CRUSH 04
¤¤¤
Kejadian hari ini merupakan hari tersial bagi Nisa dan Iin. Dimana Nisa yang terlalu geer terhadap Rei dan Iin yang dihukum karena salah menjawab soal dipapan tulis. Namanya juga hidup, hidup yang tak seindah drama korea.
Setelah jam pelajaran berganti, Iin segera masuk kelas dan duduk didekat Alia yang sedang memainkan ponselnya, sedangkan Nisa yang datang dengan langkah gontai menuju bangkunya. Sesampai Nisa dibangkunya dia menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya. Kalau sudah begini, sudah pasti Nisa ada masalah.
Tiara, Iin, dan Alia berjalan mendekati Nisa yang kelihatannya sangat sedih.
"Nis? Ada apa? Kok lo badmood gini?" Cerocos Iin sambil memegang bahu Nisa.
"Lo ada masalah apa? Cerita dong!" Alia menggoyangkan lengan Nisa dengan pelan takut Nisa terganggu dengan tindakannya.
"Kayaknya dia butuh sendiri deh," Tiara membuka suara untuk menenangkan Nisa dan melarang Alia serta Iin mengganggu Nisa.
"Gue kegeeran." Nisa mendongakkan kepalanya menatap satu persatu temannya.
"Maksud lo?" Tanya Tiara dengan raut wajah penasaran.
"Gini, kan tadi gue dilarang masuk, jadi gue ke perpustakaan dengan niatan mau baca buku sampe jamnya Bu Wati berakhir. Tapi itu semua gagal karena gue ketemu sama Kak Rei didepan Perpus," Nisa menjelaskan kenapa dirinya sangat sial hari ini.
"Terus?" Alia menanggapi dengan serius cerita Nisa, sedangkan Iin dan Tiara masih tetap diam menunggu kelanjutan cerita Nisa.
"Yah jadi, bla..bla...bla.....bla.....bla....
(ceritanya Nisa menjelaskan kejadian kenapa dia bisa badmood dan merasa sangat geer) gitu ceritanya!" Nisa memgakhiri ceritanya dengan satu helaan nafas.
"Tenang. Bukan lo doang yang sial, tadi gue juga dikeluarin gara-gara salah jawab soal dipapan tulis." Iin menepuk pelan bahu Nisa, sementara Nisa yang mendengar perkataan Iin hanya tertawa kecil, setidaknya ia bisa melupakan sedikit kesedihannya.
"Lo enak Nis, malunya cuma sama Kak Rei doang, nah si Iin malunya sama temen kelas plus Bu guru cantik. Kalau dipikir nih yah, yang paling sial itu Iin." Cerocos Alia yang membuat Iin menatap tajam Alia, sedangkan yang ditatap menampilkan wajah tanpa dosanya.
"Awas, nanti lo kena sial juga dan kesialannya lebih parah daripada gue. Amin." Iin menimpali omongan Alia dengan sumpahan yang diabaikan oleh Alia.
"Udah deh, daripada kalian sumpah-sumpahan mendingan sekarang kalian belajar, nanti ada ulangan Sastra Jepang"
Ucapan Tiara membuat mereka bertiga kaget dan bergegas kembali ke tempat duduknya masing-masing.
Ulangan Sastra Jepang berlalu dengan sedikit lika-liku. Bel istirahat memang obat bagi sakit kepala para pelajar di sekolah. Tujuan keempat para gadis ini adalah perpustakaan, bagi mereka perpustakaan adalah tempat paling enak kedua setelah kantin. Jika kalian berpikiran bahwa perpustakaan itu tempat membosankan dan hanya berpenghuni orang nerd didalamnya, maka kalian salah besar, karena didalam perpus itu tempatnya senior cogan ngumpul. Kenapa? Karena sakarang itu musimnya yang namanya ujian, yah jelas para senior larinya ke perpus buat belajar. Dan perpus di sekolah ini beda, karena Tidak menggunakan kursi buat belajar. Jadi, cuma pake meja dan duduknya nge-lantai yang udah dilapisi sama karpet berbulu yang nyaman serta bentuk ruangan perpus disini itu terbagi dua, ada ruangan khusus kelas tiga dan ada ruangan khusus kelas satu dan dua.
Satu kata buat perpustakaan bagi mereka berempat adalah Nyaman. Biasanya kalau istirahat, ruangan khusus kelas satu dan dua sepi. Jadi Alia beserta kawan-kawannya bisa nyantai kayak di pantai. Kayak sekarang yang dimana posisi Alia sekarang adalah telentang sambil memakai earphone ditelinganya, Iin yang menggoyangkan badannya mengikuti arahan senam dari ponselnya, Tiara yang berbaring sambil menutup mata dengan telinga yang tersumpal earphone dan Nisa yang sedang serius menonton drama korea on going di ponselnya menggunakan earphone.
Ps : mohon jangan tiru kelakuan mereka yang absurd saat di perpustakaan.
Tindakan mereka berempat itu sudah pasti tidak diketahui oleh Bu Titi selaku ibu perpus yang menjaga, dikarenakan meja Bu Titi berada di area khusus kelas tiga. Jadi otomatis Bu Titi tidak bisa melihat mereka karena terhalang tembok pemisah antara ruangan khusus kelas tiga dan kelas dua. Dan apabila Bu Titi berjalan mengontrol area kelas dua, dengan gesit mereka akan berganti posisi dengan saling berhadap-hadapan dengan buku ditangan mereka, sungguh licik bukan? Yah setelah bu Titi keluar area, baru mereka berempat merubah posisi ke semula.
Jam istirahat telah berakhir, tapi mereka berempat belum beranjak dari posisinya, entah pura-pura tidak dengar bunyi lonceng atau memang tidak dengar sama sekali. Kalau bukan Bu Titi yang memberitahu kalau bel istirahat sudah berakhir 10 menit yang lalu, mereka sudah pasti lupa waktu.
Alia segera berlari keluar perpus setelah meminta kartu anggota perpusnya di Bu Titi dan diikuti Iin, Tiara, dan Nisa dibelakangnya. Tak ada waktu memasang sepatu mengingat yang mengajar adalah pak Raka yang galaknya minta ampun, alhasil mereka berempat berlari menuju kelas dengan keadaan hanya menggunakan kaos putih selutut dengan sepatu yang ditenteng.
"Mati kita kali ini!" Dumel Tiara yang masih terus berlalari, nasib memiliki kelas yang jauh dari perpustakaan.
"Jangan nyerocos terus, fokus kedepan jangan sampai jatuh terus malu!!" Iin dengan semangat pejuang tinggi menambah kecepatan larinya.
"Lo kayak pelatih lari aja In, sok ngasih arahan." Timpal Nisa yang sedari tadi diam.
"Mendingan lo semua baca doa agar selamat dari amukan pak Raka." Alia memperlambat larinya dikarenakan kelasnya sudah didepan mata dimana terlihat pak Raka menjelaskan materi tentang Puisi.
"Assalamualaikum pak." Tiara pertama membuka suaranya.
"Waalaikumsalam, darimana kalian?" Pak Raka menghentikan penjelasannya dan beralih menatap Alia, Iin, Tiara, dan Nisa.
"Mmm,ki-ta d-a-ri," Alia terbata-bata mengucapkan kalimatnya saat Pak Raka menatapnya dengan intens.
"Dari mana? Kalau ngomong itu yang jelas!!" Bentak Pak Raka sedikit keras membuat seisi kelas terkejut.
"Toilet, Kantin, ruang guru, perpustakaan." Mereka berempat refleks mengatakan tempat berbeda yang membuat Pak Raka bingung dengan jawaban mereka.
"Kalian berempat saya hukum lari di lapangan basket 4 putaran setelah itu hormat ditiang bendera sampai jam saya selesai!" Perintah Pak Raka membuat mereka berempat syok mendadak ditempat.
"Cepat laksanakan, sebelum saya tambah hukuman kalian!!" Perintah Pak Raka sekali lagi.
Sebelum Alia, Iin, Nisa dan Tiara benar benar pergi terdengar teriakan dari dalam kelas mereka.
"Ciee yang dihukum massal, semangat yah!!" Sorakan itu tak berlangsung lama dikarenakan Pak Raka menyuruh diam melanjutkan penjelasannya.
Semua berawal dari kesialan Iin dan Nisa, berlanjut pada jam istirahat di perpus yang membuat mereka lupa waktu dan sekarang harus melakukan hukuman dari Pak Raka.
"Kita emang pantes dihukum gini." Gumam Alia yang sementara berlari.
"Ternyata kesialan gue masih berlanjut." Keluh Iin yang sudah dibanjiri keringat.
"Gue baru kali ini dihukum kayak gini." Timpal Nisa yang berhenti berlari sebentar karena terlalu capek.
"Jadi, gini rasanya dihukum massal. Capek tapi seru!!"
Semangat Tiara membuat Alia, Iin, dan Nisa mempercepat larinya agar cepat selesai dari hukuman Pak Raka yang membuat mereka capek, pegal, dan malu.
Bersambung......
Jangan lupa vomment yah 😍😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro