rumahnya.
Yuza lalu tertawa kecil ketika mengingat saat pertama kali ia bertemu dengan Kei.
Betapa polosnya ia saat itu, saking polosnya sampai ia tidak sadar keanehan pada Kei saat pertama kali bertemu dengannya—mungkin jika dia tahu apa yang dialami Takao dan Haruna dia tidak akan tertawa seperti sekarang.
Yuza lalu melihat ke arah jendela gudang. Jendela itu persis seperti saat Yuza memecahkannya, hanya saja banyak sarang laba-laba di sisi jendela itu, menandakan bahwa tempat itu sudah lama tidak tersentuh tangan manusia.
Yuza kembali teringat malam itu, dadanya terasa sesak, ia sangat merindukan keluarganya. Bagaimana pun perlakuan mereka padanya, tetap saja, mereka adalah keluarganya Yuza.
"Ayah, Ibu, Vin, bagaimana kabar kalian di sana? Kalian pasti sekarang sudah tenang ya?” Ucap Yuza sendu sambil meneteskan air matanya.
Ia kembali teringat ketika kedua orang tuanya masih menyayanginya sebelum peramal itu datang, saat-saat ia masih sering bermain dengan Vin, mereka adalah keluarga harmonis sebelumnya.
Di tempat lain ada Takao dan Haruna yang hanya berbekal sebuah senter. Mereka tengah tersesat di dalam rumah besar itu. Kurangnya penerangan menjadi penyebab utama mereka tersesat.
Mereka saat ini sedang menyusuri lorong di dalam rumah itu.
Lorong itu seperti menghubungkan seluruh bagian rumah, tapi karena mereka tidak hafal dengan denah rumah itu, jadi mereka sudah tidak tahu mereka ada di mana.
Semakin dalam mereka masuk ke rumah itu, semakin mencekam suasananya. Perasaan seperti diawasi terus meneror mereka saat ini. Jantung mereka berdetak kencang, mereka cukup ketakutan, bahkan suara sekecil apapun dapat membuat mereka berteriak.
Tiba-tiba mereka mendengar suara keras seperti ada benda yang terjatuh, tapi setelah mereka berbalik tidak ada apa-apa di sana, hanya ada pemandangan sebuah lorong dalam rumah yang kotor dan tidak terawat.
Mereka lalu melihat sisi-sisi lorong dan mendapati beberapa foto keluarga.
Gambar-gambar itu memperlihatkan sebuah keluarga yang sangat harmonis, tapi menurut Takao ada yang aneh dengan semua foto-foto itu. Di dalam semua foto itu hanya ada tiga orang.
Seorang pria dewasa dengan wajah seperti orang eropa, di sebelahnya ada seorang wanita dewasa dengan wajah khas wanita Jepang yang sangat cantik, sedangkan di tengah-tengah mereka ada seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia 10-12 tahun.
Anak itu sangat mirip dengan Yuza, rambutnya pirang, berkulit putih, dan matanya sedikit lebih sipit jika dibandingkan Yuza.
‘Mungkin dia yang namanya Vin.’ Tebak Takao dalam hatinya.
Tiba-tiba udara di sekitar mereka seketika terasa sangat dingin. Perubahan suhu yang mendadak itu seketika membuat mereka bergidik ngeri.
Hal itu diperparah dengan suasana yang tadinya sangat sepi, sekarang mulai terasa berisik, terdengar ada beberapa benda yang jatuh di sekitar mereka, sampai suara-suara anak kecil yang tertawa sangat pelan.
Mereka mulai mendengar langkah kaki, langkah kaki seperti sedang berlarian, diiringi dengan tawa beberapa anak kecil, membuat napas mereka memburu.
Mereka lalu merasakan seperti ada yang meniup tengkuk mereka dari belakang, refleks mereka berdua langsung berbalik untuk melihatnya.
Awalnya tidak ada apa-apa, namun sedetik kemudian mereka berteriak histeris karena cahaya senter mereka menangkap seorang anak kecil yang berjalan menembus dinding lorong.
Sekujur tubuh mereka menegang, mereka gemetar, jantung mereka berdebar sangat keras, terasa seperti akan melompat keluar dari dada mereka. Mereka berteriak sangat keras dan berbalik untuk lari.
Namun, hal yang paling mengejutkan terjadi. Saat mereka berbalik, seorang wanita yang tengah melayang sudah menyambut tepat di depan wajah mereka.
Wanita itu memiliki wajah yang hitam ditambah lagi bau gosong yang sangat menyengat dari wanita itu. Wanita itu lalu menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya, "Ssstt..."
Seketika senter yang dipegang Haruna terlepas dari tangannya, ia terhempas ke lantai, tangannya gemetar, sejenak ia terpaku saat melihat wajah dari wanita yang tengah melayang itu, tapi Takao langsung menarik tangannya.
Takao dan Haruna terus berlari melewati lorong itu, anehnya saat ini lorong itu terasa lebih panjang dari sebelumnya.
Mereka sesekali melihat ke belakang untuk memastikan apakah wanita itu mengikuti mereka, dan memang benar, wanita itu terus melayang mengikuti mereka ditambah senyum menyeringai di wajah wanita itu.
Sekitar 2 menit lamanya mereka terus berlari, kaki mereka mulai terasa berat. Mereka akhirnya memberanikan diri untuk menengok ke belakang, dan wanita itu sudah tidak ada.
Tapi, tidak sampai disitu, baru saja mereka menghirup napas lega, tiba-tiba mereka mendengar suara cekikikan wanita yang tadi, dan saat mereka berbalik, wanita itu sudah di belakang mereka dengan seringainya yang tampak sangat menakutkan.
Kali ini mereka mencoba menerobos wanita itu. Sekali lagi mereka harus berlari. Mereka terus berlari sampai di ujung lorong, dan mereka mendapati sebuah ruangan yang sangat luas, yang menghubungkan langsung ke tangga utama. Seketika mereka terduduk lemas, kaki mereka sudah tidak sanggup untuk berdiri.
Belum saja mereka mengatur napas, mereka sudah dikejutkan dengan seorang wanita yang berjalan dari kejauhan. Itu adalah wanita yang sama dengan yang mengejar mereka tadi.
Mereka menyerah, mereka sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka tidak kuat lagi untuk berlari. Haruna mulai meneteskan air mata. Ia sangat ketakutan sampai ia menangis, kakinya terlalu berat untu berlari lagi, bahkan untuk berdiri saja kakinya sudah tidak kuat.
Wanita itu makin dekat, wajahnya sangat hitam, bau gosong semakin menyengat saat ia berjalan mendekat. Tidak, lebih tepatnya melayang mendekat.
Mereka mulai memejamkan mata saat wanita itu tepat berada di depan mereka.
"Hihihih... kalian temannya, ‘kan?" tanya wanita itu dengan suara berbisik tapi terdengar mencekam.
"Aku melihat kalian bersamanya tadi, berarti kalian temannya." Tak ada jawaban dari Takao dan Haruna, mereka hanya terus memejamkan mata dengan jantung yang terus berdetak kencang.
"Hei! Jawab aku!!" wanita itu mulai mendesak.
"KUBILANG JAWAB AKU!!!" wanita itu mulai berteriak, teriakannya sangat keras dan menggema di seisi ruangan
"Kalian semua sama saja dengannya! membunuh kami! membantai kami! aku akan membalasnya... AKU AKAN MEMBALASNYA!!!" barang-barang di sekitar mereka mulai berjatuhan seiring dengan teriakan wanita itu.
"HENTIKAN ITU! JANGAN GANGGU MEREKA!” itu adalah Yuza yang sedang berlari mendekati wanita menakutkan itu.
###
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro