CRUSH 18
Aloha semua!! Aku cuma mau bilang kalau CRUSH akan dinext pada malam MINGGU.
Kenapa Aku pilih next dimalam Minggu? Aku tau kalau kebanyakan dari kalian itu Single alias JOMBLO. Dari pada galau-galauan di kamar gak ngerjain apa-apa atau kalian gabut dan mager buat keluar rumah mending kalian baca CRUSH yang dijamin bikin mager kamu hilang.
So, selamat Malam Minggu. Betewe yang udah masuk sekolah, jangan nambah libur yah😂😂
Cewek gendut suka main Ludo
¤¤¤
Kembali ke sekolah setelah dua hari mendekam di bawah selimut tebal dengan hidung tersumbat, susah nafas dan kepala yang pusing. Alia mendudukkan bokongnya di bangku yang ia tinggal selama dua hari.
"Akhirnya lo sekolah juga Al!!" Suara Iin terdengar dari arah belakang.
Alia tak menjawab. Dirinya sibuk mengelap hidungnya yang cukup berair dengan tisu yang ia bawa dari rumah.
"Kenapa dua hari ini lo gak sekolah Al?" Tanya Iin yang telah duduk di depan Alia dengan kursi yang telah ia putar terlebih dahulu.
"Makanya, temen sakit itu dijenguk!! Bawain makanan, minuman, buah, obat. Lah lo sama 2 curut itu mana?" Ucap Alia dengan nada sinis.
"Aelah, rencananya kita mau jenguk lo hari ini, eh lo udah datang sekarang, yah gak jadi deh tapi kalau lo mau dijenguk, sakit lagi aja hari ini, besok baru sembu- AWW!" Ucap Iin yang disusul dengan pekikan keras.
"Lo doiain gue sakit lagi? Anjay lo!!"
Alia kembali menampar pelan tangan Iin sehingga pekikan kembali terdengar.
"Tanda tangan gue buat lo." Ucap Alia sebelum keluar kelas untuk membuang tisu bekas ingusnya.
Sementara Iin memegang tangannya yang memerah karena Alia tampar sebanyak tiga kali. Benar-benar tanda tangan yang menyakitkan.
Dari arah berlawanan, Igra berjalan dengan kawan-kawannya menuju kelas XI Sastra 2. Dari jauh, Igra melihat Alia berdiri di dekat tempat sampah yang hampir penuh dengan tisu milik cewek itu.
Setelah sampai depan kelas, Igra menyuruh kawannya masuk ke kelas duluan.
"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Ucap Igra pada Egi, Juna dan Mike.
Mereka bertiga hanya mengangguk, tak mau banyak tanya pada Igra yang pastinya hanya dibalas dengan perkataan iritnya.
"Buang-buang tisu!!" Ucap Igra yang kini berdiri disamping Alia setelah memastikan kawannya telah masuk kelas.
"Apasih, gue gak buang tisu. Lo gak liat gue buang ingus?" Balas Alia sambil mengangkat tisu bekasnya dan memperlihatkannya pada Igra.
Igra yang melihat itu memberikan tatapan jijiknya. Tisu dihadapannya itu terlihat basah karena ingus Alia.
"Jorok banget lo jadi cewek!!" Igra segera menjauh dari Alia dan menyusul kawannya ke kelas.
Alia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi dan reaksi Igra. Igra sangat enak untuk dijaili. Lucu pikir Alia.
Drttt.... drttt...
Getaran di saku rok Alia menghentikan tawanya, ia melemparkan tisu tadi ke tempat sampah dan segera merogoh sakunya untuk mengambil ponsel.
Barra is calling.....
Alia mengerutkan keningnya bingung, Barra menelponnya? Ada apa?
"Halo?"
"Kamu dimana?"
"Di sekolah."
"Udah sembuh emangnya?"
"Belum. Tapi udah enakan."
"Pulang nanti Aku jemput. Gak boleh nolak!"
"Iya."
"Yaudah, bye."
"Bye."
Tut tut tut
Barra memang sangat pengertian. Selama dua hari Alia sakit, selama itu pula Barra terus datang menjenguknya dengan membawakan berbagai macam makanan yang katanya bisa membuatnya sembuh dari pileknya.
Alia merasa jika Barra terlalu terbawa perannya. Alia tidak mau jika Barra nantinya baper dan sakit hati. Karena Alia belum bisa melupakan Marcello.
¤¤¤
Jam istirahat pertama Alia gunakan untuk baring di ruangan UKS yang diantar Iin, Tiara dan Nisa.
"Lo gak mau nitip Al?" Tanya Tiara saat sampai di depan UKS.
"Nggak usah. Gue lagi gak nafsu makan. Sekarang kalian ke kantin sebelum nasinya abis." Perintah Alia sebelum memasuki ruang UKS.
"Yaudah, kalau lo gak enak badan atau mau pulang, call kita aja yah." Ucap Nisa yang mendapat anggukan dari Alia.
Setelah Iin, Nisa dan Tiara berlalu, Alia memasuki ruangan UKS yang di dalamnya hanya ada tiga orang. Dua orang cewek yang Alia tau petugas PMR dan satunya lagi sedang berbaring di ranjang UKS dengan tirai sebagai penghalang.
"Cha, ada obat pusing gak?" Tanya Alia pada Acha Anggota PMR yang kebetulan teman kelasnya.
"Ada Al, lo pasti pusing yah?" Balas Acha sambil mengambilkan obat pusing di nakas.
"Nggak Cha, gue sakit perut!!" Balas Alia yang kini membaringkan badannya di ranjang sebelah.
"Terus kenapa minta obat pusing?" Tanya Acha ikut pusing.
"Udah ah Cha, bawa kesini obat sama air minumnya!!"
Alia terlalu pusing untuk menjelaskan kepada Acha tentang dirinya yang hanya bercanda.
"Nih!!" Alia menerima gelas yang telah berisi air dan sebiji obat dari tangan Acha.
"Makasih Cha." Ucap Alia yang mendapat anggukan dari Acha.
Setelah Acha pamit ingin kembali bertugas, Alia segera meminum obatnya dan kembali membaringkan badannya di atas ranjang UKS.
"Gue numpang baring sampai jam masuk yah Cha!!" karena terhalang tirai, Alia sedikit berteriak agar didengar oleh Acha.
"Berisik!!" Itu bukan suara Acha, melainkan suara seseorang yang berbaring di ranjang sebelah Alia.
Alia tersentak mendengar suara disebelahnya itu. Pelan namun terasa berat seperti menahan emosi. Karena penasaran, Alia menyibak tirai hijau yang membatasi ranjangnya dan ranjang seseorang tersebut.
"Aileen?" Tanya Alia bingung. Ternyata pemilik suara tak bersahabat itu Aileen.
"Kenapa? Lo kaget?" Tanya Aileen balik dengan nada sakarastik.
"Maksud lo?" Alia tambah bingung dengan perkatan tak jelas Aileen.
"Gak usah pura-pura!!" Bentak Aileen pada Alia, nafasnya naik-turun tanda emosi.
Alia tertegun mendengar nada bicara Aileen. Kenapa Aileen berubah menjadi kasar? Bukankah Aileen yang Alia kenal adalah adik kelasnya yang lemah lembut dan Anggun? Itu menurut Alia sebelum keanehan Aileen beberapa minggu ini.
Seketika rasa pusing dikepala Alia menghilang. Entah karena obat yang diberi Acha atau karena perubahan Aileen yang secara tiba-tiba menyerangnya.
"Lo itu munafik Al. Muka dua!!" Teriak Aileen.
Dengan tergopoh-gopoh, Acha dan temannya yang merupakan perugas PMR mendekati mereka berdua.
"Ada apa Al?" Tanya Acha bingung melihat dua orang dihadapannya ini, mereka berdua terlihat tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.
"Tinggalin kita berdua disini!!" Suara Aileen membuat Acha merasa atmosfer dalam UKS terasa berbeda.
Tak ada pergerakan dari Acha membuat Aileen geram.
"GUE BILANG KELUAR!!" Bentak Aileen disertai dengan teriakan yang memenuhi seluruh ruangan UKS.
Acha dan temannya kaget mendengar Aileen berteriak seperti orang kesetanan. Mau tidak mau Alia harus ambil alih sebelum semuanya berantakan.
"Cha, lo sama temen lo mending keluar dulu. Larang siapapun untuk masuk, gue mau nyelesaiin masalah yang gue gak tau apa sama Aileen."
Acha dan temannya hanya mengangguk patuh, selain takut dengan adek kelasnya yang kini sedang emosi, dia juga menghargai privasi mereka berdua.
Setelah terdengar suara klik, Aileen mengangkat kepalanya yang daritadi menunduk mengatur emosinya dan memandang Alia dengan tatapan tajam.
"Kasih tau gue masalah apa diantara kita?" Tanya Alia yang mulai tak suka dengan tatapan Aileen yang meng-intimidasinya.
"Gue benci sama lo!!" Tekan Aileen pada Alia, "Lo itu naif, munafik, muka dua!!
PLAK
Kepala Aileen terlempar kesamping. Bukannya meringis Aileen malah tersenyum lalu tertawa kecil.
"Jaga mulut lo!!" Alia benar-benar emosi. Bisa-bisanya orang didepannya ini berkata sekasar itu padanya.
"Kenapa? Emang gue bener kan? Lo itu-
"STOP!!" Alia berteriak karena Aileen benar-benar kurang ajar.
"Lo kenapa Leen? Apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo berubah? Aileen yang gue kenal gak seperti ini!!" Alia mengeluarkan semua pertanyaan yang daritadi berputar dikepalanya.
"Lo salah. Gue gak berubah, dan lo gak kenal gue yang sebenarnya." Ucap Aileen dengan nada sinis serta senyum smirk yang terus menghiasi bibir mungilnya.
"Maksud lo?" Alia benar-benar bingung dengan perkataan Aileen. Aileen bukanlah Aileen yang ia kenal selama ini??
Seketika Alia terlempar pada masa dimana semua keanehan Aileen bermula.
Alia teringat saat mereka berdua tidak sengaja bertemu di taman untuk jogging.
"Hai kak Alia!!" Sapa Aileen, dan Alia hanya tersenyum kecil tanpa membalas sapaan Aileen.
Saat itu tak ada yang aneh pada Aileen, justru Alia lah yang saat itu tidak terlalu merespon Aileen.
Kembali mengingat kelakuan Aileen, Alia teringat saat berada di cafe untuk mengerjakan tugas Marcello. Ah itu membuat Alia sakit hati sekali lagi.
"Kak Selo mau pesan apa?" Tanya Aileen yang bisa Alia dengar walaupun agak samar-samar.
"Hot Coffee aja." Marcello yang duduk membelakangi Alia itu menyebutkan pesanannya.
Aileen memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya dan pesanan Marcello. Alia yakin kalau Aileen melihat dirinya. Tapi, kenapa Aileen terlihat pura-pura tidak melihat Alia? Aileen tampak asyik ngobrol dengan Marcello.
Alia yakin jika hari itu dimana Aileen benar-benar menunjukkan dirinya yang sebenarnya.
Bersambung......
Gimana gimana?? Panas gak? Greget gak? Pengen nabok gak? Atau pengen gigit orang??
Hehehehhe
Maafkan Aku yang gaje yah😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro