CRUSH 08
¤¤¤
Alia sedari tadi tak berhenti menepuk pundak Idham untuk menaikkan sedikit kecepatan motornya. Alia panik saat mendengar kabar kalau Nisa dan Tiara kecelakaan.
Saat motor Idham berhenti didepan puskesmas, tanpa babibu lagi, Alia langsung turun tanpa menunggu Idham yang menstandar motornya.
Menyusuri lorong puskesmas, Alia melihat Iin yang berdiri didekat pintu, sedangkan terlihat Nisa yang duduk dikursi tunggu. Dan dimana Tiara?
"Nisa!!" Teriak Alia sambil berlari kearah Nisa dan Iin, "Tiara mana?" Tanya Alia saat sampai dihadapan Nisa dan Iin.
"Didalam, lagi operasi." Jawab Iin sambil menunjuk pintu tempat dirawatnya Tiara. Alia yang mendengarkan itu melototkan matanya, Tiara dioperasi, orang tuanya tau? Itu yang terlintas dipikiran Alia sekarang.
"Siapa yang dioperasi?" Itu bukan suara Alia, melainkan suara Idham yang kini berdiri dibelakang Alia, Iin yang melihat Idham langsung memperbaiki sedikit seragam dan rambutnya yang berantakan. Iin caper.
"Gak ada kok, becanda tadi, Tiara cuma dijahit dikit." Iin melembutkan suaranya, membuat Alia lagi-lagi melototkan matanya, bisa-bisanya Iin bercanda saat ini, apalagi suaranya yang sengaja dilembut-lembutkan saat berbicara dengan Idgam. Dasar Iin tukang Modus.
Alia tak memperdulikan Iin yang kini berdiri malu-malu kucing dihadapan Idham yang berdiri dengan satu tangan berada di saku celananya. Alia duduk didekat Nisa yang sedari tadi diam, tak memperdulikan keributan sesaat yang berlangsung dihadapannya tadi.
"Nis, lo gak pa-pa?" Tanya Alia sambil mengusap punggung Nisa yang tegang.
"Gue gak pa-pa Al, tapi Tiara yang apa-apa." Nisa menampilkan raut wajah yang khawatir, wajar karena kita teman dan sudah seharusnya khawatir satu sama lain.
"Udah Nis, Tante Sari pasti ngerti kok, kan disini bukan cuma Tiara yang korban, motor lo juga rusak, nanti deh kita bantuin ngomong sama tante Sari, iya kan In?" ucap Alia yang mengusap terus punggung Nisa berusaha menenangkannya. Kalimat terakhirnya ia gunakan untuk mengode Iin yang masih sibuk malu-malu kucing dengan Idham. Iin yamg mendengarkan Alia bertanya padanya hanya menganggukkan kepala tanpa tau apa yang sebelumnya Alia katakan, di pikirannya sekarang adalah Idham, Idham, dan Idham.
Beberapa menit dalam keadaan hening, Idham kini beralih duduk didekat Alia, dan Iin yang beralih duduk didekat Idham sambil terus menatap Idham dari samping, Idham yang ditatap seperti itu merasa risih dan mulai mencolek Alia karena tak nyaman dengan pandangan Iin kepadanya. Karena merasa terganggu dengan Idham yang terus mencolek tangannya, dikira tangan Alia sabun colek apa!!
"Apaan sih Dham?" Tanya Alia yang kini menatap Idham. Sedangkan Idham menggerakkan mulutnya membentuk kalimat "Gue risih" tanpa suara, tentu itu membuat Alia bingung.
"Ngomong apa sih?" Tanya Alia yang benar-benar tak mengerti dengan ucapan Idham. Idham yang mulai kesal mengeluarkan suaranya dan agak berbisik kearah Alia agar Iin tak mendengar.
"Gue risih sama Iin, dari tadi ngeliatinnya intens banget." Bisik Idham yang bisa didengar Alia, Alia mengangguk mengerti. Alia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu diponselnya setelah mengetikkan itu, ponsel Iin berdering tanda pesan masuk, itu dari Alia yang isinya mengintrupsikan Iin untuk biasa aja, karena Idham mulai tak nyaman.
Iin yang melihat pesan Alia beralih menatap Alia yang kini menatapnya juga, Alia mengode Iin, Iin mengerti dan mulai membiasakan diri, tidak melihat intens Idham lagi, walau kadang melirik dan curi-curi pandang. Idham kini tak merasa risih lagi.
Mereka berempat (read : Alia, Nisa, Iin, dan Idham) duduk hening sambil menunggu Tiara keluar dari balik pintu.
15 menit menunggu, akhirnya Tiara keluar dari ruangan rawat, dagunya yang kini terlapisi perban. Iin, Nisa, Alia dan Idham berdiri ditempat saat melihat Tiara berjalan kearah mereka.
"Tir? Sakit gak?" itu pertanyaan dari Iin, Tiara hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak sakit.
"Motor lo gimana Nisa?" Tanya Tiara kepada Nisa, Nisa yang mendengar pertanyaan Tiara langsung memukul pelan bahu Tiara.
"Apaan sih, malah nanyain motor, kondisi lo yang harus lo tanyain."
"Udah-udah, sekarang kita bareng-bareng ke rumah Tiara buat ngejelasin semuanya ke Tante Sari kronologi kejadiannya, Nisa lo harus jelasin semuanya dan kita bakal bantu, walaupun gue gak tau kronologinya gimana." Alia kini mengajak mereka semua untuk ke rumah Tiara.
"Ayo, motor gue masih bisa jalan kok, cuma depannya aja yang rusak, yang lain masih ok." ucap Nisa sambil berjalan menuju parkiran puskesmas, diikuti Iin, Alia, Tiara dan Idham dibelakangnya.
Tiara dibonceng Alia menggunakan motor Iin, jika kalian bertanya Iin sama siapa? Tentu bersama dengan Idham, awalnya Idham menolak karena takut risih jika Iin menatapnya Intens lagi, dengan sedikit paksaan dari Alia, akhirnya Idham mau membonceng Iin, Nisa terpaksa sendiri membawa motornya. Motor Alia gimana? Tenang, disekolah motor aman, ada pak satpam yang jagain. Nanti setelah kerumah Tiara mengantarnya, Idham akan mengantar Alia mengambil motornya di sekolah.
Perjalanan tak terlalu jauh. Jarak rumah Tiara dari puskesmas memang tak terlalu jauh. Setelah memarkirkan motor mereka didepam rumah Tiara, Tiara melangkahkan kakinya masuk kedalam teras rumahnya, saat sampai didepan teras, mereka tidak langsung masuk atau mengetuk pintu, Tiara mengatur rencana terlebih dahulu.
"Jadi, gue yang bakalan ngomong duluan, kalau misalnya nyokap gak percaya atau belum percaya, kalian bileh ngebantuin ngomong, dan Alia kan belum tau kronologi kejadiannya, lo bisa denger nanti dari penjelasan gue ke nyokap!" Tiara memberikan arahan kepada Nisa dan lainnya.
Setelah mereka mengerti, Tiara mengetok pintu dan masuk kedalam rumahnya. Orang pertama yang dilihat Tiara didalam rumahnya adalah Ibunya yaitu Sari yang kini duduk di sofa sambil bersidekap dada dan menatap Tiara tajam, Tiara yang ditatap tajam hanya menundukkan kepalanya.
"Dari mana? Kenapa baru pulang?" Ucapan Sari begitu dingin membuat Nisa, Iin, Alia dan Idham yang diluar berdigik ngeri mendengar suara Tante Sari.
Jadi disini ceritanya, Tante Sari gak tau kalau teman-teman Tiara ada diluar, Tiara memang menyuruh teman-temannya untuk menunggu diluar. Tiara ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, jika mulai terancam, baru temannya boleh masuk dan membantunya.
Sari masih duduk di sofa, Tiara masih menunduk sambil menjawab pertanyaan Ibunya itu
"Dari puskesmas Bu, ada sesuatu tadi, jadi telat pulang."
Sari kini beranjak dari sofa yang didudukinya dan menuju dimana tempat Tiara berdiri menunduk, Sari kini berdiri dihadapan Tiara, Tiara semakin menunduk, namun Sari mendongkakakan kepala Tiara menggunakan tangannya yang berada didagu Tiara, terlihat lipatan didahi Sari saat ia memegang dagu Tiara seperti ada perban yang menutupinya.
Saat Tiara kini menatap Ibunya, Sari semakin jelas melihat bahwa memang ada perban yang melekat di dagu Tiara. Sari sontak membulatkan matanya, sedangkan Tiara kini menutup rapat matanya, takut menatap Ibunya yang sebentar lagi memakinya. Iin, Nisa, Alia dan Idham juga menutup mata dan telinga mereka, sepertinya sedikit lagi perang ketiga akan dimulai.
1 2 3....
"Yaampun Tiara ini kenapa? Dagu kamu kenapa diperban gini? Kamu kenapa nak?" Tiara membuka matanya sambil melotot, Ibunya kini mengusap-usap kepalanya dan membawanya dalam pelukannya seperti takut kehilangan Tiara.
Teman-teman Tiara yang berada diluar rumah langsung masuk kedalam rumah dan yang dilihat mereka adalah Tiara yang kini dipeluk serta diusap kepalanya oleh Tante Sari, Tiara juga bingung, kenapa Ibunya seperti ini. Tiara kira, Ibunya akan marah karena pulang telat tanpa minta Izin dan pas pulang keadaannya seperti ini, ternyata Ibunya malah memanjakannya bahkan kini memeluknya erat. Iin, Nisa, Alia, serta Idham sama bingungnya dengan Tiara.
Sari yang sadar kalau kini ada teman-teman Tiara langsung menyuruh mereka duduk disofa tanpa melepaskan pelukannya pada Tiara.
"Bu lepasin dulu, malu tau sama mereka!" Tiara mengode Ibunya untuk segera melepaskan pelukannya, Sari yang mengerti kemudian melepaskan pelukannya dan menarik pelan Tiara menuju sofa bergabung dengan yang lain.
"Jadi? Ada yang mau jelasin?" Tanya Tante Sari menatap mereka berempat, sementara Tiara masih dirangkul oleh Ibunya. Ternyata Tante Sari tidak galak seperti perkiraan mereka tadi, malah Tiara seperti anak ayam yang dikurung terus sama induknya.
"Gini tante, tadi Aku mau nganter Tiara pulang, nah pas lewat dekat mesjid yang ada polisi tidurnya, mungkin saking asik ngobrolnya, Tiara mungkin juga gak fokus jadi nabrak polisi tidur, Aku lompat, Tiara nyunsep deh." penjelasan Nisa membuat Sari menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Motor kamu ada yang rusak?" Tanya Sari kepada Nisa.
"Depannya aja tante, gak terlalu parah kok." Nisa menjelaskan kepada Sari keadaan motornya yang memang tak terlalu parah.
"Mau tante bawa ke bengkel?" Tanya Sari lagi, Nisa menggelengkan kepalanya, "Gak usah tante, gak parah kok."
"Yaudah, kalau gitu, Tiara kamu kekamar yah, ganti baju, nanti Ibu bawaan makanannya ke kamar." Mendengar ucapan Ibunya, Tiara mengangguk dan berlalu menuju ke kamarnya.
"Gue istirahat dulu yah guys." Nisa, Iin, Alia dan Idham hanya menganggukkan kepalanya.
"Yaudah tante, kita pamit yah." Alia mewakili temannya untuk pamit.
"Iya, salam yah buat orang tua kalian." mereka berempat salim kemudian mengucapkan salam dan keluar rumah.
Diluar rumah Tiara, Iin kini mengambil alih motornya dari Alia, sedangkan Alia kini dibonceng oleh Idham, sebelum Idham menyalakan motornya, Iin berbisik ketelinga Alia yang kini duduk di jok motor Idham.
"Gue bahagia Al, makasih yah!!"
Alia menganggukkan kepalanya sambil mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum ke Iin, kalian ngerti kan?
Nisa pamit duluan untuk pulang, Iin juga sudah men-stater motornya bersiap untuk pulang, tinggal Idham dan Alia yang belum pulang.
"Iin bisikin apa sama lo?" Tanya Idham sambil memasang helmnya.
"Ih kepo deh lo, udah buruan, kasian motor gue disekolah sendirian, berasa jomblo banget." Alia menepuk pundak Idham.
"Emang jomblo!!" lirih Idham, pasti Alia tidak mendengar karena Idham sengaja mengecilkan suaranya takut Alia ngamuk.
Hari ini, dibalik kecelakaan yang menimpa Nisa dan Tiara, Nisa yang syok dan motornya yang rusak walaupun tak terlalu parah, Tiara yang mendapatkan 3 jahitan didagunya. Namun dibalik itu semua, Iin yang bisa berinteraksi dengan Idham, yang merupakan gebetannya, Tiara yang kini dimanja oleh Ibunya. Kini mereka percaya bahwa dibalik musibah pasti ada hikmahnya.
Bersambung......
Jangan lupa Vommentnya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro