CRUSH 21
Kemarin biarlah menjadi kisah lalu yang tidak untuk dilupakan tetapi dijadikan sebagai pembelajaran untuk masa yang akan datang
***
Aira menatap dalam laki-laki yang duduk didepannya ini dengan tangan bertaut erat dibawah meja. Aira tau saat ini pasti akan tiba. Semuanya harus diungkap dan sekarang adalah waktunya.
"Kenapa Leen? Tumben ngajak ketemu duluan?" ucap Marcello mengusir keheningan.
"Gini kak, ada sesuatu yang harus Aku omongin." Aira meremas-remas rok sekolah yang ia gunakan.
"Ngomong aja." Marcello tersenyum manis membuat matanya sedikit menyipit.
Menarik nafas pelan kemudian menghembuskan secara perlahan, Aira menggigit sebentar bibirnya kemudian berucap lirih dan pelan.
"Aku bukan Aileen."
Marcello tak tau harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, sekarang seperti suatu yang tidak masuk akal. Orang yang sedang duduk dihadapannya ini katanya bukan Aileen. Memangnya Aileen ada berapa?
"Maksudnya? Gue gak ngerti."
"Aku Aira. Saudara kembar Aileen." Aira menunduk dan bernafas lega. Setidaknya, dia telah mengatakan yang sebenarnya. Sekarang tinggal menunggu bagaimana respon Marcello.
1 menit, hingga 10 menit berjalan Marcello tidak mengeluarkan sepatah kata. Aira tidak berani mengangkat kepalanya dan membuka suara. Dia terlalu takut.
"
Lo nipu gue?"
Aira mengangkat kepalanya dan menatap dalam manik mata Marcello. Marcello pasti marah. Dia tidak lagi menggunakan kosa-kata Aku-Kamu yang sering digunakannya jika berbicara pada Aira.
"Bukan maksud Aku nipu kakak, tap-"
"Udah. Gue udah ngerti semuanya!!" Marcello berdiri dari tempatnya duduk bersiap untuk pergi.
Aira ikut berdiri. Menahan tangan Marcello dan berusaha menjelaskan semuanya. Tapi, yang dilakukan Aira sia-sia karena Marcello justru melepaskan tangannya yang dipegang Aira dan beranjak keluar dari Cafe.
Aira terduduk. Dirinya membiarkan Marcello untuk pergi. Aira mengerti, Marcello pasti butuh waktu untuk memahaminya. Dengan gerakan pelan, Aira mengambil tasnya dan beranjak keluar dari Cafe setelah membayar pesanannya dan pesanan Marcello.
Satu minggu sejak kejadian memuakkan itu terjadi. Aira dan Alia kini dekat, walaupun Marcello belum juga pulih dari ketidakterimaannya dengan pengakuan Aira. Aira masih tetap menjadi Aileen, sampai Mami Papinya mengurus perubahan nama Aileen menjadi Aira di absen sekolah. Hubungan semuanya telah membaik secara perlahan. Tinggal beberapa yang perlu diperbaiki dan semua masalah telah selesai. Aira bahagia karena sakit hatinya telah hilang. Dirinya dan Alia kini baikan dan bisa tersenyum seperti biasa.
***
Senin kembali menyapa, upacara bendera menyambut hari yang panas terik. Senin yang kini berbeda dari hari senin yang lain. Alasannya, hari ini merupakan upacara terakhir untuk anak kelas XII yang minggu depan akan melangsungkan Ujian Sekolah Berstandar Nasional.
Alia dan teman-temannya kini berbaris rapi di barisan kelasnya, walaupun sedikit cekcok berebutan untuk berbaris didepan. Upacara berlangsung sukses disertai dengan tangis kelas XII yang sebentar lagi akan meninggal SMA Sevit. Alia juga merasa sedih, karena mungkin hari ini, besok dan seterusnya dia tidak akan melihat Marcello lagi.
Setelah upacara selesai, Alia dan kawan-kawan kembali ke kelas. Namun, saat Alia ingin memasuki kelasnya, teriakan Aira memenuhi koridor kelas XI. Alia memgerutkan dahinya bingung melihat Aira berjalan kearahnya sambil tersenyum manis.
"Aku mau ngomong kak." nafas Aira tersengal-sengal karena kecapekan lari.
Iin, Nisa, dan Tiara mengerutkan keningnya. Mereka masih berpikir bahwa Aira mungkin saja menyelakakan Alia.
"Gue ngomong sama Aira dulu. Kalian duluan aja masuk kelasnya." Alia berusaha mengusir tatapan intimidasi ketida temannya itu.
Tanpa membalas perkataan Alia, ketiganya memasuki kelas setelah sebelumnya memberi anggukan singkat pada Alia.
"Aku punya kabar baik kak." Aira segera memeluk Alia tanda senangnya dirinya.
Alia membalasa pelukan Aira dengan sedikit tepukan dibahu Aira.
"Kabar apa?"
"Mami udah ngurus perubahan nama Aku. Dan sekarang nama Aku udah jadi Aira bukan Aileen lagi." Aira menunjukkan nametag nya yang kini tertulis nama lengkapnya yang asli.
Alia tersenyum dan memeluk kembali Aira.
"Selamat Ra. Mulai sekarang lo udah jadi diri lo sendiri."
"Aku masih punya kabar baik lainnya."
"Apa?"
"Kak Marcello udah maafin Aku."
"Beneran?"
Aira tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Dia sangat bahagia.
"Gimana ceritanya?" tanya Alia penasaran.
Baru saja Aira ingin mencerikan kejadian minggu lalu, bel masuk kelas merusak segalanya.
***
Setelah Jam istirahat, Aira menceritakan semuanya lebih rinci dan lengkap. Alia merasa bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena akhirnya Aira bisa diterima dikeluarganya dan dimaafkan oleh Marcello, namun Alia juga sedih karena mungkin saja Marcello dan Aira akan kembali dekat.
Asal kalian tau, Alia sudah berusaha untuk ikhlas dengan hatinya, Alia sudah tak ingin merasakan sakitnya mengejar orang yang tak akan mungkin ia gapai. Alia sudah berhenti untuk menjadi pengejar, mungkin ini saatnya Alia memberikan kesempatan bagi orang yang kini mengejarnya. Sebut saja dia Barra. Ah Bara, mengingat dia membuat Alia sedikit tersenyum. Masalahnya, kemarin Barra mendatangi rumahnya untuk mengajak Alia keluar jalan-jalan. Namun, dengan santainya Alia menolak dengan alasan mereka hanya berpacaran pura-pura. Barra hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal untuk meredakan saltingnya.
"Kalau gitu kita beneran aja pacarannya. Biar bisa ajak lo jalan."
Seketika Alia tertawa lepas, bagaimana bisa Barra menembaknya dengan wajah se-cute anak bayi tanpa dosa? Barra selalu bisa membuat Alia tersenyum dengan tingkahnya.
Pulang sekolah, Alia berdiri didepan gerbang menunggu Barra yang katanya ingin menjemputnya. Setelah sekitar 10 menit menunggu, Barra datang dengan motor gedenya dihadapan Alia.
"Ayo!! Nunggunya lama?" tanya Barra sambil membuka kaca helmnya.
"Gak terlalu lama, tapi cukup melelahkan." Alia segera menaiki motor Barra dengan sedikit bantuan dari Barra. Untung hari ini Alia menggunakan olahraga, jadi dia tidak lagi khawatir dengan roknya.
Dijalan, Alia berteriak dekat telinga Barra agar cowok itu mendengar ucapannya.
"TAWARAN KEMARIN MASIH BERLAKU?"
Barra awalnya kaget karena suara yang tiba-tiba muncul di dekat telinganya. Tapi, segera ia tersenyum dibalik helmnya dan membalas teriakan Alia.
"KAMU MAUNYA APA?"
"AKU MAUNYA MASIH!!"
"YAUDAH MASIH BERLAKU!!"
"KALAU MASIH, AKU MAU!!"
"MAU APA?"
"MAU JADI PACAR BETULAN KAMU!!!"
Angin dikalahkan oleh teriakan mereka berdua. Padahal, tanpa berteriak, mereka berdua masih bisa mendengar suara satu sama lain.
Cerita tidak selamanya berjalan seperti air sungai yang mengalir. Terkadang ada tai yang lewat membuatnya tak selancar ekspentasi. Sama seperti halnya cinta pemeran utama tidak harus dibalas oleh cinta pemeran utama lainnya. Kadang pemeran pendukung bisa mengambil alih peran si pemeran utama.
THE END
Wkakaka, maaf karena terlalu cepat menamatkan cerita ini. Ada berbagai alasan yang membuat Aku mempercepat berakhirnya cerita ini.
Bukan hanya itu, Aku ingin meminta maaf karena mungkin ceritanya nge-gantung atau gak sesuai ekspentasi kalian. Aku cuma mau bilang sekali lagi kalau ada alasan yang membuat aku harus membuat cerita ini berakhir sampai disini.
But, disetiap cerita pasti memiliki yang namanya extra part, bonus part or epilog. Tenang, pasti CRUSH juga punya. Tapi, gatau kapan bakalan bisa publikasiinnya.
Jadi, buat kalian yang gak puas sama ending CRUSH, mungkin di extra part nanti, kepuasaan anda akan terpenuhi.
Maaf kalau ada typo. Lagi males ngedit.
Salam manis Aulia, anak tingkat akhir yang sibuk memikirkan ujian praktek.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro