Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Best Friend?

Dhanu.

"Tau nggak sih, Nu? Kadang lo itu loveable juga." Anjrit, gue loveable! Apa perlu gue salto? Walls atau Silverqueen thanks so much kalian memang sakti banget sampai bisa bikin Thalia melabeli gue dengan kata kramat itu. Loveable. Kalau begini sih, gue bahkan rela menghabiskan duit jajan gue minggu depan, demi Patchi yang Thalia idam-idamkan. Siapa tahu bukan cuma cowok loveable, gue juga bisa naik jabatan jadi her love, ya 'kan? Siapa tahu.

"Udah tau gue, yang gue nggak tau ternyata lo juga nggak tahan sama pesona gue." Gue hanya tertawa bodoh, ketika Thalia menoyor kepala gue karena kalimat barusan.

"Makanya lo jadi temen gue, kalo nggak loveable, lo udah gue tendang ke Zimbabwe sana." Temen ya? Gue ketawa bodoh lagi, tapi sambil menahan diri untuk nggak menabrakan motor ini ke tiang manapun di jalanan sana.

Tapi setidaknya dia udah ketawa lagi sekarang, it's enough.

Demi mempertahankan mood Thalia saat ini, sepanjang perjalanan pulang gue berusaha sebisa mungkin menghindari topik Radith. Who is Radith? Mantannya Thalia yang bikin gue harus duduk diem nemenin nih cewek makan es krim sampe empat gelas. Buset nggak takut gendut apa ya nih anak?

Sebagai gantinya gue harus pasrah dengan obrolan dengan topik Fadli. Who is Fadli? Cuma cogan sekolah gue yang sekarang lagi digilai ama perempuan di belakang gue ini. Thanks God, monyet satu ilang masih banyak gorila lain. Tapi lebih baiklah, setidaknya gorila satu itu nggak sadar kalau ada pemujanya yang secantik bidadari, macam cewek di belakang gue ini.

"Berarti fix ya Nu, dia nggak punya cewek?" Thalia mengatakannya sambil memajukan kepalanya, agar gue dapat medengar pertanyaan yang entah udah berapa kali dia tanyakan.

"Taruhan duit jajan gue seminggu, Tha. Fadli itu pinternya main bola doang, soal perempuan nggak ada otaknya."

"Nu, kalo gitu gue pinjem hape." Gue mengernyitkan dahi mendengar permintaan Thalia, tapi akhirnya gue kasih juga handphone gue.

"Ngapain lo?" gue tau, pertanyaan gue ini terdengar bodoh. Tapi mau diapain lagi, perasaan gue nggak enak.

"Ngambil pin Fadli," kan bener, ini sih gue bunuh diri namanya.

"Lo mau ngapain? Invite dia?"

"Enggak, mana berani gue, gila." Alhamdulillah, gue bersyukur Thalia bukan kaum penjunjung tinggi emansipasi. Setidaknya gengsi dia masih terlalu tinggi untuk menghubungi lebih dulu.

Mungkin sekarang lo lagi mikir, kenapa nggak gue bilang aja kalau gue jatuh cinta sama Thalia, kenapa dengan tololnya gue malah ngasih info tentang cowok yang dia suka.

Oh babe, we just friend. Yap gue dan Thalia cuma temen kayak yang tadi Thalia bilang. Jangan ketawa, dan nggak usah kasihan, Dhanu Ishal yang zaman SMPnya tukang bikin cewek nangis udah tiga taun masuk lingkaran setan yang namanya friendzone. Mungkin gue doang yang nganggep friendzone, Thalia nganggepnya Friend doang, nggak pake zone.

"Thanks ya Nu, lo itu emang best friend paling loveable." Yeah, naik tingkat gue guys, jadi best-friend-zone.

-----

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro