Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32. CTRL + SHIFT + TAB

Yujin kelihatan senang untuk alasan yang tidak Jenna ketahui. Pria bermata sipit itu terus bersenandung sambil menyiapkan sarapan. Begitu melihat istrinya keluar dari kamar, Yujin langsung menyiapkan satu gelas susu.

"Selamat pagi, istriku."

Jenna mengangkat satu alisnya. "Lo kesambet apa, deh, pagi-pagi gini kelihatan happy banget?"

"Ada, deh, nanti juga lo tahu."

Jenna mengoleskan selai cokelat di roti yang sudah dipanggang oleh suaminya. Ia mengunyah roti sambil mengamati Yujin yang mulai menari mengikuti irama dari mulutnya sendiri.

"Kayaknya lo beneran kesambet, deh." Jenna menggeleng.

"Lo pasti happy juga, kalau tahu alasannya gue happy banget pagi-pagi gini." Yujin duduk tepat di depan istrinya. Ia menuangkan kopi sambil terus tersenyum.

Suara klakson yang berasal dari depan membuat kegiatan sepasang suami istri itu terhenti sejenak. Jenna memeriksa ponselnya. Kemudian ia segera bangkit meninggalkan susu yang diminum setengah dan roti yang belum selesai dimakan.

"Lo mau ke mana?" Yujin bertanya dan ikut berdiri.

"Jemputan gue udah datang." Jenna tersenyum, tetapi Yujin tahu kalau senyuman wanita itu tidak terlihat tulus.

"Bukannya ini jadwal gue nganterin lo ke kantor?"

Sejak kejadian pecah ban waktu itu, Yujin jadi punya kebiasaan untuk mengantar dan menjemput Jenna pada setiap hari Senin. Kalau kata Yujin, hitung-hitung belajar jadi suami yang baik. Jenna menerima hal itu karena menguntungkan baginya, mendapat supir pribadi setiap Senin.

"Lo nggak perlu nganterin gue ke kantor lagi. Lagian kontrak kita juga bakalan selesai dalam 7 hari lagi, 'kan?" Jenna mengambil tas yang ia gantungkan di kursi makan. Kemudian ia segera merapikan bajunya di depan Yujin.

"Siapa yang jemput lo?" Yujin bertanya dengan nada tidak senang.

"Kayaknya lo nggak punya hak, deh, untuk tanya, siapa yang jemput gue?" Jenna berniat segera pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Yujin.

"Sampai 7 hari ke depan, lo masih tanggung jawab gue. Siapa yang jemput lo?"

Jenna mengempaskan tangan Yujin. Matanya memancarkan kilatan tidak suka. “Gue nggak pernah mencampuri urusan pribadi lo, kecuali lo cerita ke gue. Jadi, please, jangan campuri urusan pribadi gue karena gue enggak mau cerita sama lo.”

Jenna segera meninggalkan Yujin di meja makan. Ia melangkah dengan penuh percaya diri. Yujin bisa melihat kalau rambut yang diikat menyerupai ekor kuda itu bergerak ke kiri dan kanan. Suara high heels juga memenuhi ruangan itu.

Yujin disadarkan oleh bantingan pintu. Ia langsung berlari ke pintu depan dan mengintip melalui jendela.

“Kayaknya ada sesuatu di antara mereka.” Yujin berbicara pada dirinya sendiri setelah melihat pria yang sama muncul di depan rumah mereka.

***

Udara dingin malam itu berasal dari hujan sehari penuh. Jenna tengah duduk bersantai di ruang keluarga sambil menyelimuti tubuhnya dengan selimut bermotif bebek. Secangkir cokelat panas menemani agenda membaca bukunya. Kacamata bulat yang dipakai, membuat wajah wanita berusia hampir kepala tiga itu kelihatan imut.

Suara familier dari pintu depan membuat Jenna melepaskan kacamatanya. Ia meletakkan buku yang ia baca. Kemudian ia segera bangkit berdiri.

Jenna membeku di tempat melihat pemandangan yang ada di depannya. Suaminy tengah merangkul seorang wanita cantik yang sempat ia kenal melalui video call.

"Hai, Jenna. Senang bisa ketemu lo langsung." Wanita berambut panjang dengan tahi lalat di bawah dagu itu segera melangkah mendekati Jenna dan mengulurkan tangan ramah.

Jenna hanya bisa mengerjap. Lagi-lagi otaknya tidak bisa mencerna situasi. Akhirnya, wanita itu mengulurkan tangan setelah Yujin menepuk pundaknya.

"Lo kelihatan jauh lebih cantik kalau dilihat langsung." Mina tersenyum sambil memuji Jenna.

"Eh, duduk dulu, kamu pasti capek habis berjalan jauh." Yujin menggandeng tangan Mina dan mengajak wanita itu duduk di sofa yang sebelumnya diduduki oleh Jenna.

Genderang perang sudah ditabu. Kini Jenna merasa iri. Letupan tidak menyenangkan terjadi di kepalanya. Mata besar wanita itu melotot ketika melihat Yujin membenahi rambut Mina.

"Gue nggak cemburu!" Jenna meneriakkan kalimat itu di kepalanya. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau perasaan yang kini ia rasakan hanya iri dan bukan cemburu dalam artian romantis.

"Lo nggak mau duduk?" Yujin bertanya setelah melihat Jenna mematung.

Wanita berambut tergulung itu akhirnya duduk di hadapan sepasang kekasih yang kelihatannya masih butuh banyak waktu untuk temu kangen.

"Mina sudah dapat kerja di Indonesia."

"Emang gue peduli, gitu?" Jenna bersuara dalam hati. Ia menatap Mina dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Untuk sementara, Mina bakal tinggal di hotel, tapi mungkin nanti setelah kita bercerai, dia bakal pindah ke rumah ini."

"Terima kasih informasi nggak pentingnya." Jenna masih bersuara dalam hati.

"Nah, mumpung ada Mina di sini, gue sekalian mau bahas tentang perceraian kita." Yujin sengaja menggantung kalimatnya untuk mengamati perubahan ekspresi Jenna. Namun, wajah wanita itu terlihat terlalu tenang.

"Kita harus menyamakan jawaban. Lo mau bilang apa ke orang tua kita?"

Jenna melipat tangan di dada. “Kalau gue bilang lo punya pacar di Jepang dan lo bawa pacar lo ke sini, itu artinya sama aja lo bunuh diri. Kebohongan kita selama 3 bulan ini nggak akan berguna karena lo pasti bakal diusir sama Papi lo.”

"Jadi?" Yujin bertanya sambil menyatukan tangannya.

"Gue bakal bilang, kalau gue balikan sama Saka. Setelah tiga bulan, gue sama lo, sama-sama ngerasa nggak cocok."

Mendengar kata-kata Jenna, Yujin hampir bangkit berdiri, tetapi ia membatalkan niatnya karena sadar kalau ada Mina di sana. “Apa lo bilang? Lo balikan sama Saka?”

“Seenggaknya alasan itu bisa bikin lo nggak diusir sama Papi.”

Yujin menghela napas. "Bukan itu yang gue tanya, Jenna. Lo balikan, sama Saka?"

"Oke, sekarang itu nggak penting. Yang jelas, gue udah punya alasan buat pisah." Kini Jenna beralih pada wanita cantik di depannya. "Jadi, Mina, lo nggak perlu khawatir. Kami akan menyelesaikan kontrak ini sesegera mungkin. Gue harap, lo berdua bisa bahagia setelah ini."

Sepasang kekasih itu tidak berkomentar.

Jenna berdiri. "Oke, gue ngantuk dan gue mau cabut tidur ke atas."

"Kayaknya, dia kesal."

Jenna bisa mendengar pernyataan dari Mina.

"Dia udah biasa kayak gitu." Yujin menimpali, tidak terdengar peduli.

Begitu tiba di kamar, Jenna langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dan menangis hingga sembab.

Setelah beberapa jam, pintu kamar Jenna diketuk. "Jenna, gue perlu ngomong berdua sama lo."

Aloha!

Gimana, nih?

Ketemu Gia Joel di bab berikutnya, yaaa.

Terima kasih sudah membaca dan berkenan vote.

Kudu tetep happy kiyowo.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro