Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29.Promshit

Dhanu.

Najla memang jahat, gue benar-benar dibiarkan datang ke pesta ini sendirian!

Setelah memaksa gue foto bertiga bersama Thalia, teman paling setia kawan itu sedang tertawa bersama Bagas, pasangannya yang membuat gue harus ikhlas menjadi jomblo paling menyedihkan di promshit malam ini.

Gue tidak melebih-lebihkan ketika bilang, gue jomblo paling menyedihkan, lihat sekeliling gue sekarang nyaris seluruh orang di sini berpasangan, kalaupun ada yang nggak berpasangan pasti ada aja temannya, nggak kayak gue yang sendirian, karena punya temen yang setan semua.

Saat gue berkata 'nyaris semua orang berpasangan', hal itu mencakup Thalia dan Fadli yang sedang tertawa di pinggir kolam. Ingatkan gue untuk ngejorokin Fadli ke kolam penuh lilin itu, kalau-kalau ada kesempatan.

Soal foto, jangan kira Thalia ikhlas foto berdiri di sebelah gue, gue saja sudah sangat bersyukur Thalia nggak melilitkan tanaman sulur yang menjadi background foto kami di leher gue.

Malam ini Thalia luar biasa cantik, rambut panjangnya di jepit sebagian dan sebagian lainnya dibiarkan terurai begitu saja.

Gaun berwarna pink keperakan--yang sialnya senada dengan milik Fadli--jatuh pas di tubuh mungilnya, meskipun sedikit terbuka karena hanya bertali spaghetti namun di banding seksi, kesan manis lebih melekat pada Thalia malam ini.

Malam ini, dia adalah perempuan paling cantik yang pernah gue temui.

Oke, iya nggak usah protes, setiap hari juga menurut gue dia perempuan paling cantik.

"Biasa aja dong Nu liatinnya." Gue menoleh dan menemukan si teman-paling-setia-kawan sudah berdiri di samping gue, tangannya memeluk bucket-bucket bunga.

"Tumben inget temen, bukannya lagi asyik sama Bagas?" sindir gue, tapi yang disindir tidak tersindir sama sekali.

"Lagi di pinjem Hana, lo cemberut aja, enjoy dong," gue mendengus mendengar kata enjoy.

"Lo nyuruh gue enjoy setelah membiarkan gue di ingat sebagai orang paling forever alone di acara perpisahan? Great! Dasar teman!" Najla tertawa mendengar kata-kata ku.

"Lebay lo anjir! Memang gue nggak tau tadi lo di samperin siapa aja? Nadia, Zahra, terus siapa lagi ya tadi? Kalila! Iya! Gila lo Kalila!" seru Najla membuat gue meringis. Just for your information, Kalila adalah salah satu dari sepuluh cewek tercantik di sekolah gue, ya Thalia dan Najla juga termasuk sih, tapi Kalila versi angelnya, mereka versi devilnya.

"Apa kabar sama tuh bunga-bunga?" Najla melirik enam bucket bunga tersebut, lalu menyarukannya ke pelukan gue.

"Pegangin deh, gue juga lupa itu dari siapa aja," katanya sama sekali tidak berniat menyombong.

Yap, seperti perpisahan pada umumnya. Para pengagum rahasia akhirnya muncul ke permukaan, mengungkap kan perasaan yang mereka tekan selama ini. Menyedihkan, kesempatan tiga tahun untuk bisa lebih dekat, pada akhirnya hanya diwakilkan sepatah dua patah kata di moment terakhir.

Rata-rata, tidak lagi berniat memiliki, hanya ingin menyimpannya sebagai kenangan.

"By the way, yang ini dari Bara, loh," katanya mengambil setangkai mawar merah, dengan pita ungu yang kepanjangan.

Najla menatap mawar itu, lalu mengusap lembut pitanya, pandangannya menerawang, penuh kerinduan.

"Tau nggak kenapa pitanya udah jelek gini?" tanya Najla tanpa mengalihkan tatapannya, tapi kini seulas senyuman terlukis di bibir Najla.

"Karena Bara nggak punya duit buat beli pita yang bagusan mungkin," sahut gue asal, Najla mengangkat kepalanya lalu menatap gue kesal.

"Ye, bego, pala lo juga bisa dia beli, lagi!" gue tidak menyahut, karena Najla mulai menceritakan kenangan di balik pita keramat tersebut.

"Dulu, waktu gue masih pacaran sama dia, dia pernah gue dandanin pake pita ini, dan nggak nyangka aja gue, ternyata masih di simpen," ujar Najla sambil tersenyum, matanya juga tersenyum. Rindu, tapi sudah mengikhlaskan.

Awalnya gue masih berpikir kalo Najla mungkin selamanya nggak bisa move on dari si bangsat Bara, tapi ketika gue mengangkat kepala, gue menemukan Bara sedang menatap Najla.

Jenis tatapan itu menyiratkan banyak hal, salah satunya kesadaran bahwa Najla sudah tidak dapat ia raih. Gue paham, saat ini mungkin Bara ingin sekali memeluk Najla, memohon dan merengek agar ia bisa dimaafkan dan memutar waktu, tapi saat ini Najla sudah tidak lagi berdiri sebagai orang yang ingin memiliki Bara sekali lagi, Najla cukup cerdas untuk menyisakan hal-hal menyakitkan sebagai bagian dari masa lalu.

Jadi, untuk saat ini, bukan Najla yang belum bisa move on tapi Bara lah yang masih terkekang waktu.

Omong-omong soal Najla, malam ini dia juga mempesona. Gaunnya berwarna maroon, rambutnya di biarkan terurai begitu saja nyaris menyentuh pinggang, make upnya tipis tapi tegas. Kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan ia malam ini adalah anggun.

Cih, gue merinding sendiri membayangkan kalau Najla membaca pikiran gue yang satu itu, bisa besar kepala segede gaban!

"Thalia dapat berapa, Jla?" tanya gue membuat Najla mengangkat kepalanya, dia meletakan mawar tadi di pelukan gue bersama bunga lainnya, lalu tampak berpikir.

"Bunga? Berapa ya tadi? Tujuh apa delapan gitu, ya sayang aja lo nggak ikutan ngasih, kan lumayan buat stok," ujar Najla kalem tanpa rasa bersalah. Ular!

Tapi liat sendiri kan, man? Gue nggak bodoh-bodoh amat puasa pacaran sampai tiga tahun demi Thalia? Trust me, every straight guy, want this pieces!

"Tapi dia bete juga tuh, lebih dari selusin cewek minta foto sama Fadli anjir!"

Oke, gue juga harus mengakui, bahwa nyaris seluruh cewek yang nggak belok juga menginginkan Fadli, dan Thalia salah satunya.

Tiba-tiba suara ponsel berdering dari clutch milik Najla, tapi gue mengenalinya sebagai dering ponsel milik Thalia bukan Najla, dan benar saja Najla mengeluarkan ponsel Thalia, lalu mengangkat telfonnya.

Gue nggak tau apa yang Thalia bicarakan, gue hanya bisa mendengar jawaban dari Najla, lalu membayangkan sendiri apa-apa yang Thalia katakan.

"Hallo?" Najla membuka percakapan.

Pasti Thalia bakal tanya, dimana Najla.

"Ini gue lagi sama Dhanu, lo nggak mau kesini aja?" tanya Najla sembari melambaikan tangannya.

Pasti Thalia bilang 'ogah', lalu memaksa Najla untuk menghampirinya.

"Iya, sebentar ya, gue bentar lagi otw," kata Najla di telfon padahal dengan jelas jarak Thalia dengan kami hanya beberapa meter. Bahkan saat ini Najla berbicara di telfon sambil menatap Thalia, dan begitu pula sebaliknya.

Setelah sambungan telfon itu terputus, gue sempat melirik wallpaper handphone Thalia. Sialan, foto dia berdua dengan Fadli.

"Kok hp Thalia di elo?" tanya gue ketika Najla memasukan kembali benda pipih itu ke dalam tas.

"Iya, clutchnya kekecilan, cuma muat untuk touch up, sama uang."

"Terus dia nelfon pake hp siapa?" gue merasa sedang mengajukan pertanyaan bodoh, dan benar saja Najla menatap gue sebal.

"Kepo banget deh, lo! Hp Fadli lah!" serunya gemas.

"Ngatain kepo tapi di jawab juga," Najla memilih tidak membalas komentar gue.

"Gue ke Thalia dulu, ya, nitip ini semua," katanya menepuk-nepuk seluruh bunga miliknya yang masih dalam gendongan gue.

Namun baru beberapa langkah, dia kembali lagi, mengambil setangkai bunga mawar berpita buluk.

"Yang ini gue bawa aja deh," katanya nyengir sebelum hilang dari hadapan gue.

Gue kasihan dengan bunga-bunga ini, atau para pemberinya. Padahal, bunga-bunga ini jauh lebih bagus dari pada pemberian Bara, malah, kalau gue hitung ada yang sebucketnya sampai delapan belas tangkai.

Gue meletakan bunga lainnya, hanya mengambil bucket bunga berisi delapan belas tangkai tersebut.

"Begitulah cinta, mau lo secakep apa dan dia sejelek apa, kalau orang yang lo sayang lebih cinta sama yang jelek, lo bisa apa?" tanya gue kepada bunga tersebut, sambil menepuk-nepuknya.

Tidak lama suara MC terdengar menggantikan musik yang dimainkan BnB--band sekolahan gue--, dua orang itu memanggil seluruh peserta untuk berdiri mengelilingi panggung.

"Guys, tadi 'kan kita sudah dengerin lagu dari BnB, sekarang sudah mau sampai di puncak acara, nih, pengumuman King and Queen malam ini!" riuh rendah tepuk tangan terdengar dari seluruh penjuru panggung.

"Penasaran dong, siapa sih, King and Queennya?" suara MC itu menggantung, sengaja untuk memberi rasa penasaran. Walaupun sebenarnya, gue sama sekali tidak penasaran.

Sekolah gue punya banyak stock cewek cantik dan cowok ganteng, tentu saja list itu tersusun secara otomatis berdasarkan survey tidak langsung. Banyak nama yang bisa jadi Queen malam ini, seperti Kalila, Kirana, Carrisa, Devanya, bahkan Najla dan Thalia sudah termasuk kandidat kuat.

Tapi sepertinya dua nama yang terakhir gue sebutkan sama sekali tidak tertarik dengan predikat ini, terbukti dari keberadaan mereka yang masih berdiri di samping meja soda, mungkin bagi mereka fanta lebih menarik dari pada menjadi ratu pesta.

"Oke, karena temen-temen kayaknya udah excited banget nih, kita langsung panggil aja ya Quinnya..." MC menggantung kalimatnya membuat sebagian penonton, khususnya perempuan menahan napas.

"Thalia Maharani!" seru sang MC, dalam beberapa detik keheningan terjadi, sebelum suara riuh tepuk tangan kembali terdengar. Gue menoleh ke arah Najla dan Thalia, dan Thalia masih melongo, seolah tidak mengerti.

"Ayo dong Thalia, naik ke atas panggung," panggil MC tersebut menyadarkan Thalia.

Gue tersenyum, karena ternyata gue memang tidak sia-sia mengejar Thalia selama tiga tahun, namun tiba-tiba gue tersadar. Bangke! Kalau Thalia Queennya, maka Fadli adalah Kingnya dan gue sama sekali nggak siap untuk melihat mereka bersama selayaknya pasangan beneran.

Gue baru hendak meninggalkan kerumunan untuk menghindari sakit hati, tapi suara MC itu kembali terdengar, membuat gue mematung di tempat.

"Dan pasangan Ratu Thalia adalah... Dhanu Ishal!"

Ini gue nggak mimpi, kan?

----
A/n: aku suka kasihan sama Dhanu, jadi biarin deh ya, dia jadi pasangan dulu sama Thalia semalam :p wkwk

By the way, di sini, siapa yang bagusnya dijadiin?

1.Thalia-Dhanu
2.Thalia-Fadli
3.Dhanu-Nada

Atau justru...

4.Najla-Dhanu?

Yaudah ah, ku lg badmood grgr ujian dan hasilnya, see u!

Regards,

Naya❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro