Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23. Nada Malam Itu

Najla.

Aku baru saja duduk di salah satu kursi kantin, ketika menangkap sosok Nada di antara kerumunan orang-orang, Nada tersenyum sekilas sebelum berlalu bersama beberapa temannya.

Aku menggelengkan kepala, lalu menghela napas mengingat percakapan kami malam minggu kemarin.

•••

"Kak, kalau gue sama kak Dhanu, lo setuju nggak?" Jam sudah menunjukan pukul tiga pagi, tapi pertanyaan Nada membuat aku berbalik.

Agak kaget sebenarnya, dengar Nada masih mau stay on disaat dia sudah sangat jelas tau, bagaimana perasaan Dhanu ke Thalia.

"Ya, kalo itu sih, terserah kalian, as long as Dhanu okay, i'm okay."

"How about Thalia?" Aku diam, karena tau, apapun bentuk kejujuran yang aku katakan, tidak akan menghibur Nada.

"Nggak usah ditutupin lagi, gue tau semuanya kok. I see everything in their eyes, everyone see."

"So, why still him? Kalau memang lo udah tau, kenapa lo masih mau bertahan sama Dhanu? Don't you think, you good enough to deserve better?"

Nada menghela napas berat, lalu beralih menatap langit-langit kamarku, matanya menerawang, jauh. Aku tau, hal itu dia lakukan bukan untuk berpikir, tapi untuk menahan air mata, mengumpulkan keberanian karena menyadari kenyataan yang ingin ia katakan adalah hal yang sama sekali tidak ingin ia percayai.

"Mugkin, alasan gue sama seperti alasan kak Dhanu tetap bertahan sama kak Thalia, walau udah tau, dia cuma jatuh cinta sendirian." suara Nada tercekat disetiap katanya, tapi belum ada air mata yang mengikuti.

"Everything, that he does, reminds him of her. Setiap kali gue sama kak Dhanu jalan, selalu kak Thalia yang dia inget. Komentar-komentar, atau perlakuan kecil semacam beliin es krim, atau barang kesukaan Thalia, buat gue sadar, He loves her so much, dan gue bahkan nggak bisa gantiin kak Thalia barang sedetik. I'll never be her." Bersamaan dengan kalimat terakhirnya, setetes air mata meluncur dari sudut mata Nada.

"Bagian tersedihnya, nggak perduli seberapapun menyakitkannya, nggak ada orang yang bisa menggantikan dia. Buat gue, lebih baik nggak keliatan sama dia dari pada kehilangan sama sekali."

"Memang nggak capek Nad?Dhanu udah mau istirahat dari Thalia, lo nggak mau istirahat juga?"

Nada menggeleng pelan, "Susah, menyerah itu nggak segampang kelihatannya kak, apalagi nyerah setelah ngelangkah sejauh ini, awalnya gue pikir waktu bisa buat perasaan ini pudar, ternyata gue justru makin jauh jatuh cinta sama dia, sampe nggak tau,  gimana caranya bangun lagi." Nada mengambil napas sejenak, membiarkan udara mengisi paru-parunya, walaupun aku tau, yang ia lakukan sebenarnya adalah berusaha menguatkan diri sendiri.

"Dan lo tau apa kak, sekarang gue ngerti kenapa sebagian orang melepaskan orang yang dia sayang untuk bahagia sama orang lain."

"Ego? Capek? Atau apa? Basi banget Nad, kalo lo bilang, lo bisa bahagia seandainya Dhanu bahagia sama orang lain, seharusnya treatmentnya itu bikin dia bahagia dengan keberadaan lo, jadi kalian bisa bahagia sama-sama."

Lagi-lagi Nada menggeleng pelan, sebelum menjawab kata-kataku dengan kalimat yang mungkin tidak akan aku lupakan entah sampai kapan.

"Karena ngeliat dia bahagia sama orang yang dia sayang, jauh lebih mudah dari pada ngeliat dia hancur karena orang yang dia sayang, as simple as that."

Aku terpekur.

"Hari ini, gue ngeliat sendiri, gimana hancurnya Dhanu karena Thalia, sedalam apa perasaan dia, sekarang gue paham, dan gue nggak bisa ngapa-ngapain selain tetap jadi nggak kasat mata, selamanya mungkin gue akan tetap nggak teraba sama hatinya dia." Setetes air mata meluncur dari mata zaitun milik Nada, setelah itu dia berbalik, sesekali bahu Nada berguncang.

Seandainya Nada adalah Dhanu atau Thalia, pasti saat ini aku sudah memeluk dia. Tapi Nada bukan Dhanu atau Thalia, Nada masih terlalu tertutup untuk menangis dipelukan orang lain. Jadi, yang aku lakukan hanya menepuk-nepuk lembut bahunya, berharap tepukan itu bersifat menguatkan.

Dulu, ketika papa mamaku berpisah, ketika Bara meninggalkanku, yang aku lakukan adalah membentengi diriku sendiri. Karena satu-satunya yang aku pahami, tidak perduli berapa lama pun waktu berlalu, seberapa banyak kenangan pun yang telah terbentuk, pada akhirnya, cinta hanya akan menghilang, lenyap lalu menyisakan luka dan perasaan kesepian.

Tapi malam itu, melihat Nada menangis, mendengar penuturannya, melihat ke dalam matanya, aku tau, bahkan mungkin ketulusan itu justru dimiliki oleh anak SMA, yang benar-benar jatuh cinta tanpa syarat.

•••

"Jla?" tepukan Thalia menarikku dari lamunan, di depannya sudah ada sepiring siomay, dan sepiring batagor pesanan ku.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, hanya menarik piring batagor ke hadapanku.

"Mikirin Bara ya? Ngaku deh lo!" kata Thalia sambil menggigit siomaynya.

"Emangnya gue elo, yang udah di hempas masih mau balik, outlah dia gue cuekin."

"Ye, biarin lagi, itung-itung balas sakit hati, main-main sedikit nggak ada salahnya." Thalia mengangkat bahunya cuek, menunjukan bahwa ia memang tidak membawa perasaan sama sekali di hubungannya dengan Radith kali ini.

"Kalau Fadli?"

"Nggak tau lah, dia terlalu tinggi untuk digapai, nggak terjangkau."

"Dhanu gimana?" sesaat, gerakan tangan Thalia berhenti di udara. Sesuai dugaan ku, ini bukan jenis pertanyaan yang ingin Thalia jawab.

Thalia dan Dhanu memang sudah benar-benar berjarak, Dhanu bahkan tidak pernah menghampiri aku lagi, kalau sedang ada Thalia.

"Ya nggak gimana-gimana."

"Ikhlas nggak kalo Dhanu sama Nada?"

"Bukan urusan gue," tukas Thalia, tangannya sibuk menusuk siomay yang ada di piringnya, dia menghindari tatapanku.

"Ikhlas nggak?" aku mengulangi pertanyaanku.

Akhirnya Thalia menyerah, ia meletakan garpunya lalu menghela napas berat.

"Ikhlas nggak ikhlas, rela nggak rela, nggak akan merubah apapun, sekali dia jadi sahabat gue, dia nggak akan jadi pacar gue."

----
A/n: Yes, bisa update lagi, semoga ada yang nungguin ya wkwk btw, gimana cerita ini menurut kalian?
Ngomong-ngomong, entah kenapa waktu gue baca ulang part ini, gue keinget lagu gnash-i hate u i love u, kasihan nada :(
Tapi yaudahlah ya, semoga kalian suka ❤

Salam sayang,

Naya di bekasi yang lagi rasa puncak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro