Part 5
Yuza terus merasa kesal karena kedatangan Matsumoto yang tiba-tiba dalam hidupnya.
Bukan tanpa alasan, ia hanya tidak mau jika korban kutukannya bertambah lagi.
Padahal Yuza sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak berbicara dengan siapa pun selama bertahun-tahun, tapi dengan mudahnya Matsumoto datang dan mengusik kehidupannya yang perlahan mulai tenang.
Sejak Yuza pindah di kota barunya ini, dia mulai merasakan yang namanya tenang.
Tentu saja Yuza tidak dapat membiarkan gosip buruk tentangnya tidak menyebar, tapi setidaknya itu lebih aman dari pada mereka tidak tahu apa-apa dan malah membuat diri mereka mengalami nasih buruk.
Ia pasrah jika ia harus dikatakan kutukan atau anak pembawa sial, toh sebelum dia dikurung di dalam gudang juga dia sudah lebih dulu dicap sebagai anak pembawa sial oleh salah satu dukun.
Awalnya memang terasa berat bagi Yuza, tapi kemudian ia mulai menerimanya karena dengan itulah semua orang akan baik-baik saja.
Yuza tidak mau kejadian di kota kecil tempat asalnya terulang. Sekarang kota itu sudah menjadi kota mati.
Semua terjadi setelah kebakaran hebat yang membumi hanguskan lebih dari 10 rumah. Kejadian itu sebenarnya dapat dijelaskan secara logika.
Saat itu korsleting listrik terjadi di siang hari yang sangat panas, ditambah lagi angin kencang yang membuat api dengan mudahnya menjalar dari satu rumah ke rumah yang lain.
Kedatangan petugas pemadam kebakaran yang sedikit terlambat tentunya memperparah kejadian itu.
Saat itu berita yang tersebar cukup heboh. Bukan tentang kebakaran hebat di siang hari, tapi tentang seorang anak berusia 12 tahun yang dapat menarik siapa saja yang berniat mendekatinya ke dalam sebuah kebakaran.
Namanya juga berita, isinya sudah pasti dilebih-lebihkan, itu bahkan membuat hidup Yuza semakin parah, orang-orang semakin membully-nya, bahkan saat itu Yuza diasingkan di rumahnya yang hampir habis terbakar.
Namun, tidak berapa lama surat kabar yang pertama kali memberitakan tentang "Curse Yuza" itu pun tersandung skandal.
Dimana mereka selalu memberitakan hoax dan hampir semua berita yang mereka tampilkan tidak berdasarkan fakta yang jelas dan terkesan menyudutkan pihak yang tidak bersalah.
Tetapi, hal itu tidak mampu membuat nama Yuza bersih dari cap "kutukan" yang ia terima.
Hal itu bahkan semakin parah karena kantor surat kabar itu mendadak mengalami kebakaran tepat di hari sibuknya, dan itu membuat semua pegawainya mati dalam sebuah insiden kebakaran.
Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani mendekati Yuza. Semua orang memutuskan untuk menganggap Yuza tidak ada.
Yuza mulai diperlakukan seperti hantu. Perlahan namun pasti para penduduk di kota itu mulai pindah. Tidak butuh waktu lama sampai tempat itu benar-benar berubah menjadi kota mati karena sudah ditinggalkan.
Yuza pun ikut pindah di kota yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat asalnya untuk bersekolah.
Ia bersyukur pamannya masih sering memberikan uang untuk keseharian Yuza—walaupun tidak pernah bertemu secara langsung dengan Yuza karena bibinya tidak mengizinkan.
Bersama Kei, Yuza mulai menjalani kehidupannya di apartemen yang serba sederhana—ngomong-ngomong Kei adalah hantu, dan dengan keseharian Yuza yang tidak pernah dianggap orang lain, ia mulai merasa sudah menjadi bagian dari makhluk seperti Kei.
Namun, itu pertama kalinya sejak 3 tahun ada yang memaksanya untuk berbicara.
Bahkan sampai datang ke rumah Yuza untuk memberikan, 'tunggu, sebuah kari?— dan lagi ini baunya sangat enak.'
Pikir Yuza setelah ia mulai membuka penutup rantang yang diberikan Matsumoto.
Rantang itu terdapat 3 susun. Susunan pertama isinya buah-buahan segar, susunan kedua isinya nasi putih yang masih hangat, dan rantang ketiga adalah kari ayam dengan warna kecoklatan yang memiliki aroma kari yang khas dan ajaibnya aroma itu membuat makanannya semakin menggoda.
Yuza mengambil piringnya, menghias nasi dan lauk kari dengan sangat hati-hati, kemudian membawanya ke ruangan yang biasa ia pakai untuk bersantai sambil menonton TV.
Yuza mulai menyalakan TV-nya, dan bersiap-siap untuk makan.
Gigitan pertama tentu saja langsung membuat Yuza serasa meleleh. Makanan itu terlalu lezat untuk Yuza yang hanya menghabiskan hari-harinya dengan ramen cepat saji dan sepiring omurice.
"Tadi kata dia namanya Matsumoto Takao ya kalau ngga salah—hmm.. yah siapa pun dia aku benar-benar berterimakasih kepada neneknya yang memasakkan makanan selezat ini." ucap Yuza disela-sela acara makannya.
Namun, acara makan kecil-kecilan Yuza itu mendadak terhenti karena sebuah berita terbaru yang tiba-tiba mengganti acara anime yang sedang dia tonton.
Hot News : Kebakaran terjadi di kediaman keluarga Matsumoto Ririko.
"M-matsumoto..," sejenak Yuza terpaku di depan layar TV-nya. Mencoba menyimak isi berita itu.
Dalam hatinya terus menyangkal kemungkinan buruk yang mungkin terjadi, tapi setelah melihat letak kebakarannya yang ternyata tidak jauh dari gedung apartemennya, Yuza segera meletakkan piring di tangannya dan langsung berlari keluar.
Satu-satunya tujuan Yuza adalah tempat kebakaran yang alamatnya sempat disebutkan di berita itu.
Yuza terus berlari melewati koridor apartemennya. "Tidak, tidak, Matsumoto—tidak, pasti ada yang salah, aku harus ke sana dan memastikan itu salah!"
Yuza terus bergumam saat dia lari. Ia sangat khawatir dengan pemuda bernama Matsumoto itu dan keluarganya.
Padahal belum sampai 30 menit sebelumnya dia bertemu Matsumoto, tapi kemungkinan terburuk sudah terjadi. Yuza terus berdoa dalam hatinya semoga yang dipikirkannya itu salah.
***
Yuza sampai di tempat kejadian kebakaran, dia terdiam sejenak saat melihat kobaran api di depannya.
Api itu belum juga padam, padahal pemadam kebakaran sudah ada di sana dan terus berusaha memadamkan apinya. Mungkin karena rumah yang sementara terbakar itu cukup luas.
Yuza kemudian menerobos kerumunan di depannya, ia berusaha mencari pemuda yang bernama Matsumoto yang belum lama ini mengantarkan makanan ke apartemennya.
Saat itu tidak ada yang menyadari kehadiran Yuza, semua orang fokus ke arah rumah yang sedang terbakar.
Yuza terus mencari, ia menerobos barisan kerumunan, sampai akhirnya ia melihat sebuah mobil ambulans.
Di belakang ambulan itu ada pemuda yang ia cari sedang duduk sambil memegang segelas air mineral yang masih terisi penuh, dia adalah Matsumoto.
Ketika Yuza mendekatinya ia hanya dapat melihat Matsumoto yang sejak tadi terdiam kaku, tatapannya kosong, matanya sembab, mulutnya terus bergetar, Takao tampak sangat terpukul.
Yuza tidak tahu harus merasa lega atau ikut sedih. Di sisi lain Yuza merasa lega karena Matsumoto masih hidup, tapi bukan berarti Yuza harus bahagia dengan itu karena raut wajah Matsumoto saat itu menggambarkan sebuah berita buruk.
Perlahan Yuza menghampirinya. "Hei..," sapa Yuza kepada Matsumoto.
Matsumoto tetap menunduk, tapi ia dapat mendengar dan mengenali suara orang yang menyapanya.
"Matsumoto... Aku—"
"Kau tahu apa yang nenekku katakan sebelum aku pergi?" Matsumoto tiba-tiba berbicara dengan suara lirihnya.
“Dia bilang dia sangat menyayangiku. Dia bilang akan serlalu bersamaku, tapi sekarang dia sudah pergi meninggalkanku...” ucap Matsumoto lirih.
Air mata kembali berjatuhan membasahi pipinya.
Mendengar itu Yuza kemudian teringat seorang nenek yang pernah memanggil namanya sebelumnya, “maaf jika aku bertanya soal ini, apa nenekmu pernah memanggil namaku sebelumnya?”
“Iya, dia pernah mengatakan itu padaku.” Jawab Matsumoto tanpa menatap langsung ke arah Yuza.
Yuza menunduk saat mendapati keadaan itu. Ia merasa bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa Matsumoto dan neneknya. “Maafkan aku, ini mungkin salahku—tidak, ini sudah pasti salahku, akulah penyebab kematian nenekmu, ini pasti karena kutukan—“
"Berhentilah! ini bukan salahmu! Tidak ada yang namanya kutukan, setidaknya aku dan nenekku percaya itu, tolong jangan rusak kepercayaan kami!"
Matsumoto mengatakannya dengan lantang, berusaha agar itu sampai ke dalam diri Yuza yang sedang menyalahkan dirinya sendiri.
"Tapi..."
"Ingatlah ini Yuza, aku sudah berjanji kepada nenekku, aku akan membuatmu terlepas dari lingkaran kutukan itu." Matsumoto menatap wajah Yuza. Matanya masih terlihat sembab tapi wajahnya terlihat yakin.
Melihat itu dada Yuza terasa sesak, kenapa Matsumoto masih sempat memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri? "Hentikan itu! Kumohon, berhentilah bertingkah seperti kau itu baik-baik saja.”
"Bertingkah katamu?" Takao mulai berdiri dan mencengkram kerah baju Yuza
"Lalu kau mau aku harus apa? Menyalahkanmu? Menyesali kematian nenekku sementara dia mengorbankan nyawanya untukku? Aku tidak sama sepertimu!" Takao mengucapakannya dengan penuh penekanan.
"Kutukan? Apa itu? Aku tidak mengerti dengan hal sebodoh itu! Apa menurutmu aku akan mengatakan 'dasar kutukan, karena kau nenekku kehilangan nyawanya', Apa menurutmu aku akan mengatakannya?!"
Yuza hanya diam saat mendengar penjelasan Matsumoto. Dia sama sekali tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Kuulangi sekali lagi, aku sudah berjanji pada nenekku, sampai janjiku terpenuhi, aku tidak akan pernah menyerah! Walau aku harus mempertaruhkan nyawaku."
Perkataan Matsumoto membuat Yuza tertunduk.
Saat ini dia sangat malu pada kepada Matsumoto yang bahkan ketika sedang terpuruk dia masih memikirkan orang lain dan mencoba melawan nasib buruknya.
Sangat berbeda dari Yuza yang dengan mudahnya menyerah dengan nasib buruknya. Yuza sudah melakukan kesalahan besar karena telah meremehkan Matsumoto.
“Matsumoto aku...”
Matsumoto pun melepaskan cengkraman tangannya dibaju Yuza.
“Takao—aku memanggilmu Yuza, jadi panggil aku Takao. Lakukan itu mulai dari sekarang jika kau bersedia menganggapku sahabat.”
“Ta-ka-o.”
Air mata mulai mengalir di wajah Yuza. Ia tidak dapat lagi membendung rasa bahagianya ketika pemuda bernama Matsumoto itu memintanya untuk menjadi sahabat.
Bahkan harapan kecil itu sudah lama dikubur Yuza bersama panggilan kutukan yang diberikan semua orang kepadanya.
Saat ini, seorang Matsumoto Takao seperti seorang malaikat yang mencoba menggali kembali harapan kecilnya.
###
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro