Part 10
Wanita itu melihat ke arah Yuza, awalnya dia tampak marah, tapi sedetik kemudian dia langsung menghilang begitu saja meninggalkan mereka bertiga.
Untuk beberapa saat Yuza sempat kebingungan dengan hantu itu, tapi kemudian ia sadar bahwa Takao dan Haruna saat ini sedang butuh pertolongannya.
Yuza mendekati mereka dan kemudian menepuk pundak mereka berdua.
Seakan baru tersadar dari sebuah mimpi buruk raut wajah Takao dan Haruna tampak dipenuhi dengan ketakutan, mata mereka berdua tampak berkaca-kaca seperti habis menangis. Itu adalah pengalaman terburuk yang pernah mereka alami.
Yuza lalu mengambil dua botol air mineral di tasnya dan kemudian menyerahkan itu kepada mereka berdua.
"Sebaiknya kita pulang sekarang, kita akan lanjutkan besok." Saran Yuza kepada Takao dan Haruna yang mulai terlihat tenang setelah meminum air mereka.
Tapi saran itu langsung disanggah Takao. "Tidak, aku tidak mau datang lagi ketempat ini, kita selesaikan hari ini saja!"
"Aku pikir Takao benar, kita harus menyelesaikannya malam ini juga." Tambah Haruna mendukung saran Takao.
Yuza tidak punya pilihan lain jika mereka berdua saja yang sedang ketakutan justru memutuskan untuk melanjutkannya.
Setelah beristirahat sekitar 15 menit mereka pun memutuskan untuk melanjutkan pencarian beberapa petunjuk yang mungkin dapat mereka temukan di rumah itu.
Kali ini mereka mencoba menelusuri tingkat kedua dari bangunan itu. Keadaan di lantai dua lebih parah dibanding lantai pertama, dinding yang terlihat gosong dan hancur, begitupun atapnya. Rupanya kebakaran paling parah terjadi di lantai dua.
Mereka terus berjalan, tanpa berbicara. Hanya suara langkah kaki dan sedikit cahaya dari luar yang masuk lewat deretan jendela di samping kanan merekalah yang menemani mereka saat ini. "Yuza..." panggil Takao pelan.
"Mm?"
“Menurutmu kenapa aku dan Haruna dapat melihat mereka? Bukankah kita berdua tidak punya kemampuan spesial sepertimu.” Tanya takao dengan suaranya yang pelan, rupanya ia masih ketakutan saat mengingat kejadian 15 menit yang lalu.
“Aku tidak tahu pasti, tapi menurut apa yang pernah aku dengar dari Kei, mereka yang tak kasatmata dapat menunjukkan sosok mereka kepada seseorang yang tidak memiliki indera keenam tergantung beberapa syarat.” Haruna dan Takao mulai mendengarkan penjelasan Yuza dengan serius.
“Syarat-syaratnya yaitu, yang pertama adalah saat seseorang itu sedang dalam kondisi yang kurang baik seperti sedang sakit atau kelelahan,"
"Syarat kedua adalah seseorang itu punya emosi atau masa lalu yang sama dengan mereka, sehingga mereka merasa seperti punya ikatan dengan orang itu,"
"Syarat ketiga adalah kematian mereka berhubungan dengan orang itu, entah itu karena penyebab kematiannya, atau hanya sekedar ingin menyampaikan suatu pesan agar mereka dapat pulang dengan tenang, intinya seperti mereka ingin urusan mereka terselesaikan.”
“Jadi maksudmu karena dia mengira kita berdua ini temanmu jadi wanita tadi menampakkan dirinya kepada kami?” tanya Haruna penasaran, nada suaranya terdengar sedikit kesal.
“Maaf...” sesal Yuza menjawab pertanyaan Haruna.
“Lalu, bagaimana dengan Kei? Kenapa dia menampakkan sosoknya kepadaku?” tanya Takao yang masih bingung dengan kejadian di apartemen Yuza.
“Maaf Takao, untuk itu aku tidak tahu, nanti kutanyakan pada Kei langsung.” Jawab Yuza yang juga tidak tahu kenapa Takao saat itu dapat melihat Kei.
“Baiklah, lupakan dulu soal itu, saat ini kita punya urusan yang lebih penting.” Balas Takao sambil melihat sebuah pintu besar dengan gagang pintunya yang terikat rantai. “Ruangan ini kan maksudmu, Yuza?"
Itu adalah sebuah ruangan yang sebelumnya disebutkan Yuza diceritanya pada Takao dan Haruna. Saat dia kecil ada sebuah ruangan di lantai dua yang tidak pernah ia masuki.
Menurut Takao itu adalah ruangan paling mencurigakan di rumah itu, maka mereka harus memeriksanya.
Yuza pun melepaskan gembok yang sudah usang itu dan mulai menarik rantai yang mengikat kedua gagang pintu.
Decitan pintu yang nyaring terdengar saat Yuza mulai mendorong pintu itu. Bahkan Yuza yang sudah berpengalaman dengan wajah-wajah menakutkan para hantu, masih ragu-ragu saat membuka pintunya.
Pasalnya, sejak orang tua Yuza membeli rumah ini sejak 10 tahun yang lalu, ruangan ini memang sudah dikunci.
Ruangan itu bagaikan ruangan terlarang di film-film horor yang biasa ia tonton. Dimana saat karakter utama memasuki sebuah ruang terlarang, mereka pasti akan menyesalinya seumur hidup.
Sejak ia kecil orang tuanya sering melarang ia melewati ruangan ini. Tapi, sekarang ia sedang mencoba memasukinya? Tentu saja itu membuat jantung Yuza terus berdetak kencang. Sampai akhirnya pintu itu benar-benar terbuka.
Tidak ada hal yang spesial di dalam ruangan itu, hanya ada tumpukan buku tebal yang tersusun di atas meja kayu di sisi lain ruangan, rak-rak buku yang tertata rapi disetiap sisi kiri dan kanan ruangan, dan seorang pria paruh baya yang memakai kameja putih dengan rompi coklat. Pria itu hanya berdiri di samping jendela dan terus melihat ke luar jendela.
Yuza tidak pernah melihat pria itu, ia juga tidak punya tanda-tanda seperti orang yang mati dalam kebakaran. Apa mungkin pria itu sudah berdiri di sana sebelum keluarga Yuza tinggal di rumah itu, Yuza tidak tahu pasti. Hanya satu hal yang Yuza ketahui, pria itu tengah bersedih.
Yuza dapat merasakannya ketika melihat wajah pria itu dari samping. Seperti ada sebuah penyesalan di raut wajah pria itu, apa mungkin itu alasan dia belum kembali ke alamnya?
Untuk saat ini Yuza tidak dapat membantu pria itu karena dia harus cepat-cepat menyelesaikan urusan mereka dan membuat Takao dan Haruna segera pergi dari tempat yang membuat mereka trauma.
"Wuahh... banyak sekali surat kabarnya!!" pekik Haruna dari sudut ruangan, sontak membuat Yuza dan Takao langsung melihat kearahnya.
"Ada apa denganmu?" tanya Takao yang sedikit kesal karena Haruna membuatnya kaget.
"Lihatlah... banyak sekali surat kabarnya..,"
"Ha? Untuk apa itu semua?" tanya Takao pada Haruna.
"Aku melihat di internet bagaimana membuat kerajinan tangan dari surat kabar yang sudah tidak terpakai. Kalau sebanyak ini, kira-kira aku bisa membuat berapa banyak kerajinan tangan yaa..." ucap Haruna antusias.
"Oi, Harunaa..." pekik Takao sembari berjalan mendekati Haruna. Yuza hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
Yuza perlahan mendekat ke arah pria yang berdiri di samping jendela, "apa... kami boleh membawanya?" tanya Yuza sedikit berhati-hati. Pria itu menatap Yuza sesaat lalu mengangguk pelan, kemudian kembali menatap ke luar jendela.
Yuza sekilas melihat keseluruhan wajah pria itu. Garis wajahnya tampak tegas, alis mata yang tebal, bola mata yang berwarna biru, dan hidungnya yang mancung membuat Yuza yakin bahwa pria itu bukanlah orang Jepang.
Wajah pria itu tampak pucat, tapi tidak ada luka satu pun di tubuh pria itu. Hanya saja raut wajahnya yang terlihat sendu benar-benar membuat Yuza merasa iba.
Ia ingin menanyakannya, tapi ia ragu, apalagi tidak ada Kei di sampingnya saat itu—Kei lah yang selalu mengingatkan Yuza apakah hantu yang ia temui baik atau tidak.
"Tapi..." gumam pria itu, membuat Yuza semakin menatapnya serius.
"Aku mohon, temukan anakku."
"Baiklah." Yuza menjawabnya tanpa sadar. Hal itu tentu membuat Yuza harus membantu pria itu sampai selesai.
Dia sedikit menyesal karena persetujuan yang keluar dari mulutnya tiba-tiba. “Tapi, setelah urusanku selesai.” Tambah Yuza memberi persyaratan dan dibalas anggukan oleh pria itu.
Cukup lama mereka melihat-lihat tempat itu tapi tidak menemukan sesuatu yang berarti. Sampai akhirnya mereka sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 09:00 PM, mereka harus segera pulang agar tidak ketinggalan bus terakhir malam itu.
Mereka pun bersiap-siap untuk pergi, Haruna mulai mengatur semua surat kabar yang ia dapat di sudut ruangan itu ke dalam tasnya.
Cukup berat baginya sehingga Takao membiarkannya membawa tas Takao yang hanya berisi beberapa snack dan minuman, dan gantinya Takao lah yang harus mengangkat tas berat milik Haruna.
Mereka akhirnya pergi setelah Yuza berpamitan dengan sosok pria yang ada di dalam ruangan itu.
###
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro