CRUSH 12
¤¤¤
Hari ini, Alia mempercepat langkahnya menuju kelasnya. Bukan karena terlambat atau karena bel sudah berbunyi. Melainkan karena Alia ingin memarahi 3 curut yang tak lain adalah Iin, Nisa, Tiara, bisa-bisanya mereka membohongi Alia.
Saat Alia sudah berdiri di depan kelasnya, barusaja ia ingin melangkahkan kakinya masuk, badannya tertarik kebelakang dan sebuah tangan menahan lengannya. Alia berbalik melihat siapa yang menarik tangannya dengan kencang seperti itu.
"Kak Selo? Kenapa kak?" Alia yang tadinya ingin marah, tidak jadi marah, karena yang ternyata yang menariknya adalah Marcello Hermawan.
"Sorry, gue langsung narik lo, gini, gue mau minta tolong." Marcello menatap mata Alia dengan tangan yang masih menyentuh tangan Alia.
Alia yang diperlakukan seperti itu merasa bahwa pipinya sekarang sedang merah merona.
"Bisa Kak, emangnya mau minta tolong apa?"
"Ini," Marcello menyodorkan buku sastra Jepangnya kearah Alia, Alia menerima buku itu, tapi merasa bingung dengan Marcello, kenapa Marcello memberinya buku sastra Jepang.
"Gue mau minta tolong buat kerjain tugas Sastra Jepang gue. Gue sibuk banget, nanti sore ada perkumpulan anak Paskibraka se-Kabupaten, dan pastinya gue pulang malem dan gak sempat buat kerja tugas." Ucap Marcello memelas kearah Alia.
Alia yang melihat Marcello memasang wajah memelasnya, mau tidak mau mengangguk tanda setuju. Tak kuat rasanya untuk menolak keingingan gebetan.
Eakkkk
Marcello yang melihat Alia mengangguk langsung melepaskan tangannya dari tangan Alia.
"Kalau gitu, besok pagi gue ambil bukunya. Makasih yah Al."
Marcello berlalu, Alia masih berdiri ditempatnya sambil memeluk buku Marcello, hatinya berbunga-bunga, melihat wajah Marcello yang memohon, melihat senyum Marcello yang manis. Itu semua membuat Alia yakin kalau Marcello mempunyai perasaan yang sama dengannya.
Sepeninggal Marcello, Alia memasuki kelasnya dengan senyum yang masih mengembang. Alia duduk dibangkunya dengan bertopang dagu setelah meletakkan buku Marcello ditasnya. Mengulang ingatan beberapa menit lalu. Senyumnya serta pipinya yang merona, Iin, Tiara dan Nisa yang melihat itu hanya saling melemparkan tatapan bingung satu sama lain. Alia yang tadinya ingin marah marah pada Iin, Nisa, dan Tiara, karena berbohong kemarin. Katanya mau nyusul Alia yang di puskesmas, ditunggu, malahan mereka bertiga tak muncul-muncul. Menjenguk Alia saja, mereka tidak datang. Untung hari ini Alia bertemu dengan Marcello, jadi beruntunglah mereka bertiga hari ini.
¤¤¤
Sepulang sekolah, Alia telah berada di salah satu Cafe elit tempatnya yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas Marcello. Alia duduk sendiri sambil memesan Orange Juice untuk menemaninya mengerjakan tugas Sastra Jepang Marcello.
Jika kalian bertanya tentang Iin, Nisa dan Tiara. Mereka bertiga pulang duluan, Alia sengaja menyuruh mereka bertiga pulang karena Alia ingin fokus mengerjakan tugas Marcello tanpa gangguan siapapun. Setelah pesanannya sudah didepan mata, Alia menyeruput sedikit jusnya dan mulai focus dengan tugas Marcello.
30 menit berlalu. Alia sebentar lagi menyelesaikan tugasnya. Konsentrasi Alia terganggu karena bunyi pintu cafe yang menimbukan suara membuatnya sedikit tak fokus. Konsentrasi Alia buyar saat mendengar suara Marcello yang terdengar seperti berbicara dengan seseorang. Karena penasaran Alia pun mendongakkan kepalanya melihat kearah meja depan yang disana terdapat Marcello dengan Aileen.
What the f*ck!!
"Kak Selo mau pesan apa?" Tanya Aileen yang bisa Alia dengar walaupun agak samar-samar.
"Hot Coffee aja." Marcello yang duduk membelakangi Alia itu menyebutkan pesanannya.
Aileen memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya dan pesanan Marcello. Alia yakin kalau Aileen melihat dirinya. Tapi, kenapa Aileen terlihat pura-pura tidak melihat Alia? Aileen tampak asyik ngobrol dengan Marcello.
Alia melirik jam tangan Abu-abunya yang menunjukkan pukul 15.15 pm, bukankah pukul segitu sebenarnya sudah menunjukkan sore hari? Tapi kenapa Marcello ada di cafe ini bersama Aileen.
Tampaknya mereka memang janjian. Dengan kemeja biru dongker dan celana levis hitam yang melekat pada tubuh Marcello membuatnya tampak tampan, sedangkan Aileen yang menggunakan dress selutut berwarna biru dongker pula dengan rambut yang ia urai membuatnya tampak cantik. Sedangkan Alia yang masih mengenakan seragam sekolahnya, dengan rambut yang ia cepol asal karena mengganggu aktivitasnya. Walaupun cafenya ber-AC, Alia tambah panas melihat Aileen dan Marcello yang menurut Alia mereka sedang kencan.
Marcello membohongi Alia, Marcello memanfaatkannya. Kenapa? Kenapa Marcello seperti itu? katanya Marcello ada janji dengan anak Paskibra se-Kabupaten. Tapi? Kenapa Marcello malah janjian dengan Aileen? Sakit. Itu yang Alia rasakan sekarang. Bisa-bisanya Marcello membohonginya dan memanfaatkannya seperti ini.
Tanpa sadar, setitik Air jatuh dari mata Alia. Alia dengan segera mengusap air matanya dengan kasar, membereskan alat tulisnya dan memasukkan semuanya kedalam tas kecuali buku Sastra Jepang Marcello, Alia berdiri dari kursi tempatnya duduk, berjalan dengan tangannya yang meremas keras tali tasnya, menuju dimana meja tempat Marcello dan Aileen.
"Gue gak nyangka, segitu teganya lo sama gue!!" Alia menghempaskan dengan keras buku Sastra Jepang Marcello, membuat Aileen dan Marcello yang tadinya ketawa ketiwi langsung diam karena kaget.
Tidak ada lagi formalitas antara Alia dan Marcello.
Marcello syok melihat Alia dengan keadaan berantakan dan bekas air mata di pipinya, "Lo salah paham."
"Ini yang namanya kumpul sama Anak Paskibraka se-Kabupaten? Gue baru tau kalau Aileen anak Paskibraka Kabupaten." Air mata Alia mengalir, bukan karena cengeng, Alia juga tidak sadar jika sekarang Air matanya turun membanjiri pipinya.
"Maafin gue yang marah-marah gak jelas, marah-marah seolah-olah gue pacar yang ngeliat pasangannya selingkuh. Maafin gue yang udah ganggu kencan kalian."
Alia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar cafe, namun sebelun Alia keluar, Alia berbalik kearah Marcello dan Aileen yang masih melihatnya.
"Gue cuma mau bilang, kalau tugas lo udah selesai."
Alia keluar dari cafe dengan air mata yang makin deras turun ke-pipinya, rambutnya yang acak-acakan, tasnya yang ia gendong asal, dan langkah yang terseok-seok. Tujuan Alia saat ini adalah halte dekat Cafe. Saat sampai di halte, Alia duduk sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya dan menangis sekeras-kerasnya. Melampiaskan semua kesakitan hatinya lewat menangis. Alia tak peduli dengan orang-orang sekitarnya, yang ia butuhkan sekarang adalah sendiri.
Disisi lain, Marcello dan Aileen kembali duduk. Menikmati pesanan mereka. Lebih tepatnya, hanya Aileen yang menikmati pesanannnya, beda halnya dengan Marcello yang duduk tak tenang ditempatnya.
"Kenapa Kak? Kok kayak gak nyaman gitu?" Tanya Aileen yang melihat Marcello dari tadi menampilkan kegelisahan.
"Gue gak enak sama Alia. Gue salah, karena udah bohongin dia, nyuruh dia ngerjain tugas gue demi jalan sama lo." Marcello kini menatap Aileen, sementara Aileen yang ditatap tersipu malu, karena ternyata Marcello bohong dan menyuruh Alia mengerjakan tugas ekonomi Marcello, demi jalan dengan dirinya.
"Gak usah kepikiran Kak, palingan Alia besok udah baik lagi."
Marcello hanya mengangguk dan kembali menikmati Hot Coffeenya yang mulai tidak hot lagi.
Kembali ke posisi Alia sekarang. Alia yang masih terisak dengan bahu yang naik turun. Sekarang Alia percaya bahwa jika seseorang ingin merasakan yang namanya jatuh cinta, mereka harus mampu menahan yang namanya patah hati.
Baru tau kalau sakit hati lebih parah daripada sakit gigi
Bersambung....
Jangan Lupa Vomment
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro