Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Hallo, Dhanu's Mommy

Najla.

Dari mukanya aku lihat Dhanu lagi nyari tali, untuk gantung diri, atau minimal mencekik Fadli.

Jangan tanya kenapa ya, aku nggak setega itu untuk cerita kalau Thalia sedang curhat abis-abisan ke Tante Anya--mamanya Dhanu-- dan Diandra--adiknya Dhanu-- tentang... ya siapa lagi kalau bukan si the most adorable guy in this earth versi Thalia, Fadli. Mana excited banget pula si tante dan Diandra, sampai lupa kalau Dhanu masih hidup kayaknya.

"Iya? Ih kak Thalia, Di jadi pengen ketemu kak Fadli deh, pasti dia keren banget ya! Nggak kayak seseorang di rumah ini." Diandra melirik Dhanu, membuat aku harus mati-matian menekan senyum. Duh, Nu, sial amat lo emang.

"Jangan gitu dong, Di! Gini-gini abang lo itu, kasanova sekolah juga, loh! Lo nggak tau aja, berapa cewek yang wajib gue seleksi untuk bisa deket sama dia." Thalia merangkul Dhanu, dan mampuslah si Dhanu ini yang gampang baper.

Tapi ternyata belum sempat Dhanu terharu, Thalia sudah melepaskan rangkulannya, dan melanjutkan kalimatnya.

"Ya, walaupun kalau dibandingin sama Fadli tetep kalah jauh, sih." Aku, Diandra, dan Tante Anya sontak tertawa, kasihan banget sih temanku yang satu ini.

"Tai." Dhanu mengumpat kesal, sambil menyumpal mulut Thalia dengan kue buatan mamanya.

"Ih, Dhanu jorok!" Thalia berteriak, tapi tetap mengunyah kuenya.

"Oh iya, Thalia, Najla, besok sama minggu free nggak?" tanya Tante Anya sambil memasukan cookiesnya ke toples.

"Nggak ada rencana apa-apa sih tante, kenapa? Mau ngajakin kita misi?" tanyaku, membuat Dhanu berdesis ke arahku.

"Nanti aja itu mah, besok ke puncak yuk! Refreshing!" Ajakan Tante Anya, tentu aku dan Thalia iyakan. Salah satu asyiknya temenan sama Dhanu, karena keluarganya hobby jalan-jalan, kan kita jadi ikutan terus haha

"Oke, tante, tapi aku ijin dulu ke kak Tio ya!"

"Kalo Najla sih oke aja, bibi juga nggak akan ngelarang haha." Aku tertawa kecil, sesungguhnya, ada saat-saat dimana aku menjadi manusia paling pengirian di dunia, dan saat-saat seperti ini adalah salah satunya.

Keluarga Dhanu memang open banget dengan aku dan Thalia, apalagi mereka tau bagaimana kesepiannya Thalia dan bobroknya keluarga ku, secara nggak langsung mereka menarik kami ke dalam keluarga mereka.

Ketika bersama mereka, ada kehangatan yang menjalar dalam tubuhku. Hangat di luar, dingin di dalam. Kenapa? Karena aku cukup tahu diri, sehangat-hangatnya keluarga mereka, ada alarm bawah sadarku yang selalu mengingatkan, bahwa sedekat apapun kami, mereka dan aku tetap tidak terikat oleh darah, mereka tetap bukan keluarga dalam arti yang sebenarnya.

Entah bagaimana dengan Thalia, tapi aku yakin dia jauh lebih baik daripada aku, setidaknya dia masih memerlukan izin dari abangnya untuk melakukan sesuatu. Lah aku, siapa yang mau ngelarang? Pembantu? Supir?

Sadar bahwa aku baru saja mengubah atmosfer ruangan ini, aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Besok jadi, on the way jam berapa tante?" Tante Anya yang sangat peka dengan apa yang aku lakukan, langsung merubah raut wajahnya.

"Nanti malam aja gimana? Biar besok bisa langsung jalan-jalan."

"Oke tante, berarti abis ashar aku sama Najla pulang ya?"

"Ajak Fadli aja, Tha." Aku dan Dhanu hampir tersedak sirup yang baru kami teguk. Menyelamatkan aku untuk membunuh Dhanu, rupanya.

"Boleh tante?" mata Thalia berbinar-binar mendengar ide Tante Anya.

"Bolehlah! Masa ada cowok ganteng, nggak diajak?"

"Iya tuh, kak! Diandra juga mau ketemu kak Fadli!" Diandra sekarang ikut bersemangat, membuatku refleks menatap Dhanu kasihan.

"Mama apaan, sih! Kok jadi ngajak Fadli?" Dhanu akhirnya mulai bereaksi, berusaha melakukan protes, demi masa depan harga diri dan hatinya.

"Loh, kenapa? Kan Fadli teman kamu juga, Nu? Pasti asyik kalau makin rame, siapa tau pulang-pulang Thalia jadian sama Fadli, eh tapi jangan lupa pj* ya Tha, kalau jadian!" aku melongo mendengar kalimat Tante Anya. Serius deh, ini absurd banget. Masa iya, Tante Anya mau bantuin Dhanu gali kuburan, sih?

"Iya tante, aneh kan kalo tiba-tiba ngajak Fadli" Aku memutuskan untuk membantu Dhanu, karena mungkin dari semua orang di sini, cuma aku yang masih memiliki kemungkinan untuk membantu Dhanu.

"Yaudah, biar Fadli nggak curiga, kita undang aja teman satu team kamu. Gimana? Ah, pasti seru tuh, kan jadi rame, kita bisa bakar-bakar deh!" Ide Tante Anya yang ini di sambut jauh lebih antusias oleh Diandra dan Thalia, jadi aku cuma bisa menatap Dhanu kasihan.

Poor Dhanu.

Setelah melalui debat yang lebih panjang, akhirnya Fadli nggak jadi ikut, bukan karena Dhanu memenangkan perdebatan, dia menang melawan gabungan kekuatan Tante Anya, Thalia ditambah Diandra, adalah hal yang mustahil. Fadli nggak jadi ikut karena memang ternyata dia ada acara keluarga, dan jadilah anak-anak futsal itu juga nggak jadi diajak. Bayangkan sendiri ya, betapa leganya Dhanu, dan gimana kecewanya Thalia. Diandra pun dengan berat hati harus merelakan kesempatan ngeceng sama cowok-cowok itu.

Setelah setuju dijemput jam tujuh nanti, aku dan Thalia pamit pulang ke rumah masing-masing untuk merapihkan bawaan.

Aku baru saja menaiki anak tangga pertama, ketika seorang wanita paruh baya keluar dari ruangan sebelah kamar papa. Untuk beberapa saat, aku hanya mematung di tempatku, menatapnya tanpa berkutik.

Entah sudah berapa lama kami tidak bertemu, tapi aku tidak mungkin lupa bagaimana wajah orang yang melahirkanku.

"Ma..." Suara serak itu berasal dari tenggorokanku, mama balas menatapku sebelum tersenyum lembut. Aku berani bersumpah, rasanya ada ribuan kupu-kupu terbang di sekelilingku.

"Kamu udah pulang, Jla ?" tanya mama kikuk. Nada suaranya tidak sehangat yang kalian bayangkan, tapi tetap saja terasa menyejukan.

Aku menghampiri mama dan memeluknya, tidak perduli jika ia terlalu kaget dengan pelukan ini.

Aku hanya ingin memastikan, bahwa apa yang ada di depanku ini nyata, bukan sekedar imajinasi yang terlalu liar karena mengharapkan sesuatu.

Ketika mamaku menyentuh dan membelai rambutku, saat itulah air mataku jatuh. Jika memang ini hanya mimpi, aku benar-benar berharap Tuhan akan membiarkanku tidur selamanya, berada dalam pelukan ini selamanya.

----
Glosarium.

*pj= Pajak Jadian

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro