Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CRUSH 11

¤¤¤

"Makasih yah Bar, udah nganterin gue pulang." Alia turun dari sepeda Barra yang telah mengantarnya pulang.

"Oke."

"Lo gak mau mampir dulu?" Ucap Alia kepada Barra yang bimbang memilih mampir dulu atau pulang.

"Udah siang. Lain kali aja."

"Yaudah. Hati-hati yah!!" Alia melambai pada Barra yang kini mengendarai sepedanya menjauh dari rumah Alia.

Setelah dari puskesmas terdekat. Barra memang mengantar Alia pulang. Itu karena teman-teman Alia yang katanya mau nyusul tapi tak muncul-muncul. Barra yang tak ingin berlama-lama di tempat yang penuh obat-obatan itu memilih untuk mengantar Alia pulang.

Setelah mengantar Alia pulang, Barra tidak langsung menuju rumahnya, melainkan dia membelokkan sepedanya menuju cafe depan taman. Barra memasuki cafe dan mencari meja yang dimaksud sepupunya. Yah, Barra disini karena mendapat Line dari sepupunya untuk bertemu.

"Oii Sel!" Barra menepuk bahu Marcello dan beralih duduk didepan sepupunya itu. Yap!! Marcello adalah sepupu yang Barra maksud.

"Lo udah nyampe Bar. Mau pesan apa?" Tanya Marcello sambil memanggil pelayan cafe.

"Samaain aja sama pesanan lo." Ucap Barra yang menatap perempuan didekat Marcello yang sibuk memainkan ponselnya.

"Leen? Lo pesan apa?" Tanya Marcello yang kini menatap Aileen.

"Samaain aja sama pesanan Kakak." Aileen kembali fokus pada ponselnya.

"Mba, pesan Ice Blend Strawberry Javachipnya 3, sama Rainbow Cheese Cakenya." Ucap Marcello pada pelayan Cafe yang kini menuliskan pesanan Marcello.

"Baik. Hanya itu?" Marcello mengangguk.

"Kalau begitu, mohon tunggu sebentar." Pelayan cafe itu tersenyum dan pergi dari meja yang Marcello tempati.

"Oh iya Bar. Kenalin." Marcello memperkenalkan Aileen pada Barra.

"Aileen." Aileen kini meyulurkan tangannya tanda perkenalan.

"Barra." Barra menyambut tabgan Aileen yang terjulur kearahnya itu.

Menurut Barra, Aileen cantik. Dengan rambut panjangnya yang menjuntai kebawah. Wajahnya yang tirus dengan hidung yang mancung serta bibir yang tipis. Pantas Marcello kelihatannya sedang dekat dengan perempuan bernama Aileen ini.

Aileen yang merasa diperhatikan beralih menatap Barra yang kini memperhatikannya. Barra yang ketahuan menatap Aileen segera menyibukkan diri dengan mengoak-atik ponselnya. Aileen yang tidak peduli pun mengalihkan perhatiannya kembali pada ponselnya.

Pesanan datang. Yang tadinya sibuk dengan ponsel. Mereka bertiga sedang fokus meminum Ice Blendnya dan memakan cake yang dipesan Marcello.

"Oh iya Bar, lo abis darimana tadi? Kok ngaret banget?" Tanya Marcello di sela-sela makannya.

"Tadi, pas lagi naik sepeda, gue nabrak cewek." Ucap Barra sambil menyendok cake yang didepannya.

"Terus? Gimana ceweknya?" Tanya Marcello yang fokus pada Barra. Sedangkan Aileen masih diam sambil memakan cakenya, sekali-kali menyimak apa yang dikatakan Barra.

"Sebenarnya bukan gue yang salah. Cewek itu yang salah, pake ngelamun ditengah jalan, teman-temannya neriakin dia buat menghindar. Tapi, terlambat karena gue udah nabrak dia. Dia jatuh dan kakinya terkilir." Ucap Barra panjang lebar kali tinggi pada Marcello.

"Terus lo tanggung jawab?" Tanya Marcello, dan Barra hanya mengangguk tanda setuju.

"Gue nganter dia ke puskesmas, abis itu nganterin dia pulang."

"Lo tau dia siapa?" Tanya Marcello yang masih penasaran dengan cewek yang ditabrak Barra.

"Kalau gak salah namanya Al-"

"Kak Selo," Aileen bersuara. Ia setengah berteriak ketika Barra hampir menyebutkan nama cewek yang ditabraknya.

"Kenapa Leen?" Tanya Marcello yang kini beralih fokus ke Aileen.

"Mamaku Sms, disuruh pulang katanya." Ucap Aileen sambil menatap Marcello.

"Gue anter. Barra, gue anter Aileen pulang dulu. Lo kalau mau pulang, pulang Aja. Bonnya biar gue yang bayar." Marcello dan Aileen bangkit dan berjalan keluar.

Barra yang melihat semua itu serasa ada yang ganjal. Barra merasa bahwa Aileen hanya berpura-pura. Just a feeling

Marcello membukakan pintu mobilnya dan membiarkan Aileen masuk kedalam mobilnya. Marcello masuk kedalam mobil dan mengendarai mobilnya menuju rumah Aileen. Tanpa marcello sadari, Aileen tersenyum miring sambil menatap Barra dari dalam mobil Marcello yang mulai meninggalkan parkiran cafe.

Beda halnya dengan Marcello, Aileen, dan Barra. Alia di kamarnya sedang berbaring sendirian. Maminya sedang pergi ke supermarket dan disinilah Alia berbaring ditemani dengan Tivi yang menonton dirinya. Alia memikirkan Marcello dan Aileen.

"Sekarang Kak Selo sama Aileen ngapain yah? Pasti mereka lagi jogging sambil ketawa-ketiwi. Ihh kesel gue!!" Alia memukul mukul bantal gulingnya, kekesalannya ia lampiaskan pada gulingnya yang tak bersalah.

Masih memukul-mukul gulingnya, suara ketukan pintu dari arah luar kamarnya membuat Alia takut. Pasalnya dirinya sendiri dirumah, Maminya pasti belum pulang. Jadi? Siapa yang mengetuk pintu kamarnya?

"Mih? Mami diluar? Siapa diluar?" Alia berteriak dari dalam kamarnya.

Tidak ada yang merespon, suara ketukan masih terdengar tapi tidak ada yang menyahuti teriakan Alia. Alia memberanikan diri untuk berjalan menuju pintu kamarnya. Memegang knop pintu dengan tangan kanannya dan tangan kirinya yang kini memegang sapu. Rencana Alia adalah, saat ia membuka pintu ia akan langsung memukul si pelaku dengan sapu yang ia pegang. Alia perlahan-lahan memutar knop pintu dan membuka pintu kamarnya, tanpa melihat si pengetuk Alia langsung memukulnya dengan sapu.

"Lo maling yah? Rasain nih!" Alia terus membabi buta memukul seseorang didepannya, matanya ia tutup, takut melihat seseorang tersebut.

"WOI, STOP!! STOP!! GUE BARRA!!" Barra memegang kedua tangan Alia dengan kedua tangannya, Alia berhenti memukul Barra, sapu yang dipakai untuk memukul Barra terjatuh begitu saja.

Posisi mereka sekarang adalah, Barra yang menahan kedua tangan Alia dengan cara memegang tangan Alia dengan tangannya. Alia masih menutup matanya, ia masih takut melihat sosok didepannya saat ini. Sedangkan Barra menatap intens gadis yang menutup rapat matanya, tak ada tanda-tanda keinginannya membuka mata. Barra terpesona dengan wajah didepannya ini. Ia seakan terhipnotis dan serasa ingin menatap terus-menerus wajah didepannya ini.

"Lo gak mau buka mata lo?" Tanya Barra kepada Alia yang masih menutup matanya.

Alia yang perlahan-lahan membuka matanya, saat matanya terbuka sempurna, pandangan didepannya adalah dada bidang seseorang, Alia mendongak melihat siapa pemilik dada bidang yang memegang kedua tangannya ini.

"LO? LO NGAPAIN DISINI?"

"Aduh, gak usah teriak teriak." Barra melepaskan tangan Alia dan kini mengusap-usap telinganya yang ber-dengung karena teriakan Alia.

"Lo ngapain disini? Lo sebenarnya penjahat kan? Jujur gak? Atau gue pukul lagi? Mau?" Alia kembali memungut sapu yang tadi ia jatuhkan. Sementara Barra yang melihat itu langsung menjauh, menjaga jarak dari Alia.

"Tenang, gue kesini mau ngambil earphone gue yang jatuh didepan rumah lo, pas gue mau balik, pintu rumah lo kebuka. Oke gue minta maaf karena masuk rumah lo tanpa Izin. Awalnya gue cuma mau ngecek, tapi karena gue denger suara suara teriak-teriak sambil mukul mukul sesuatu dari arah yang ternyata kamar lo." Ucap Barra menjelaskan kenapa dirinya bisa disini.

"Ooh, gitu!! Maaf juga karena udah mukul lo." Ucap Alia sambil menurunkan sapunya.

"Sakit yah? Sini gue obatin!" Alia menarik tangan Barra ke ruang tamu.

Menit selanjutnya Alia dengan telaten mengobati luka lebam dipipi Barra, itu akibat Alia memukul Barra dengan Sapu. Barra menatap wajah Alia yang sangat dekat dengan wajahnya sekarang.

"Ekhm, sekali lagi Maafin gue yah?" Alia merapikan kotak P3K, ia sudah selesai mengobati Barra.

"Its ok, gue gak pa-pa, tadi itu tindakan wajar, karena lo pasti ngira gue penjahat kan?" Alia hanya menangguk menanggapi uacapan Barra.

"Oh iya nama lo siapa tadi? Gue lupa. Hehehe." Alia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Barra. nama gue Barra." Ucap Barra sambil melihat Alia yang mengagguk-anggukkan kepalanya tanda tau.

"Oh iya, gue mau nanya. Tadi gue sempat ngeliat papan gantung di pintu kamar lo, itu siapa?" Tanya Barra pada Alia yang duduk diam disampingnya.

"Yang tulisannya Cello's Wife?" Tanya balik Alia, Barra hanya mengangguk.

"Aduh gimana ngomongnya yah? Gue malu Bar." Alia menyembunyikan rona merah dipipinya.

Barra yang melihat itu semakin gemas dengan tingkah Alia, rasanya ingin ia cubit pipi chubby Alia.

"Itu nama gebetan lo? Yang lo ngaku ngaku jadi istrinya? Gak usah malu, anak SMA wajar kalau gitu. Lagi masa-masa alay lebaynya."

"Semua yang lo bilang benar, tapi, gue gak setuju kalau lo bilang gue alay sama lebay. Sorry yah gue bukan anak alay." Alia bersidekap dada tanda sebal pada ucapan Barra yang menyatakan dirinya Alay dan lebay.

"Ngambek, gitu doang. Seharusnya gue ngelaporin lo ke polisi, lo mukul gue tanpa sebab." Ucap Barra pada Alia yang masih ngambek.

"Apaan sih, pake bawa bawa polisi, kan gue udah minta maaf tadi." Alia kini mulai memohon pada Barra agar tak bawa bawa nama polisi.

"Oh iya, gue mau nanya lagi, kalau orang yang lo gebet itu namanya Marcello bukan sih?" Tanya Barra menatap serius mata Alia.

Alia hanya mengangguk sambil menatap kearah depan dengan mata yang berbinar. "Marcello Hermawan.

¤¤¤

Setelah berterima kasih karena telah mengobati lebamnya, Barra pamit pada Alia, Alia hanya mengagguk dan meminta maaf karena dirinya lah yang membuat Barra lebam.

Satu hal yang Barra tau dan Alia tidak tau. Marcello sepupu Barra, dan Barra tidak mengatakannya pada Alia.

Aku suka sama kamu, kamu suka sama dia!!

Bersambung.....

Jangan lupa Vommentnya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro