EXTRA PART II
Ketukan demi ketukan terdengar disepanjang lorong Orthopedics Hospital. Rumah sakit terbaik untuk mengatasi semua penyakit yang berkaitan dengan tulang. Tapi, bukan berarti rumah sakit tersebut khusus tulang. Didalam, tersedia berbagai dokter ahli lainnya yang siap membantu. Lama-kelamaan, bukan lagi ketukan yang terdengar, melainkan gemuruh lantai karena seorang perempuan dewasa kini berlari diatas lantai tersebut dengan wajah yang tampak gelisah.
Drttt...drttt....
Tangan perempuan tersebut merogoh saku baju biru yang ia kenakan saat ini.
Klimis setan is calling.......
Tanpa menjawab panggilan yang tertera diponselnya, ia mempercepat larinya dengan gurat gelisah ditambah takut kentara dari wajahnya.
"Kenapa gue harus ketiduran." gerutunya sambil memperbaiki penampilannya yang acak-acakan sehabis bangun tidur. Tujuannya saat ini adalah ruangan neraka.
Dr. ARTHUR GEORGE Lc.
Perempuan dewasa itu mendongak menatap papan nama yang tergantung didepan pintu dengan tangan dimasukkan kedalam saku bajunya. Ia menarik nafasnya pelan lalu menghembuskan dengan pelan pula, dengan hati-hati ia memutar knop pintu dan masuk kedalam.
"Selamat pagi Dok." Ia menyapa dengan senyum manis dan kemudian tertunduk tatkala menyadari jika pria ber-jas putih dihadapannya ini memasang wajah horror.
"Ini tidak bisa dikatakan pagi lagi Dokter Natalia Tami yang terhormat!!" ucap laki-laki ber-jas putih tersebut dengan sinis.
"Maaf Dok. Saya ketiduran."
"Tidak ada alasan untuk menyelamatkan orang lain, sama halnya tidak ada alasan untuk memaafkanmu saat ini."
Natalia Tami. Salah satu Dokter ahli bedah khusus tulang. Setelah mengalami masa koas 1 tahun lebih di Orthopedics Hospital, akhirnya diumurnya yang kini menginjak 23 tahun, gelar dokter bisa ia dapatkan bulan lalu. Dan sekarang dengan lancangnya ia terlambat sehingga membuat marah mentor 1 tahun terakhirnya. Yap!! Semenjak dinyatakan lulus dari SMA Sevit, Alia memang mengambil jurusan kedokteran spesialis tulang. Cita-citanya dari masuk SMP kini bisa terkabul. Alia senang bisa meraih cita-citanya sendiri dan membahagiakan kedua orang tua serta keluarganya.
Mari kita perkenalkan Mentor Alia dengan nama kontak Klimis Setan. Arthur George Lc, pria berumur 25 tahun dengan pangkat Senior didunia kedokteran ahli tulang. Dengan rambut klimis dan kacamata frame hitam menghiasi mata kelam tajamnya, bukannya terlihat culun ataupun cupu, dia justru terlihat cukup tampan dan keren menurut Alia. Kita garis bawahi cukup. Kenapa Alia mengatakan cukup? Karena, dibalik cukup tampan itu, dia memiliki sifat setan. Menurut Alia.
***
Kini Alia duduk di kantin rumah sakit dengan roti dan air mineral menemaninya. Setelah dapat siraman rohani dari Dokter Arthur, Alia segera ditugaskan oleh mentornya itu untuk mengambil alih 5 operasi. Alia saat ini sangat capek, lemas dan lapar. Walaupun begitu, Alia hanya memakan roti untuk mengganjal perutnya karena 5 menit lagi pasiennya telah menunggu di ruang operasi.
Setelah makanannya habis, Alia kembali menuju ruangannya untuk segera bersiap-siap. Namun, dikoridor rumah sakit, tak sengaja matanya menangkap seseorang yang sangat ia kenali. Seseorang itu sedang berjalan mondar-mandir dengan gelisah didepan ruangan bersalin. Tampak, wanita dan lelaki paruh baya duduk dikursi tunggu yang Alia tau orang tua dari seseorang tersebut. Seketika hati Alia pilu. Pikirannya kemana-mana. Kenapa Marcello ada disini, lebih tepatnya di depan ruangan bersalin? Siapa yang Marcello tunggu? Jujur, Alia belum bisa melupakan Marcello.
Alia melangkahkan kakinya menuju Marcello berpijak. Namun, sebelum menuntaskan niatnya, seorang dokter keluar dari ruangan bersalin. Mereka berbincang sebentar dan Marcello ikut masuk kedalam ruangan. Alia berhenti, ia tidak jadi menuju tempat itu. Alia belum siap mendengar kenyataan yang akan membuat hatinya sakit untuk kedua kalinya karena Marcello.
***
Operasi telah selesai. Untung, operasi kali ini Dokter Arthur turun tangan dan Alia hanya mengambil bagian sedikit. Alia tidak bisa fokus selama operasi, bayang-bayang Marcello menari-menari dipikirannya. Dokter Arthur yang kini merasakan perubahan Alia mulai menegurnya. Lagi.
"Sebaiknya kamu selesaikan masalahmu. Karena jika tidak, hidup pasienmu yang akan kamu selesaikan."
Setelah mengatakan itu, Dokter Arthur segera berlalu untuk bersih-bersih. Alia terpaku ditempatnya. Tanpa pikir panjang ia segera berlari menuju ruangan bersalin tempat Marcello berada. Ia harus menghadapi kenyataan sebelum penasaran membunuhnya.
Dengan nafas tersengal-sengal karena berlari dari lantai 3 ke lantai 1 tanpa menggunakan lift, Alia menekan dadanya yang terlalu kencang berdetak. Entah karena capek atau karena Marcello kini berada didepannya sambil menatap matanya dalam.
"Alia..."
"Ha...i ap...a kabar?" Alia masih mengatur nafasnya saat berusaha mengajak Marcello berbicara.
Ah, Marcello terlihat sangat tampan. Dengan kemeja navy membalut tubunya yang tegap dan celana kain hitam membalut kaki jenjangnya. Marcello kelihatan lebih beribawa dengan wajah dewasa berhias kumis tipis di atas bibirnya. Marcello benar-benar mempesona dimata Alia dan akan selalu mempesona.
"Baik. Sangat baik. Lo kenapa ada disini?" tanya Marcello yang senang kemudian bingung diakhir kalimat.
Alia tetegun mendengar jawaban Marcello. Keadaan Marcello sangat baik. Apakah karena.....
"Al? Gue tanya kenapa diam?" Marcello menggoyang-goyangkan tangannya didepan wajah Alia yang melamun.
"Ah, sorry. Gue kerja disini." Alia memperlihatkan nametagnya dengan menunjuk jas putih yang ia kenakan.
"Lo dokter spesialis tulang?" tanya Marcello yang hanya dapat anggukan dari Alia.
"Kalau boleh tau, kenapa lo disini?" tanya Alia. Akhirnya, kata-kata yang ingin ia lontarkan terucapkan.
"Gue lagi nemenin Aira lahiran."
Alia terpaku. Aira? Aira adek kelasnya yang sempat bermasalah dengannya namun kini telah menjadi temannya. Aira yang dulu menjadi Aileen untuk balas dendam kepadanya. Aira lahiran? Aira yang dulu sangat membencinya. Aira yang dulu dikabarkan berpacaran dengan Marcello. Jika Marcello disini menemani Aira lahiran, berarti Aira telah menikah. Tapi dengan siapa?
"Wah Aira lahiran? Kok gue gak tau dia udah nikah? Tega yah dia gak ngundang gue. Suaminya siapa? Anak Sevit?" Alia berharap suami Aira bukan anak Sevit dan bukan Marcello. Alia berharap Marcello menyebutkan nama orang lain yang Alia tak kenal. Alia belum sanggup benar-benar kehilangan Marcello.
"Gue suaminya."
Saat itu juga Alia sadar jika perjuangannya memang harus dan wajib berhenti disini.
***
Masih nge-gantung? Ini udah jadi alur yang pengen Aku tulis sebelum Crush lahir. Dan akhirnya kesampean. Aku tau ceritanya pasti nge-gantung menurut kalian karena Alia belum bahagia. But who is know? tergantung mood Aku. Bisa aja Aku buat Extra part lagi untuk membuat Alia bahagia. Wkwkwkkw
Tapi, kita liat nanti. Apakah Aku bener buat Alia bahagia atau enggak. Intinya, mau sad ending or happy ending, ini udah alur yang aku tentukan sebelumnya. Makasih karena udah baca Crush dari pertama sampe extra part ini.
Btw, ada yang mau Alia bahagia?
Kecup manja dari Aulia, si gadis yang merasa dirinya cantik.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro